Mendidik yang Menyentuh Hati – Sebuah Refleksi

Mendidik yang Menyentuh Hati – Sebuah Refleksi

Ketika saya ditawari untuk sharing tentang mendidik yang menyentuh hati, saya kemudian merenungkannya. Hal pertama yang muncul adalah pertanyaan sesungguhnya apa yang menjadi harapan dari orang dewasa, orangtua dan pendidik terhadap anak? Apakah itu bisa selaras dengan apa yang menjadi kehendak dan tujuan hidup anak?

Saya teringat dengan apa yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara (KHD) tentang maksud pendidikan dan apa yang bisa dilakukan oleh pendidik.  Menurut KHD “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat”. Tentang pendidik beliau mengatakan bahwa  “Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Pendidikan maupun pendidik mempunyai peran menuntun supaya anak menjadi manusia seutuhnya sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Manusia yang utuh mensyaratkan adanya kemerdekaan diri, “dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain dan bisa mengatur dirinya sendiri”. Apa saja yang bisa diupayakan pendidik untuk dapat menuntun. Mulai dari membangun sikap hati “bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak,  bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak”.  Pendidik melakukan proses pemerdekaan: membuka diri, membuka hati dan memberikan diri sebagai jaminan bagi anak untuk melakukan proses belajarnya. Secara untuh dan menyeluruh dapat menjamin:  adanya dirinya/kehadirannya yang memberi kesempatan dan rasa aman bagi anak untuk melakukan upayanya sendiri (tut wuri handayani), adanya dirinya sebagai teman dialog yang memberi alternatif ide, pertanyaan dan jawaban yang meneguhkan upaya anak (ing madya mangun karsa), adanya dirinya sebagai inspirasi yang memberi tuntunan dan arah tanpa menggurui (ing ngarsa sung tuladha). Dengan menjaminkan diri dan melakukan proses ini secara utuh dan menyeluruh, menurut saya, pendidikan yang menyentuh hati dapat dilakukan oleh para pendidik.***

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *