Peran Ayah DalamTumbuh Kembang Anak

Peran Ayah DalamTumbuh Kembang Anak

Anak kami baru berumur 1 tahun, kami ingin mendidik dengan sebaik mungkin.Sudah sepakat dengan suami bahwa pendidikan anak menjadi tanggungjawab berdua, bukan diserahkan ke saya saja sebagai ibu.Saya ingin tahu bagaimana peran ayah dalam tumbuhkembang anak?
Ilustrasi berikut ini bisa menggambarkan peran ayah dalam tumbuhkembang anak, khusus dalam pembentukan karakter. Pernah terjadi pada suatu suaka matgasatwa  di Afrika bahwa banyak badak muda mengalami kematian dengan tragis.Setelah diselidiki, bencana ini bukan disebabkan oleh kekejian para pemburu gelap atau pertarungan antar badak sendiri, melainkan di luar dugaan justru disebabkan oleh serangan gajah-gajah muda secara membabibuta.  Ternyata kawanan gajah ini baru saja kehilangan sang pemimpinnya yang ditembak pemburu liar untuk diambil gadingnya.Rupanya tanpa sosok pemimpin yang disegani, gajah-gajah muda ini bisa berperilaku anarkis dan brutal . Sama halnya dengan  peran ayah bagi anak-anaknya , yakni sebagai panutan atau patron yang mampu menuntun dan mengendalikan perilaku seiring dengan kemandiriannya yang sedang dalam proses pertumbuhan.Oleh sebab itu tak jauh berbeda dari dunia gajah, sikap dan perilaku ayah di tengah keluarga pun sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak , maka jelaslah ayah memiliki peran yang tak tergantikan dalam proses tumbuhkembang anak.Anggapan bahwa hanya ibu lah yang berperan mendidik anak perlu dikoreksi karena ada peran-peran khusus yang harus dimainkan ayah dalam mendidik anak. Apa saja ?
Ø Menumbuhkan Moralitas
Sosok ayah identik dengan otoritas, tata tertib, dan kontrol. Dari sini anak-anak belajar apa yang boleh dan tidak boleh melalui aturan-aturan, disiplin, hukuman-ganjaran.
Ayah sebagai penentu apa yang baik dan buruk yang harus dilakukan anak sehingga anak belajar untuk mengendalikan diri
dan memilih perilakunya. Di sini keteladanan ayah yang dibutuhkan anak adalah integritas dan ketegasannya, artinya apa yang diucapkan sama dengan apa yang dilakukan.Seorang ayah yang memiliki integritas akan dihormati oleh anak-anaknya, bahkan ketika ia bersikap tegas sekali pun.Sebaliknya seorang ayah yang tidak memiliki integritas akan loose control terhadap perilaku anak-anaknya. Ayah semacam ini semakin menggunakan kekerasaan justru semakin dilawan oleh anak-anaknya, dan berdampak buruk terhadap pembentukan moralitas anak-anaknya. Hasil penelitian di AS terhadap para residivis kambuhan menunjukkan 95 % mereka mengalami tindak kekerasan yang dilakukan ayah mereka yang tidak memiliki integritas. Nah , jika anda seorang ayah, anda tidak bisa sembarangan dalam bersikap dan perilaku karena ada tanggungjawab moral dan sosial terhadap pembentukan moralitas anak-anak anda, bahkan pada gilirannya moralitas bangsa karena di tangan anak-anak inilah masa depan bangsa ditentukan.Degradasi moral yang menjadi sumber segala kekisruhan selama ini tak bisa dilepaskan dari gagalnya peran keteladanan ayah sebagai pembentuk moralitas anak.
Ø Membangun Hubungan
&
Sejak revolusi industri dua ratus tahun silam, para ayah semakin jauh dari rumah untuk mencari nafkah sementara tugas mengasuh dan mendidik anak dipegang oleh ibu. Muncul dinding penghalang emosional dalam hubungan antara ayah dan anak, para ayah semakin kurang terlibat dalam kehidupan emosional anak.Perannya hanya sebagai pencari nafkah dan penjamin kesejahteraan dengan otoritas sebagai kepala keluarga.Namun sejak tahun 1960-an, gelombang emansipasi wanita dan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat, membuat para ibu pun ikut berpartisipasi ke luar rumah untuk mencari nafkah atau aktualisasi diri.Dalam kondisi ayah dan ibu lebih banyak berada di luar rumah, terjadilah pergeseran peran dalam pengasuhan anak.Apakah peran ayah dan ibu harus digantikan pembantu yang dibayar untuk mengurus semua kebutuhan anak ? Tentu saja tidak ! Anak-anak membutuhkan keterlibatan dan kehadiran ayah dan ibu mereka.Secara khusus, para ayah mesti berani mengambil komitmen dan peran baru untuk terlibat dalam pengasuhan anak.Tidak cukup bagi ayah yang hanya berperan memenuhi kebutuhan finansial saja, anak-anak membutuhkan kehadiran dan keterlibatan ayah secara lebih intensif.
