IDIH RASA MUIH
Dokter Terawan dipecat permanen dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia dengan sanksi tidak boleh praktek seumur hidup melalui Muktamar IDI XXX di Banda Aceh. Media pun gegap gempita menyoroti kasus ini,bahkan nitizen ikut meradang atas ketidakadilan dan kesewenangan ini lalu muncul tagar #saveterawan.
Bagi yang masih punya akal sehat dan hati nurani jelas keputusan IDI memang berlebihan, bahkan sadis. Tuduhannya pun karena Terawan mengembangkan vaksin deindrik dengan Vaksi Nusantara yang difasilitasi RSAD Gatot Subroto. Ini sebenarnys masalah ilmiah yang punya prosedurnya sendiri selama Terawan mengikutinya tidak ada yang dilanggar. Munculah dugaan, keputusan ini titipan mafia farmasi untuk membungkam Terawan karena temuannya berpotensi mengancam bisnis vaksin mereka. Lalu apa hubungannya dengan ” dilarang” praktek seumur hidup kalau alasannya soal Vaksin Nusantara? Bisa diduga ini terkait praktik Terawan mengatasi pasien stroke dengan metode… yang juga ditentang IDI padahal banyak ” orang penting” berhasil disembuhkan. Terawan juga menerapkan teknologi kedokteran ilmiah, bukan perdukunan, dalam mempraktikkan metodenya. Apa salahnya? Kalau pun metode ini masih kontroversi, apakah harus dengan sanksi sekejam itu?
Ada hal lain yang menarik, penggunaan kata ” muktamar” untuk organisasi profesi yang bersifat umum,profesional, juga pilihan lokasi di Banda Aceh. Tak heran bila orang pun mencium bau ” kadrun” dalan tubuh IDI sebagaimana terjadi dalam tubuh MUI. Sanksi untuk Terawan lebih dilandasi kebencian dan irihati, bukan yang profesional dan rasional. Apalagi jika dikait kan dengan kasus teroris yang oknum dokter, Sunardi, yang ditembak Densus. IDI justru membela bahkan mengucapkan bela sungkawa sehingga aroma kadrun semakin menyengat. Ihhh..Idih rasa muih dech !
MUKIDiiiH