Mentalitas Gratisan, Menawar, dan Minta
Kami sejak dulu pennyuka tanaman. Biasa ada yang pengin tinggal ambil atau minta. Zaman berubah, kala pohon dan bahkan daun saja ada harganya. Sikap tetangga dan yang kenal masih sama, nyuwun. Padahal ada tanaman yang satu daunnya sudah Rp. 35.000,00. Mau jawab apa kalau bilang Mas nyuwun…
Di sebuah kota, dengan tabiat yang jauh berbeda. Kalau membeli sesuatu pada pedagang dari etnis tertentu, jangan sampai menawar hanya 50%. Maksimal adalah 40% dari yang ditawarkan. Benar saja pengalaman membuktikan. Membeli celana seharga Rp.100.000, 00 tidak menawar sudah ditawarkan 65%-nya, dan benar deal harga pada angka 35% dari harga pertama.
Dua kebiasaan yang belajar untuk saya hilangkan. Mengapa?
Meminta dan mengharapkan yang gratisan, lha kan yang jualan bisa jadi hanya menjualkan dapat untungnya dari selisih harga, kalau kita minta, mereka dapat apa?Ppengalaman menjadi admin toko online membuat belajar arti menghargai penjual sebagaimana kita jika juga berjualan.
Sikap ketika kita tidak mau mendapatkan perlakuan demikian, ya jangan dilakukan, ketika posisi berbeda. Menawar dengan sangat kejam, bayangkan, jika ada pada posisi yang sama, mau tidak ditawar dengan harga seperti itu.
Meminta, sampel, gratisan, atau apapun bentuknya. Bayangkan, jika itu adalah buku. Padahal dapat berapa fee, penulis itu, jika kenalan, saudara, kerabat semua meminta. Kembali, balik posisi, ketika aku jadi penulis itu, mau tidak membagikan sekian banyak?
Jangan bicara spiritulitas, bagaimana orang untuk berbagi dan besar upahmu di surga. Beda konteks. Tidak semua dihargai dengan jual beli, namun juga tidak semuanya dinilai dengan matematika ekonomi. Ada beberapa segi kehidupan yang tidak akan bisa diketok dengan rigid seperti itu.
Penulis, juga pedagang, tetap mencari uang. Ada yang mengatakan mereka beribadah, iya percaya, namun berapa banyak dan berapa kekuatan untuk bisa bersikap demikian. Perlu kecerdasan dan kebijaksanaan melihat dan bersikap berbagi atau konsep ekonomi.
Berbayar itu tidak salah. Membagi apalagi. Namun jangan kemudian semua dianggap sama, mental gratisan dan murah itu perlu disikapi.
Memang benar mas Susy, tangan di atas lebih membahagiakan dari pada tangan di bawah. Memberi lebih membahagiakan dari pada menerima.
kadang, orang cenderung memikirkan untung rugi, sesaat, bukan yang hakiki,
salam JMJ
Dibiasakan, klo dg pedagang kecil, brp hrg pasnya? Lalu bayar. Sy klo dg ojol bayar lbh dikit gpp š
setuju, pakai banget
salam JMJ