Hasil penelitian juga menunjukkan bayi-bayi yang memiliki ayah yang terlibat menunjukkan perilaku tidak takut ketika didekati orang asing.Anak-anak yang memiliki ayah yang mau terlibat secara emosional dalam kehidupan anak juga menunjukkan memiliki ketrampilan bergaul yang lebih bagus, bahkan nilai akademis yang baik juga.Jelaslah bahwa keterlibatan ayah dalam mengasuh anak akan menumbuhkan kemampuan anak dalam berhubungan dengan orang lain, suatu kecerdasan interpersonal yang sangat dibutuhkan setelah dewasa nantinya.Keterlibatan ayah bisa melalui permainan bersama anak, pemberian pujian, dan peneguhan.Sebaliknya, sosok ayah yang suka menghina, meremehkan, memarahi, dan memerintah anak cenderung akan menimbulkan perilaku agresif dan tidak kooperatif.
Ø Belajar Kepemimpinan
Ayah dalam keluarga sering juga dipahami anak-anak sebagai seorang pemimpin dalam arti yang sesungguhnya, yakni “orang yang berpengaruh”, bahkan seperti pahlawan. Pemimpin yang baik akan mempengaruhi orang sekitarnya menjadi baik, sebaliknya pemimpin yang buruk berpotensi melahirkan orang-orang buruk pula.Pemimpin yang korup akan melahirkan koruptor-koruptor di sekitarnya karena ia tidak bisa menindak bawahannya. Hal yang sama terjadi dalam keluarga, seorang ayah yang memainkan peran sebagai pemimpin yang baik akan berpengaruh baik terhadap anak-anaknya.Anak-anak pun belajar bagaimana ayahnya memimpin keluarga: Apakah memiliki tujuan dan prioritas yang jelas ? Bagaimana komunikasinya? Bagaimana mengatasi masalah? Bagaimana sikapnya terhadap orang lain? Para pemimpin sejati bukan dilahirkan melalui universitas, melainkan melalui keluarga tempat mereka dibesarkan.Dalam tradisi kerajaan tertentu, seorang putra mahkota sejak kecil dijauhkan dari kemewahan kerajaan, dititipkan pada keluarga sederhana di desa dan hidup sebagai rakyat jelata tanpa menyadari bahwa dirinya adalah calon raja sampai saatnya tiba ia harus kembali ke tengah keluarga kerajaan.Istilah Satrio Piningit mestinya harus dipahami dalam konteks ini , yakni seseorang yang sedang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin, bukan seperti sekarang ini diobral sebagai legitimasi ambisi kepemimpinan seseorang.Singkatnya, di tengah keluarga dan melalui keteladanan sang ayah lah anak-anak menumbuhkan potensi kepemimpinan.
Ø Anak Tanpa Ayah
Tahukah Anda bahwa sepertiga bayi yang lahir di AS tanpa ayah ? Tahukah Anda bahwa 60 % perkara perdata di Pengadilan Negeri adalah kasus perceraian Semakin banyak para ibu yang memainkan peran single parent, baik yang disebabkan perceraian, kematian, atau bahkan pilihan hidup.Dari uraian di atas jelaslah ada peran-peran ayah yang sulit untuk dilakukan wanita sekaligus sebagai ibu dan ayah.Contoh-contoh di tengah kehidupan nyata di mana seorang ibu berhasil membesarkan dan mendidik anak-anaknya seorang diri sungguh luar biasa karena ia harus berperan ganda dengan dilandasi pengorbanan diri secara total. Namun demikian, ada baiknya bagi ibu yang menjalani single parent untuk mencari pengganti peran ayah demi tumbuhkembang anak-anaknya.Peran pengganti ini bisa dimainkan oleh kakek, paman, guru, atau orang yang pantas sebagai teladan.Dekatkan anak-anak dengan orang-orang tersebut sehingga terjadi ikatan emosional di antara mereka.Dengan cara demikian, ketidakhadiran dan kekosongan peran ayah bisa digantikan.
Coba sesekali menguping apa yang sedang dibicarakan anak-anak dengan teman sebayanya: mereka saling membanggakan kehebatan ayahnya !Apa jadinya jika anak tidak memiliki kebanggaan dengan ayahnya? Apa jadinya jika anak justru kecewa atau membenci ayahnya?Saatnya para ayah untuk back to home untuk melindungi anak-anaknya karena ancaman yang dihadapi anak-anak semakin berat :preman jalanan, pengedar narkoba, kekerasan seksual, penculik, minuman keras, perjudian, dan media digital yang serba bebas setiap hari membayangi hidup mereka. Dengan peran-peran seperti uraikan di atas, para ayah sedang mengajari anak-anak untuk melindungi dirinya sendiri dan menghadapi ancaman yang akan mengganggu proses perkembangannya.

Paul Subiyanto

Dr.Paulus Subiyanto,M.Hum --Dosen Bahasa Inggris di Politeknik Negeri Bali ; Penulis buku dan artikel; Owner of Multi-Q School Bal

One thought on “Peran Ayah DalamTumbuh Kembang Anak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *