“WE ARE PROUD OF BEING MEMBER OF PBMN”
(Sepenggal Kisah Kerinduan Bersama Dulur Seperguruan)
Minggu, 4 Desember 2022. Jarum jam menunjukkan pukul 23.04. Saya secara leluasa mengirimkan pesan melalui whatsapp kepada Mas Sumartaji. “Selamat malam Mas Sumartaji… Salam sehat. Mohon maaf…. Apakah berkenan sharing pengalaman singkat, mengapa berkenan hadir dalam acara Pertemuan Nasional PBMNdi Jogja?” “Besok ya Mas, tak buate….nuwun….TK”.
Demikian balas Mas Sumartaji kepada saya melalui media yang sama. Saya maklum, malam sudah larut dan menjelang pergantian hari.
Senin, 5 Desember 2022. Mas Sumartaji memenuhi permintaaan saya. “Mas Ismul… ini sepenggal kisah kerinduan paseduluran…. Mohon bisa dicek dan direvisi. Terimakasih.” Kabar dari Mas Sumartaji mengiringi kisahnya.
“Permintaan Mas Ismul Sang Komandan Korwil PMBN Yogya agar saya menulis kisah pertemuan nasional PBMN di Jogja cukup menggugah dan membangkitkan imajinasi saya untuk melihat kembali betapa indah memikat namun sekaligus mengagetkan/menghentakkan karena runtuhnya gambaran kerukunan, kebersamaan dan kepedulian yang telah ditanamkan, diajarkan dan dipraktekkan di masa pendidikan.
Tanpa mencari siapa yang salah apalagi mengkambinghitamkan persoalan, fakta menunjukkan bahwa persiapan pendidikan selama 9 tahun dan tugas pelayanan selama 6 tahun tidaklah teramat kuat menghadapi terjangan badai kehidupan, yang ujung ujungnya “mundur” dengan pertimbangan: “Viat Voluntas Tua” (Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak–Mu). Momentum yang bermulti dimensi pemahaman: sedih, senang, kecewa, sakit, pilu sesak, kecewa, sejuta perasaan. Betapa tidak: keputusan justru terjadi pada saat puncaknya bertugas. Sangat tidak mudah untuk dicerna dan dilupakan,
Peristiwa melangkahkan kaki di masyarakat luas 36 tahun yang silam menjadi penanda dan awal mula perjuangan hidup yang penuh tantangan, perjuangan dan tetesan air mata yang kadang tak terbendungkan. Slogan BP7 bahkan 9 (Berangkat pagi pagi, pulang petang, penghasilan pas pasan, potong pajak, potong pinjaman, pusing) menjadi salah satu momentum dinamika kehidupan di luar.
Tuhan tidak pernah sare. Dia tidak pernah membiarkan umat-Nya mengalami percobaan lebih daripada rahmat dan berkat yang akan diberikan. Perlahan tetapi pastiIah mengulurkan tangan kasih dan berkat–Nya sehingga pekerjaan (di Perusahaan, Sekolah dan Yayasan sebagai HRD-QMS, trainer SDM) dan kehidupan berkeluarga (1 isteri, 3 anak dan seorang cucu) semakin tertata dan terberkati.
Semangat kekeluargaan, kebersamaan dan kepedulian yang pernah muncul dan terhayati, namun juga pernah runtuh bahkan hilang. Seiring perjalanan waktu, dalam kehidupan di dunia nyata ini, semangat itu bersemi, bertumbuh dan berkembang lagi, bahkan menjadi suatu kerinduan yang tak terbendungkan. Semangat keluarga Kudus Nazareth yang sempat redup menjadi terang dan segar kembali.
Paseduluran Brayat Minulya Nusantara mempunyai peran yang sangat besar dalam menghadirkan kembali semangat Keluarga Kudus Nazaret bagi saya dan keluarga. Melalui buku “Ngumpulke BalungPisah”, pertemuan, Webinar, kontak secara pribadi maupun melalui grup WA (yang terkadang slengekan) dan terutama kepedulian kepada para sedulur mempunyai arti dan andil yang besar sekali. Matur Nuwun.
Kerinduan berkumpul kembali dengan para sedulur menjadi peristiwa mengharukan bagi saya. Saya bahkan meneteskan air mata pada saat mengikuti pertemuan bersama Korwil Semarang. Saya berjumpa dan berfoto bersama Mas Mardyo, Mas Purwo dan Mas Darmo. Selama 36 tahun, kami tidak bertemu. Mereka bertiga dan bersama Mgr. Sutrisna, Romo Margo dan Romo Harihadi, adalah teman seperjalanan mulai awal sampai mendapatkan berkat tahbisan. Betapa rindu dan hubungan batin yang tak terelakkan.
Penantian panjang kerinduan itu kembali bersinar terang. Ada berita bahwa akan ada pertemuan PBMN di Yogya yang diprakarsai Korwil Yogya. Perhatian dan kepedulian luar biasa salah satu “Pengurus” (terimakasihya Mas). PBMNlah yang menggendong dan mengantaraku, isteri, anak dan adikku untuk bersama “merasakan kembali nilai luhur: paseduluran, keakraban, kebersamaan dan kepedulian” di Muktamar PBMN Yogyakarta. Di sini juga kami merasa BANGGA, karena adanya: saling penghargaan, penghormatan, senasib dan sepenanggungan, peduli, rukun dan saling memperkuat, terberkati dan memberkati.
Bahkan saya sempat berdoa di Sasana Golgota untuk para konfrater yang sudah kembali kepangkuan Bapa, dan napak tilas di Biara Nazareth. Kami berasal dari sumber yang satu dan sama yaitu KELUARGA KUDUS NAZARETH. Oleh karena itu tidak ada kata lain yang dapat saya dan keluarga sampaikan; KAMI BANGGA MENJADI ANGGOTA PBMN (“WE ARE PROUD OF BEING MEMBER OF PBMN”) “
Sekarang Tuhan perkenankanlah hamba–Mu berpulang,
karena telah melihat keselamatan–Mu;
Sekarang Tuhan perkenankanlah kami pulang ke Bekasi,
karena telah berjumpa dan berkumpul,
dengan saudara seperguruan MSF.
Bekasi, 4 Desember 2022
Th. R. Sumartaji
Mas Sumartadji telah memberikan teladan luhur kpd kami. Sangat menjiwai dan menghargai makna kekeluargaan / paseduluran dlm PBMN ini. Maturnuwuuuun🙏🙏🙏.
Berkah Dalem tansah pinaringan dateng mas Martadji sekeluarga🙏🙏🙏