Sebelum mas Suroto (Alumni SMP Negeri Bogem 80) kemarin tanggal 27 Februari 2022 memposting seorang Guru SMP di Kabuaten Bantul JTN (55) tahun yang tewas gantung diri di rumahnya Trirenggo Bantul. Ada berita sebelumnya yang juga di posting dari mas Subiyanto dari WA Grup PBMN, tentang meninggalnya seorang professor di Ubud, Bali karena bunuh diri pada tanggal 25 Februari yang lalu. Beliau adalah Prof. Dr. Komang Budiarso Ms. Mengapa sampai demikian? Tidak ada info apa sebabnya. Mungkinkah karena frustasi? Oleh sebab apa? Tidak ada dalam ajaran agama manapun membenarkan langkah untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Dalam berita kematian seorang guru di Bantul disebutkan karena beban kerja untuk memberikan pelajaran online yang tidak tertanggungkan. Betulkah? Puluhan tahun sebelumnya juga pernah terjadi. Tetangga saya di Ngepos Lumbung Rejo. Tempel Sleman. Beliau terkenal tekun ke gereja. Di lingkungan kami juga cukup aktif terlibat dalam kegiatan keagamaan dalam doa lingkungan, bahkan memimpin ibadah. Pada suatu saat meninggal dengan menggantung diri dan meyayat nadi tangannya dengan pisau. Ada apa? Tentu peristiwa ini juga menimbulkan tandatanya bagi kami yang mengenalnya. Tampak dari luar hidupnya cukup baik dan religius. Apakah kehilangan makna hidupnya? Putus asa? Perasaan berdosa? Perasaan dikucilkan oleh keluarga? Sehingga akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri.
Menanggapi kasus bunuh diri yang di Bali, teman teman saya memberikan catatan pendek- pendek. Seorang professor berarti seorang intelektual, secara sosial, financial pasti kecukupan. Walaupun demikian melakukan bunuh diri, kemungkinan ada faktor lain dalam hidup ini. Ada yang menangapi begini. Rasanya kok aneh saja orang sekaliber beliau itu kok bunuh diri. Hindu tidak punya tradisi itu. Dalam cerita wayang (Hindu?). Dewi Setyowati permaisuri Prabu Salya, dan Dewi Surtikanthi, permaisuri Prabu Basukarno menantu prabu Salya, bunuh diri ketika mengetahui suaminya gugur di medan perang. Apakah isteri isteri Abimanyu juga membakar diri bersama jenasah suaminya dalam lakon Abimanyu gugur? Saya belum mendengar kisahnya. Dewi Arimbi juga membakar diri ketika Gatot Koco puteranya gugur di medan perang. Kisah seperti itu tampaknya terkoreksi dengan ajaran Hinduisme selanjutnya. Memang belum ada catatan tekstualnya. Atau kita tidak mengetahui karena tidak menghayatinya. Tetapi bunuh diri seperti kisah dalam pewayangan itu juga bukan bunuh diri biasa tetapi merupakan bakti atau loyalitas. Hindu Bali tidak identik dengan India. Black hole. We’re never knows. But we can learn from it.
Saya membuka memori masa lalu. Sekitar tahun 1996 saya pernah membeli buku di Toko buku Gunung Agung Jalan Kwitang Jakarta. Buku tersebut bercerita tentang kasus bunuh diri yang agak marak pada waktu itu. Ada catatan terjadi bunuh diri di daerah Sumowono Jawa Tengah. Juga di daerah Wonosari Gunung Kidul. Pendekatan ceritanya kalau saya flash back kebelakang agak mistis. Karena dikaitkan dengan apa yang disebut dengan “Pulung Gantung”. Seolah karena pulunggantung itu jatuh di daerah tertentu maka jadilah di suatu lokasi itu orang yang bunuh diri. Jadi bunuh diri ini disebabkan oleh sesuatu yang datangnya dari luar. Yang menempel atau menjatuhi orang tertentu. Bukan karena kuasanya orang yang bersangkutan.
Setelah saya membaca buku Victor Frankl tentang Man’s Search For Meaning, The Will To Meaning, dan Yes To Life, pikiran saya tidak seperti yang diuraikan dalam buku buku yang sebelumnya pernah saya baca dan kisah dalam cerita wayang itu.
Secara singkat saya catat pendapat Frankl sebagaiberikut:
Hidup bukanlah terutama sebuah usaha untuk menemukan kepuasan seperti yang diyakini oleh Freud, (kritiknya terhadap Psikologi Freudianisme). àTujuan Hidup itu untuk mencari kesenangan seringkali direduksi kepada kenikmatan seksual.
atau pengejaran kekuasaan seperti yang dipikirkan Alfred Adler, (kritik terhadap Adler) àTujuan hidup mencari kekuasaan.
tetapi pencarian makna ( Frankl) . Tugas terbesar manusia adalah menemukan makna dalam hidupnya.
