Hidup Menggereja Remaja Katolik

Memasuki umur 12 tahun, seseorang sudah dianggap usia remaja. Meskipun menurut WHO, usia remaja berkisar antara 10 hingga 20 tahun. Pada masa ini, banyak orang tua memahami sebagai masa pencarian jati diri. Kehidupan remaja dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang besar. Pemikiran dan perasaannya bisa dibilang masih labil. Dan secara umum pula usia remaja awal bisa dikategorikan pada anak usia sekolah jenjang SMP.Usia rawan yang perlu perhatian khusus dari orang tua dan pihak lain yang terkait. Keingintahuan remaja yang tidak terarah dapat membawa remaja pada berbagai masalah. Sebut saja, adanya tawuran antar sekolah, pornografi bahkan hingga narkoba. Remaja secara umum ingin berusaha menjadi seperti sesuatu dan dianggap semua orang sebagai sesuatu untuk kebanggaan.Dalam kaitan persoalan di atas, sekolah juga berperan untuk pembentukan karakter para remaja. Dengan dukungan para orang tua dan masyarakat, semestinya semua dapat saling membantu menciptakan lingkungan yang baik untuk perkembangan remaja.Gereja juga menjadi bagian penting bagi perkembangan remaja, terutama berkaitan dengan iman. Dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMP, keseluruhan materi meliputi: Pengenalan tentang diri sendiri dan lingkungan, Tentang Yesus Kristus dari ajaran hingga teladan-Nya, Tentang Gereja dan Sakramen, sampai kehidupan bermasyarakat. Sudah ada perhatian khusus Gereja melalui penentuan tema pelajaran Agama Katolik.Namun dalam kehidupan menggereja remaja, ternyata ada hal-hal yang perlu menjadi perhatian bersama. Dari sharing pengalaman sewaktu perlajaran agama di sekolah, beberapa anak remaja Katolik mengakui kurangnya terlibat dalam kegiatan menggereja. Dari mulai sering tidak mengikuti Misa di Gereja, kegiatan rohani, sudah sekian lama tidak mengaku dosa, dll.Ada beberapa penyebab yang menjadi alasanan mereka kurang aktif kegiatan Gereja. Diantaranya: karena tidak ada temannya (di Gereja tidak ada yang kenal), karena mengikuti kegiatan Pusat Pengembangan Anak(PPA) dari Gereja lain, karena asyik bermain dan berbagai alasan lain. Dalam kegiatan rohani untuk remaja yang pernah diselenggarakan oleh kumpulan para guru Agama Katolik, pun juga demikian alasannya.Belum lagi godaan terbanyak para remaja masa kini, yaitu gadget atau gawai. Pengalaman ketika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online dari rumah, para orang tua siswa mengeluhkan anaknya yang kecanduan gadget. Kelengkapan gadget yang sudah disediakan orang tua untuk pembelajaran online, disalahgunakan untuk bermain game online. Ada yang seharian sampai lupa makan, lupa istirahat bahkan lupa mandi karena bermain game online.Kegiatan rohani anak di Gereja yang nampak dari Sekolah Minggu, Misdinar hingga OMK. Beberapa anak SMP seringkali kebingungan juga untuk berkegiatan, jika dilihat dari usia wadah mereka adalah Remaja Katolik. Hanya saja mereka terkadang ada terburu-buru ingin masuk di OMK, merasa diri sudah mulai dewasa. Sekali lagi karena kecenderungan mereka yang sedang mencari jadi diri. Akhirnya, kegiatan misdinar bisa menjadi jembatan agar para remaja dapat leluasa ikut kegiatan gereja tanpa memikirkan usia mereka. Misdinar atau Putra-Putri Altar menjadi kegiatan baik yang dekat denga Saramen Ekaristi. Selain sejak dini sudah dilibatkan dalam pelayanan umat, ada beberapa hal lain bermanfaat bagi remaja. Membiasakan berani tampil di depan banyak orang, membantu anak memahami tentang Sakramen Ekaristi, membiasakan bekerjasama, melayani Tuhan dan sesama serta masih banyak lainnya.Remaja adalah generasi penerus Gereja. Sudah selayaknya mendapat perhatian khusus dari Gereja, terutama dalam pembentukan karakter beriman mendalam dan tangguh. Beberapa hal di atas belum semuanya terungkap dari kehidupan remaja Katolik. Perlu diselami lebih dalam lagi di paroki, lingkungan hingga keluarga masing-masing, tentang bagaimana dinamika remaja Katolik. Dan apa yang ada, termasuk wadah para remaja berkegiatan rohani dapat terus dimaksimalkan.

Penulis: Yoseph Widyawan, Pendidik Agama Katolik SMP  

BalasTeruskan