PTM dan Potensi Penularan Covid-19

PTM dan Potensi Penularan Covid-19

PTM dan Potensi Penularan Covid 19

Beberapa daerah sudah menyelenggaran PTM dengan segala kerumitannya. Persoalan bukan pada menjaga prokes di sekolah. Ini pengandaian saja jauh lebih baik dari pada di perjalanannya. Mungkin saja banyak sekolah yang abai, tetapi jauh lebih baik dari pada yang di luar.

Amatan singkat, bahwa anak-anak sekolah, mau SD, SMP, atau SMA, sama saja. Lebih banyak yang tidak peduli dengan masker, ketika dalam perjalanan. Ingat, jalanan itu sangat terbuka dengan paparan mau bakteri, virus, atau apapun yang tidak kasat mata.

Bisa jadi bukan covid, namun daya tahan tubuh menjadi rendah, sehingga rentan terkena covid. Sedang menjadi bahan pembicaraan mengenai jenis baru, covid omicron, konon 500 kali lebih menular dengan gejala lebih ringan. Tentu lebih berbahaya, apalagi orang atas nama jenuh sudah mengabaikan banyak hal.

Anak-anak sekolah yang diantar dengan sepeda motor atau bermotor sendiri banyak yang terlihat tidak mengenakan masker atau menurunkan masker. Sekali lagi di jalanan, yang sangat mungkin ada beterbangan jutaan makhluk yang tidak kasat mata.

Lebih memilukan yang naik angkutan umum. Kondisinya, jam sekolah dan jam kerja pabrik, mirip sebelum pandemi. Bergelantungan, berdempetan, dan lagi-lagi masker hanya menjadi asesoris. Bagaimana bisa menjamin semua baik-baik saja.

Benar, bahwa sudah 70% warga negara ini sudah tervaksin, namun banyak usia pelajar belum, kemudian apa iya yang bersama di jalan dan di angkutan itu termasuk yang 79%, lha kalau yang 30% bagaimana?

Apalagi diperparah gerakan jangan paksa vaksin. Hak namun abai kewajiban untuk menjaga kesehatan dan kehidupan bersama.

Apa yang bisa dilakukan sih dengan kondisi ini, agar tidak ada gelombang ketiga yang menakutkan?

Orang tua, sikap dan perilaku orang tua menentukan. Menekankan jangan sekali-kali membuka masker tanpa adanya kepentingan yang sangat mendesak, seperti makan dan minum. Namun ingat jangan kemudian berdalih makan-minum masker sengaja dibuka.

Susahnya mereka ini, orang tuanya perilaku abainya sama ngaconya. Susah diharapkan.

Guru. Sepanjang di sekolah sangat mungkin bisa. Lha ketika dalam perjalanan pulang dan pergi? Namun, nasihat dan perintah tak jemu-jemu untuk selalu mengingatkan baik guru lakukan dengan segala cara.

Satgas setempat. Polisi dan militer yang tergabung dalam satgas kudu sigap melihat keadaan itu. Melihat pelajar abai  masker tegur. Jangan malah hanya demi laporan, orang sudah bermasker diberi masker baru, photo, dan laporan. Ini sih ngaco namanya.

Kesadaran bersama mutlak penting. Sayang memang lebih banyak yang abai dan seenaknya sendiri. Jaga diri menjadi cara yang penting dan mendesak.

Susy Haryawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *