MERAWAT PERKAWINAN
Setelah empat tahun menikah, rasanya perkawinan ini tidak memberi rasa bahagia justru persoalan demi persoalan yang muncul. Apakah masih perlu dipertahankan demi nama baik dan status social?
Perkawinan itu berproses seiring bertumbuhnya relasi suami istri, tidak otomatis jalan sendiri. Ibarat tanaman, relasi juga perlu dirawat agar bisa berbunga dan berbuah. Ketika orang mulai mengeluh, “hubunganku dengan pasangan terasa hambar”, pertanyaannya seberapa sungguh ia merawat dan memberi waktu untuk perkawinan atau hubungannya dengan pasangan. Oleh sebab itu, jika anda serius menginginkan perkawinan anda menjadi bermakna bagi hidup anda dan pasangan, juga anak-anak dan orang sekitar, jadikan relasi dengan pasangan sebagai prioritas di antara hal-hal yang lain. Beberapa hal berikut bisa diterapkan untuk menguatkan relasi:
Rasa Hormat: Anda sudah memilih dan memutuskan seseorang menjadi pasangan berarti anda harus menghormatinya sebagai pribadi yang berharga. Tidak ada alasan untuk menghina, merendahkan, dan bersikap kasar kepadanya yang ujung-ujungnya akan menyakiti dan melukai perasaannya. Anda harus menjaga dan membela kehormatannya, bukan malah menjelek-jelekkan kepada orang lain. Relasi akan rusak ketika sikap saling menghormati hilang.
Rasa Sayang: pasangan anda bukan karyawan atau bawahan yang bisa diperintah atau menjalankan tugas sebagai rutinitas kerja. Melakukan tugas keluarga baik di luar rumah atau dalam rumah dilandasi rasa sayang, bukan kewajiban atau beban. Rasa sayang juga diungkapkan dengan sikap mesra dan hangat baik melalui kata-kata atau perbuatan. Dengan cara demikian, suasana hangat dan akrab akan tercipta sebagai tempat tumbuhnya hubungan yang saling menguatkan.
Saling Percaya: saling percaya adalah inti dari relasi suami istri dan karenanya mereka mau saling menyerahkan diri jiwa dan raga. Saling percaya membuat hidup menjadi nyaman dan enak untuk dijalani sehingga orang bias tumbuh menjadi pribadi yang semakin dewasa dan bertanggungjawab. Ketika suami istri kehilangan rasa saling percaya sesungguhnya pada saat itu juga relasinya juga kehilangan artinya.
Saling Menerima: tidak ada pribadi yang sempurna dan seratus persen memenuhi harapan dan karenanya anda harus siap untuk berani menerima kekurangan dan keterbatasan pasangan. Dengan menerima secara tulus, kekurangan-kekurangan justru akan mengalami perubahan yang lebih baik. Sebaliknya penolakan akan menimbulkan sakit hati dan resistensi atau perlawanan.
Saling Memaafkan: sesempurna apa pun setiap hubungan punya potensi untuk saling menyakiti atau salah paham. Oleh sebab itu, relasi tidak mungkin tumbuh jika suami istri sejak awal tidak memiliki komitmen untuk saling memaafkan apabila ada kesalahan atau kekilafan. Kesediaan untuk memaafkan juga wujud nyata untuk memprioritaskan hubungan daripada masalah. Memaafkan juga wujud nyata rasa hormat, pribadinya lebih penting daripada kesalahannya. Walaupun kesalahan atau bahkan pengkianatan merusak kepercayaan, namun dengan saling memaafkan kepercayaan bisa dibangun kembali. Memaafkan adalah melihat ke depan, dan melepaskan diri dari jebakan masa lalu.
Sae punika
Inspiratif. Terima kasih
Salam hangat 🙏
nuwun
salam JMJ