PRESENCE IS PRESENT
Refleksi Reuni Novis MSF 1984/1985 di Biara Kana, Salatiga tanggal 3-4 September 2022.
Kehadiran (presence) adalah hadiah (present). Aku hadir berarti aku ada untuk kamu. Kehadiran merupakan salah satu dari Lima Bahasa Cinta (Dr Gary Chapman dalam bukunya Five Languages of Love). Komunikasi digital seperti WhatsApp Group memang mampu mengatasi jarak, namun tetap nir kehadiran, ada yang bolong dalam relasi. Oleh sebab itu kehadiran tetap tak tergantikan, termasuk dalam belajar dan Misa daring.
Novisiat (tempat tinggal anggota baru biarawan, red) bukan sekedar bersama tinggal dalam satu tempat, melainkan hidup bersama selama 8.760 jam penuh. Peristiwa yang sangat jarang dimiliki oleh orang pada umumnya. Ada ikatan batin yang mungkin tidak disadari. Ketika usia masih produktif dan sibuk mengejar ambisi dan cita-cita melalui pergulatan hidup yang berbeda-beda, pengalaman 8.760 jam itu mungkin sekedar kenangan seperti ribuan kenangan lainnya.
Menurut studi neuro science, setiap tahun memori manusia berkurang 50%, namun kenyataan memori 8.760 jam tetap kuat melekat, bahkan beberapa orang masih ingat detilnya. Ini bukti bahwa hidup bersama di novisiat bukan kenangan biasa.
Ketika usia beranjak “tua”, sebagian sudah purna karya, ingatan kolektif 8.760 jam itu mulai bangun, dan dipicu oleh meninggalnya Br. Thomas Kumara , MSF, yang pada saat itu selaku Ekonom Novisiat Wisma Betlehem Salatiga, kesadaran dan dorongan untuk bersemuka-aku hadir semakin tak terbendung. “Mumpung kita masih utuh” (14 novis, 3 menjadi pastor). Tanpa menghiraukan rintangan dan kendala 12 novis siap hadir. Ada yang dari Bali, Malang, Jakarta Cisarua, Madiun dan Yogya.
Dalam usia yang tak muda lagi, para peserta reuni rela menempuh perjalanan darat via bis, travel atau kereta api berjam-jam. Saya dari Denpasar dengan Bis berangkat pukul 12.30 WITA sampai Salatiga pukul 04. 00 WIB. Hendry berangkat dari Malang dengan Travel sampai Salatiga sekitar pukul 02.30 WIB. Yang pasti pintu pagar Wisma belum dibuka, nunggu hingga pukul 06.00 WIB. Hari Padmo berangkat sehabis kerja dengan travel ke Semarang dan harus bermalam, paginya menuju Salatiga berdua dengan Tinus. Dari Yogya Cris dan Kartono dengan mobil pribadi, tetapi Cris Sabtu malam pukul 12.00 WIB harus kembali karena paginya harus ke Temanggung nikahan ponakan. Sis bersepeda motor sendiri sedangkan, Singgih dan Hari Wid membawa Elf dari Madiun agar nanti bisa mengangkut semua ke Semarang.
Kecapaian dan kelelahan pun sirna ketika satu per satu teman senasib dan sepenanggungan ini bermunculan. Tak pelak lagi, hanya kegembiraan dan suka cita yang ada. Perjumpaan itu sendiri yang paling utama, lalu dibumbui syering pergulatan hidup selepas novisiat dengan penuh canda seolah lupa kalau semua sudah lansia. Tak ketinggalan Romo Fajar berbagi pengalaman seru sebagai misionaris di Papua Nugini dan Texas ( nanti akan ditulis tersendiri).
Makna apa yg didapat? Kehadiran itu sendiri sudah bermanfaat, seolah panggilan jiwa sudah terpenuhi. Perasaan menyatu sebagai “saudara seperguruan” semakin menebal. Kita pernah berjumpa, sekarang berjumpa, semoga nanti masih berjumpa lagi. (Paul Subiyanto)