Frankl melihat tiga kemungkinan sumber makna dalam hidup:
pertama dalam pekerjaan (melakukan sesuatu yang penting),
dalam cinta (memperhatikan orang lain), dan
dalam keberanian di saat-saat sulit.
Penderitaan tidak memiliki arti yang sebenarnya. Kitalah yang memberi makna pada penderitaan dengan cara kita menghadapinya.
Kekuatan di luar kendali Anda dapat merampas segalanya kecuali satu hal yaitukebebasan Anda untuk memilih bagaimana meresponskenyataan yang Anda hadapi. Anda tidak dapat mengontrol apa yang terjadi dalam hidup Anda, tetapi Anda dapat mengontrol apa yang Anda rasakan dan apa yang terjadi pada Anda.
Gagasan Frankl yang kemudian menjadi terkenal dengan sebutan Logo Terapi itu sebenarnya adalah upaya untuk menyembuhkan jiwa dengan membimbing manusia menemukan makna hidup hidupnya.
Siapakah Victor E. Frankl ini? Dia adalah seorang professor neurologi dan Psikiatri di Sekolah Kedokteran Universitas Wina. Selama 25 Tahun ia mengepalai Poliklinik Neurologi Wina. Logo Terapi/ Analisis Eksistensial yang ia ciptakan dikenal dengan sebutan “ Aliran Psiko Terapi Wina yang keTiga”. Dirinya menyandang gelar Profesor tamu di Universitas Havard, Standford, Dallas, dan Pittsburg, Southtern Methodist dan Dusquesne. Menjadi Profesor kehormatan untuk Logo Terapi di Universitas Internasional Amerika di Sandiego, California. Selama 4 dekade dia telah melakukan rangkaian kuliah tamu keberbagai penjuru dunia. Menerima gelar kehormatan dari 25 Universitas di benua Eropa, Amerika, Afrika, Asia. Dianugerahi sejumlah penghargaan termasuk di antaranya penghargaan Oskar Pfister dari Asosiasi Psikiatri Amerika dan anggota kehormatan dalam Akademi Ilmu Pengetahuan Austria. Sejumlah 39 buku karyanya telah dialih bahasakan dalam50 bahasa. Bukunya Man’s Search For Meaning telah terjual 16 juta eksemplar. Tercatat sebagai 10 Buku Berpengaruh di Amerika, menurut survei yang dilakukan oleh Klub Buku Bulan Ini dan Perpustakaan Konggres. Dia lahir di Wina Tahun 1905. Mendapat gelar Doctor di bidang kedokteran dan Doktor di bidang Filsafatdari Universitas Wina. Selama Perang Dunia II dia menjadi tawanan Nazi Jerman karena dia keturunan Yahudi. Sejak September 1942 dia dan keluarganya ditahan. Sampai 3 tahun kemudian dia dipindah pindah ke beberapa Kamp Konsentras iyaitu: Theresienstadt, Auchwitz- Birkenau, Kaufering dan Thurkheim, bagiandarikompleksDauschau.Victor E. Frankl meninggal dunia Tahun 1997 dalam usia 92 Tahung.
Dalam catatan penutup buku Man’s Search For Meaning dia bercerita tentang makalah seminarnya tangal 27 Januari 2006 bertepatan dengan peringatan 61 tahun pembebasan dari kamp konsentrasi Auzchwitz yang menewaskan 1,5 (atau 4- 6?) juta orang Yahudi. Tulisan Makalah tersebut pertama kali terbit di Jerman pada tahun 1946. Ketika diminta mengekpresikan makna hidupnya sendiri dalam satu kalimat, ia tuliskan jawabannya dalam satu kertas, dia meminta kepada salah seorang mahasiswa untuk menebak, seorang mahasiswa mengejutkan Frankl dengan jawaban: “ Makna Hidup Anda adalah membantu orang lain untuk menemukan makna hidup mereka”. Itu adalah kata kata yang sama persis yang dituliskan oleh Frankl.
Teman teman, para sahabat. Kita bisa belajar dari peristiwa yang terjadi yang mengejutkan kita, yang membuat kita prihatin dengan catatan ringkas yang saya buat ini yang diperoleh dari membacabuku Victor Frankl itu, khususnya dari catatan yang saya tulis miring*. Semoga bermanfaat. (A. Hari. P. Wijaya.)