Negeri Mafia

Negeri Mafia

Negeri ini sering terpampang dengan jelas terang benderang persoalan yang pasti menjadi nisbi. Penghinaan menjadi demikian mudah berubah menjadi sebuah kekhilafan. Fitnah malah menjadi krtikan katanya. Hukum bisa berubah-ubah sesuai kepentingan. Orang bekerja dicaci maki, dan yang hanya ha ha hi hi mendapatkan panggung kehormatan. Agama tidak lagi mengajarkan keluhuran moral, malah menjadi sarana berlindung dari kejahatan. Semata sarana mencari uang dan kepopuleran banyak pihak. Kesalahan tidak dipertanggungjawabkan, namun malah dikamuflasekan untuk mencari selamat dengan kata-kata suci dan label kesalehan.

Politik yang baik untuk memimpin masyarakat menuju pada kemakmuran, namun malah menjadi sarana dan ajang maling dengan berkedok martabat kekuasaan. Wakil rakyat menampilkan kerakusan dan ketamakan dengan arogan.

Birokrasi yang baik malah menjadi ajang mencari kekayaan dan kemegahan diri.  Bisa dipersulit mengapa kudu mudah. Berbeda dengan birokrasi pelayanan dan pengabdian. Semua orientasinya uang dan diri.

Sikap bertanggung jawab malah dikebiri dengan kata-kata kesalehan dan atas nama masyarakat. Lihat saja itu, para maling berdasi masih bermegah diri di balik jubah  peradilan yang tamak dan rakus.

Hukum hanya seremoni abai keadilan. Dalam sebuah sesi seminar, seorang dosen hukum sempat bertanya pada hakim, dar 40-an hakim yang mengaku menolak uang hanya 2-3 orang. Artinya 37 lebih atau di atas 90% mau menerima uang.  Bisa dibayangkan seperti apa jadinya negeri ini.

Mengaku religious namun maling, kejahatan-kejahatan lain demikian marak di depan mata. Lihat saja lalul intas di jalan raya bangs ini. Menjadi       ajang komplit display budaya negeri ini. Arogan, menang-menang e sendiri, munafik, dan melanggar namun bangga.

 Kondisi konkret yang memang demikian adanya. Hal yang memilukan, namun memang kudu kita hadapi sebagai sebuah proses bertumbuh. Kehendak baik masing-masing individu yang mau berubah, bukan memaksakan diri mengubah orang lain.

Yakinlah, kebaikan itu akan menular, bukan sikap pesimis dan kejahatan yang akan merajai. Kebaikan dan harapan yang utama untuk menjadi panglima dalam hidup ini. Semua adalah mungkin, apalagi jika dbarengi dengan iman. Mintalah pada Yang Empunya!   

Susy Haryawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *