MODERASI BERAGAMA, IMAN HARUS TETAP RADIKAL
Pemerintah melalui Kementerian Agama gencar mewacanakan moderasi beragama dalam rangka menangkal faham radikalisme,bhkn sudah menjadi gerakan yang bertujuan menjadikan Indonesia menjadi agama tertentu.Substansi moderasi beragama adalah mengajak kita menghayati agama tidak secara fanatis – jangan kenceng- kenceng. Beragama dalam pluralisme dengan menghargai umat beragama lain.
Ajakan moderasi ini sering alasannya ” keplinthir”. Misal, semua agama sama saja, semua agama bertujuan baik atau ” jangan terlalu serius beragama” , dll. Seolah- olah mau mengingkari adanya perbedaan fundamental antara agama satu dengan yang lain. Moderasi beragama hanya sampai ranah cara berperilaku sebagai orang beragama, dan tidak sampai mengubah cara beriman seseorang karena beragama dan beriman dua hal yang berbeda kendati berkaitan. Misalnya, saya mengimani bahwa Yesus itu Tuhan dan satu- satunya yang mampu menyelamatkan manusia. Iman saya ini pasti berbeda,bahkan bertentangan dengan orang lain. Dengan iman itu, perilaku beragama saya tidak perlu menyalahkan orang lain, memaksakan keyakinan atau menghakiminya. Imanku yang paling benar untuk aku tetapi saya mengakui juga imanmu yang paling benar untuk kamu. Untuk bermoderasi saya tidak perlu mengubah iman saya, tetapi perilaku beragama saya di tengah pluralisme bisa menyesuaikan.
Radikal dari kata Latin ” akar”, beriman dengan radikal berarti kokoh,mendalam dan tidak goyah di tengah perjumpaan dengan iman yang lain.
Salah kaprah istllah