Skandal Seksual Pastor Cukupkah Menjadi Alasan Pembatalan Tuntutan Selibat?

Skandal Seksual Pastor Cukupkah Menjadi  Alasan Pembatalan Tuntutan Selibat?

Salah satu kekhasan Gereja Katolik Roma adalah hidup selibat bagi para imam biarawan dan biarawati.  Kini, marak adanya laporan pelecehan dan juga skandal seksual yang melanda para selibater ini. Salah satu kardinal mengusulkan  kewajiban selibat untuk ditiadakan. Alasannya hidup selibater yang kesepian, dan menimbulkan kemungkinan skandal seksual.

Apakah ini sebuah solusi cerdas, atau malah hanya sebuah jalan pintas untuk memudahkan penyelesaian?

Kita cermati bersama beberapa kejadian dan keadaan yang ada di muka bumi ini. Alasan biar tidak ada skandal, selibat dihapuskan. Lha itu pernikahan banyak juga perceraian, mengapa tidak ada usulan tidak usah ada pernikahan, biar tidak ada perceraian.

Atau polisi bubarkan saja, toh masih banyak maling, bandit, penjahat, buat apa adalah polisi dan keamanan. Faktanya, masih banyak kejahatan. Tidak ada kan yang mengusulkan atau petisi demikian.

Berapa banyak jeblinger, eksfrater yang pernah juga berikrar untuk selibat, mau sementara atau kekal, yang masih tetap melajang atau memutuskan untuk tidak menikah. Mereka juga baik-baik saja, dan justru malu para selibater, berkaul malah tidak setia.

Alasan kesepian sebagaimana kardinal di Jerman ungkapkan itu juga sangat mudah terpatahkan. Apalagi, jika berbicara kontekstual negeri ini.  apakah alasan dan dalih kesepian bisa mendapatkan pembenar yang sepadan?

Selain  bahwa banyak orang tidak menikah dan juga baik-baik saja. Terus banyak juga yang menikah namun masih berkonflik karena idaman lain, atau malah sedang ngetren banyaknya orang yang menikah juga menyetubuhi muridnya, lebih dari lima lho. Apakah alasan kesepian mendapatkan pembenaran dalam konteks ini? Sama sekali tidak.

Kehendak dan pilihan bebas mengikrarkan kaul yang mulai terkikis maknanya secara drastis dan berubah dangkal. Malah kecenderungannya memperoleh rasionalisasi, mengatakan, tidak boleh menikah. Padahal sama sekali tidak ada larangan. Namun penyerahan diri untuk memilih tidak menikah. Pilihan bebas.

Ketidakdewasaan dalam menjalin relasi bagi kaum selibater. Atas nama kesepian dan malah larut dalam keadaan itu. Padahal  pasti  sudah belajar pembedaan roh. Bagaimana roh baik dan roh jahat itu bekerja.

Formatio yang tidak mendalam.  Manipulatif demi kepentingan sendiri dan sesaat.  Ini masalah, jadi, mereka selesai kaul kekal atau tahbisan seolah kuda lepas dari kandangnya.

Selibat adalah kekhasan Gereja Katolik yang layak dipertahankan. Sudah ribuan tahun dan mampu bertahan itu hal yang luar biasa. Adanya noktah itu yang perlu perbaikan dan kesadaran bersama.

Susy Haryawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *