Reuni Novis 84/85 : Memaknai Tahun Novisiat
Para Novis Misionaris Keluarga Kudus (MSF) angkatan 1984/1985 bertemu kembali setelah sekian tahun tidak berjumpa. Ada yang jadi imam dan banyak yang menjadi awam.
Mereka berkumpul pada Sabtu dan Minggu tanggal 3 dan 4 September 2022 di tempat yang dulu menjadi Novisiat, Wisma Betlehem, yang saat ini sudah beralih fungsi menjadi rumah retret dengan nama Biara Kana.
Mas Ansgarius Hari Padma Wijaya, salah satu peserta reuni menuliskan catatan refleksinya dan mencoba menemukan makna reuni yang sudah dialaminya. Kami upload secara berseri. Semoga mencerahkan. Salam dalam Yesus Maria dan Yosep.
CATATAN HARIAN REUNI NOVIS MSF 84/85
Ansgarius Hari Padma Wijaya
Para Novis MSF angkatan 1984/1985 bertemu kembali pada tanggal 3-4 September 2022 di Wisma Kana Jl. Muwardi 27, Gendongan Salatiga. Dulu tempat itu merupakan Novisiat bernama Wisma Betlehem, Jl Muwardi 13, Gendongan Salatiga. Saat ini Novisiat MSF pindah lokasi di Jl Jl. Cemara Raya No.41, Sidorejo Lor, Kec. Sidorejo, di kota yang sama, Salatiga.
Bagi saya kunjungan ke tempat ini pada tanggal 3 dan 4 September kemarin, menjadi kunjungan kedua, setelah berubah dari Novisiat menjadi rumah retret. Saya berkunjung ke sini di akhir tahun 2019 bersama kedua anak saya dan isteri. Ingin mengenang masa lalu tempat saya menetas menjadi calon Misionaris walaupun gagal di tengah jalan. Tetapi saya sudah menemukan jalan yang disediakan Tuhan bagi saya, maka saya ajak mereka datang ke tempat ayahnya dulu disiapkan menjadi calon misionaris.
Mereka tidak berkecil hati atas kegagalan ayahnya, tetapi malah merasa bangga. Bapaknya pernah menjadi calon misionaris dari Konggregasi Keluarga Kudus. Dan sekarang berubah, karena Tuhan menyediakan panggilan lain untuk membangun keluarga dan semoga juga dapat menghidupi semangat Keluarga Kudus bersama mereka. Itu menjadi alasan saya beri nama baptis anak saya dari nama yang ada dalam Keluarga Kudus: Yosepin dan Maria.
Gambaran Wisma Kana Jl. Muwardi 27 Salatiga Saat ini.
Jalan Muwardi yang dahulu relatif sepi, sekarang menjadi ramai dengan lalu lintas berlalu lalang berbagai jenis kendaraan dari sepeda motor, mobil kecil, hingga truk tanggung yang memuat barang, juga ada angkutan kota yang melintas di jalur ini.
Saat saya melihat secara fisik bangunan Novisiat yang dulu saya tinggal di dalamnya tahun 1984/1985 cukup banyak perubahan. Beberapa pohon cengkeh di sisi timur halaman tengah ini sudah tidak ada. Di halaman tengah sisi barat saat ini ada pohon jeruk bali yang sedang berbuah. Karena pohon cengkeh di sisi timur sudah tidak ada lagi halaman tengah sisi timur ini terasa agak gersang, dan cukup panas di waktu siang. Pada waktu saya berkunjung akhir tahun 2019 ada di sisi selatan dekat refter seperti bekas mesin. Kemarin sudah berubah juga. Mesin bekas, seperti bekas mesin penggulung kabel itu sudah tidak ada. Tempat itu sekarang ini dibangun seperti booth untuk berfoto. Ada komentar ganti Menteri ganti kebijakan.
Halaman samping kanan di luar gedung bangunan saat ini menjadi tempat parkir yang luas. Dulu ada pohon-pohon dan tanaman bunga di pinggir kamar. Sayangnya baik tahun 2019 itu maupun kemarin saya tidak sempat melihat bagaimana kondisi di kebun belakang yang dulu di depan ruang rekreasi. Kebun kenangan karena saya dan Mas Bi dimarahi Br. Thomas, karena tanpa seizinnya, telah memotong dahan pohon Alpukat yang telah patah diterpa angin pada saat turun hujan. Kebun belakang yang dulu menjadi kandang ayam potong piaraan para Novis yang dikonsumsi dagingnya setiap akhir pekan. Kandang ayam petelur. Saya hanya melihat sepintas ada kandang anjing di kebun bawah sana. Halaman tanah di kebun belakang yang dulu tersisa sekitar 3 meter lebarnya tinggal sekitar satu setengah meter saja.
Ruang rekreasi masih ada, tetapi agak menjorok ke arah samping yang dulu menara air. Saya tidak melihat lagi menara air itu dipindahkan kemana.
Kapel sudah berubah menjadi kamar. Kapel yang dulu juga sudah dipotong menjadi kamar. Kapel berpindah dari sudut kiri depan bergeser ke tengah bagian belakang memotong bangunan yang dulu ruang pertemuan. Ruang kapel tampak lebih luas. Tetapi kursi lipat untuk berdoa yang dibuat dari kayu jati yang legendaris dulu tinggal sebaris dibangian paling depan saja. Sakristi yang dulu berubah menjadi 2 kamar mandi.
