Fakta, Opini dan Hoax
Teknologi komunikasi digital memang membuat hidup menjadi mudah,sekali ” klik” semua jadilah:ketemu sobat di seberang lautan, makanan terhidang,bahkan mengikuti ibadat. Dunia dalam genggaman.
Bibit gandum tak bisa dipisah dari ilalang, hoax pun marak seiring masifnya komunikasi digital. Fitnah, kerusuhan bahkan perang saudara bisa dipicu oleh hoax. Harmoni kehidupan bersama bisa terancam oleh hoax karena di tangan politisi hoax bisa digunakan untuk meraih kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.
Agar tetap waras di tengah tsunami informasi yang ditimbulkan oleh komunikasi digital, perlu untuk mampu memilah dan memilih mana yang fakta, opini atau hoax.
Fakta adalah peristiwa yang terjadi dalam ruang dan waktu tertentu. Ia bersifat objektif sebagaimana adanya tidak ada salah atau benar. Fakta bisa disalin melalui foto atau video, tetapi salinan tetap bukan fakta. Opini adalah pikiran atau pendapat tentang fakta, bersifat subjektif bisa salah dan benar. Pesawat jatuh adalah fakta, tetapi pendapat sebab jatuhnya yang berbeda- beda adalah opini yang subjektif dan bisa benar atau salah. Hoax adalah fakta atau salinan fakta yang dimanipulasi untuk tujuan tertentu( jahat) dalam bentuk berita bohong/ palsu. Sebuah gambar/ video tentang rumah ibadat yang terbakar diberi keterangan ( caption) ” rumah ibadat agama X dibakar sekelompok orang beragama Y”. Hoax beredar cepat timbul kemarahan orang agama X dan membalas dendam dengan membakar rumah-rumah ibadat Y di berbagai tempat yang berbeda. Padahal gambar/ video rumah ibadat itu sudah 5 tahun yang lalu di tempat yang berbeda, dan disebabkan arus pendek listrik.
Oleh sebab itu dalam bermedsos kita harus cerdas dan rasional karena hoax menohok syaraf reptil primitif manusia yang mudah bereaksi menyerang dan dan membela diri.Ketika membaca berita, harus yakin ini fakta atau opini,bahkan hoax. Kalau tidak yakin itu bukan fakta ( benar) lebih baik jangan syer, kalau pun itu benar, apakah akan berdampak buruk atau baik. Benar tapi berdampak buruk, juga jangan disyer. Setiap ” klik” menuntut pertanggungjawaban.