Kamar mandi yang dulu ada diujung selatan kanan dan kiri sudah berubah. Kamar mandi ada di setiap kamar, ada di dalam kamar. Kamar mandi yang dulu ada di dekat garasi masih dipertahankan dua buah. Di situ sekarang tersedia drum yang menempel di dinding atas untuk menyediakan air hangat bagi yang ingin mandi dengan air hangat. Dapat sendiri mengambil di tempat itu untuk di bawa ke kamar mandi yang ada di kamar. Bukan bak masif dari keramik yang dibuat kotak pesergi empat berlapis keramik berwarna merah jambu dan lantai berwarna kuning seperti dahulu yang ada di dalam kamar mandi setiap kamar. Tetapi bak penampung seperti genthong berbahan plastik tebal berwarna merah bata seperti bahan ember. Tersedia ember untuk mengambil air panas, dan gayung. Toilet duduk dari warna putih yang bersih dan juga shower bagi yang ingin mandi dengan alat ini. Di luar kamar mandi di samping pintu ada wastafel kecil untuk menggosok gigi dan mencuci muka.
Di dalam kamar tersedia dua tempat tidur, sebuah meja dan kursi untuk duduk dan lampu duduk di atas meja serta kipas angin cukup besar yang menempel di dinding 2 meter di atas meja. Meja diletakkan di bagian tengah diantara kedua tempat tidur.
Ruang pertemuan untuk konferensi dan sekaligus perpustakaan sudah berubah.Ada area pemisah antara ruang pertemuan dan kapel sekitar 5 meter lebarnya. Beratapkan langit terbuka. Di bawah di luar ruang pertemuan inilah letak kendang anjing. Saya melihat ada seekor anjing warna hitam yang ada dikandang. Tidak sebesar Zorro yang dulu diikat di kebun luar sebelah timur bangunan ini. Juga anjing kecil warna merah dan hitam. Si Blacky dan Si kancil dulu tidak ada lagi penggantinya.
Ayam potong, di dalam kandang, dan ayam kate serta entog yang dulu berkeliaran di halaman sebelah timur bangunan tidak ada lagi. Masih terkenang bagaimana ayam-ayam itu berlarian mendekati kita ketika membawa panci saat kita hendak memberi makan pada mereka. Ayam-ayam itu hampir habis karena menjelang kami pindah ke Yogyakarta, terkena penyakit yang membuat meraka hampir setiap hari selama 10 hari terakhir di sini kita sebelih sebelum mati diterjang penyakit itu.
Dapurnya berubah. Dapur menyatu dengan Gudang. Gudang di dekat Refter menjadi pantry yang luas dan bersih. Dapur yang dulu sudah tidak ada. Kamar belakang di dekat dapur tampaknya sudah terpotong menjadi Sakristi dan menyatu dengan kapel yang baru. Tempat jemuran di belakang di depan dapur dahulu menjadi lebih sempit.
Garasi bukan melekat dengan bangunan utama seperti dahulu tetapi dibangun baru menghadap langsung ke arah pintu gerbang samping. Di ujung halaman mempet dinding pagar belakang. Dapat memuat 3-4 mobil. Di depan kamar mandi yang dulu garasi dapat digunakan parkir untuk sepeda motor.
Bagi para perokok harap diingat. Di dalam kamar dan di lingkungan Rumah retret ini ada larangan merokok. No Smoking. Jika merokok akan di denda sebesar Rp. 1.000.000,-. Namun demikian disediakan tempat merokok di luar ruang rekreasi. Dekat kebun yang dulu kita dapat melihat Rawa Pening dari jauh. Rawa pening sudah tidak tampak lagi sekarang ini dilihat dari sini karena tertutup banyak bangunan dan rumah di seberang pagar dinding pembatas wisma ini.
Halaman depan masih seperti yang dulu. Juga penampilan luar bangunan masih sama. Kamar tamu tidak berubah. Lorong di depan kamar kamar dahulu masih tetap bersih mening mening, juga bahan lantainya tidak berubah. Refter tetap. Kamar Romo Magister juga tetap. Malah mas Siswantoro kemarin tidur di kamar itu sambil berkelakar kepada kami, siapa yang mau colloquium dengan saya silahkan. Seolah-olah dia menggantikan Rm. Tan Thian Sing MSF sebagai Magister Novisiat.
Yang tinggal di Wisma Kana ini ada 2 romo. Rm. Ari dan Rm. Rinoto Hadi Wardoyo MSF. Tetapi sepanjang waktu pertemuan ini kami tidak bertemu dengan Romo Rinoto karena sedang mejalankan tugas di luar Wisma. Dua orang ibu yang memasak di dapur dan menyiapkan kamar bagi tamu, menjadi pengganti Mas Parmo dan Bu Nora yang sudah almarhum. Salah satu ibu yang menyiapkan bagi kami makan dan kamar-kamar yang bersih menyatakan bahwa tidak menguasai bahasa Jawa, jika kami berbicara menggunakan bahasa Jawa. Beliau berasal dari Palembang dan sudah dua tahun ini bekerja di sini. (*)
Reff google maps Lokasi biara Kana : https://www.google.co.id/maps/place/Biara+Kana/@-7.3353475,110.5081795,17z/data=!4m5!3m4!1s0x2e7a78325dc2a9b7:0x2159bd651af28589!8m2!3d-7.3351235!4d110.5076446?hl=en&authuser=0