PBMN Jabodetabek Merayakan Paskah Tahun 2023

PBMN Jabodetabek Merayakan Paskah Tahun 2023

Malam ini saya sulit tidur karena merasa lapar. Tadi siang makanan berlebih di acara Paskah PBMN Jabodetabek di Pastoran Paroki Jagakarsa, Jl. Sirsak 14 Jagakarsa, Jakarta Selatan. Maksud hati sore ini tidak perlu makan lagi, tetapi ternyata lapar juga setelah mapan tidur. Sehingga saya bangun untuk makan malam, dan syukurlah bebek goreng kemarin sore masih ada dan masih layak dimakan setelah sebentar saya panasi. Setelah makan perut terasa kenyang dan juga tidak mengantuk kemudian  ingat pertemuan tadi dan kembali juga ke pertemuan Natal yang lalu yang menjadi awal terlaksananya pertemuan hari ini.

Pertemuan ini berawal dari pertemuan Natal PBMN tanggal 14 Januari 2023. Di saat akhir pertemuan Romo FX. Sutarno MSF menawarkan untuk acara Paskah yang tercetus pada pertemuan tersebut ditawarkan agar kembali ke tempat ini dengan berbagai fasilitas yang akan disediakan Romo Tarno. Gayung bersambut. Januari. Februari. Maret. April. Hanya selang 4 bulan tidak genap, kami Kembali ke sini dengan acara berbeda. Dari Natalan, menjadi Paskahan. Tanggal 23 Februari 2023 Mas Anton Heru  selaku Koordinator PBMN Jabodetabek sudah sepakat waktu dengan Romo Tarno paskahan ini akan dilaksanakan pada tanggal 16 April 2023.

Kalau dalam acara Natal dulu hadir 31 peserta. Hari ini setelah saya hitung kembali hadir 36 Peserta dari 13 keluarga. Sedikit lebih banyak. Dalam persiapan kami ( Mas Heru, Mas Thomas, mas Andre) berupaya sedemikian  agar lebih banyak yang dapat hadir. Namun Sebagian teman teman telah atau sedang memiliki kesibukan, sehingga tidak dapat bergabung bersama dalam acara hari ini. Namun demikian acara juga cukup berkesan. Kami dapat mengisi waktu dengan sharing yang berbeda dari sharing pada waktu Natal. Kami dapat bercerita tentang “luka-luka” yang sudah sembuh berkat pertemuan seperti ini, sehingga menimbulkan suka cita.

Mas Adi Hendro tidak dapat hadir karena ada acara dadakan yang harus diisinya di Wisma Samadi, Klender. Ada acara dengan salah satu Stasiun Televisi. Bro Jagaduli sedang dalam perjalanan dari Yogya ke Jakarta pada hari ini. Bro Stanis Soda Herin posisi masih di Flores. Mas Edi Kristianto belum dapat hadir, karena ada tanggung jawab keluarga yang tidak dapat ditinggalkan. Bro Daniel Boli Kotan ada tugas untuk menjadi wali dalam perkawinan dan dilanjutkan acara pesta sambut baru di lingkungannya. Mas Aditya tiba-tiba putranya sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Yang tidak dapat hadir bukan karena kurang perhatian terhadap komunitas ini, tetapi memang sedang ada kegiatan yang tidak dapat dihindari.

Acara dimulai pada pukul 10.15 WIB. Ketika menyampaikan sharing, Mas Bagyo –yang lebih suka disebut Eyang Kakung– menyampaikan, berbagi itu tidak selalu hanya berupa materi. Tetapi berbagi dengan sapaan, kunjungan, teguran, perhatian, dan itu akan menggembirakan. Membuat kita bersuka cita. Sharing diawali oleh mas Widyanto yang jauh dari Surabaya hadir bersama, karena kerinduan untuk bersama saudara-saudaranya di Jabodetabek ini. Bahkan mas Widyanto hadir bersama dengan Mas Hendra yang dulu juga menjadi motor bergeraknya PBMN ini, khususnya dalam bidang dana. Hari sebelumnya juga sempat berkunjung ke Pak Broto Santoso di BSD. Mas Wid menyarankan agar paguyuban ini dapat berjalan terus untuk saling membantu dan memberikan perhatian bagi yang memerlukan  sebagai sesama Saudara. Mas Gunawan mengungkapkan rahasia yang belum pernah di ceritakan semasa TOP nya di Paroki Rawa Seneng. Mas Teguh bersambung dengan pengalaman Mas Hendra saat di awal bekerja di Jakarta. Saya ceritakan panggilan Tuhan di jalan lain selain menuju imamat yang sudah disediakan untuk saya oleh-Nya, agar hidup ini menjadi bahagia. Mas Wiwid van Bogor menceritakan pengalaman hidupnya setelah meninggalkan MSF yang ternyata juga bersamaan dengan perginya mas Hendra, mereka seangkatan pada waktu meninggalkan MSF, kemudian mas Wiwid mengenang kembali pertemuan PBMN di Pangandaran. Dan juga perjuangannya dalam hidup menggereja di Keuskupan Bogor. Dari luar gereja – menjaga kemananan saat misa, hingga terakhir menjadi Petugas Luar Biasa (istilah di Keuskupan Bogor sebagai Prodiakon) yang ternyata juga merupakan proses batin yang unik dalam dirinya. Dari luar menuju ke altar. Proses rekonsiliasi yang memerlukan waktu yang panjang baginya. Mas Kamil Inglan yang berasal dari Adonara, menceritakan pengalamannya berlima dari Seminari di Flores yang meninggalkan MSF setelah memasuki masa Novisiat. Tetapi menerima ketidakberlanjutannya dalam panggilan Imamat sebagai panggilan Tuhan juga. Saat ini bekerja sebagai konsultan bidang pendididikan yang wilayah jelajahnya meluas se Indonesia. Mas Andre menceritakan pengalaman awal berdirinya Brayat Minulyo yang kemudian berubah menjadi PBMN yang grafiknya meningkat dalam aktifitas anggotanya. Berkembang menjadi beberapa regio baik di Jawa maupun di Kalimantan. Di awal betapa mesranya relasi dengan paroki Rawa Mangun Jakarta Timur karena seringkali pertemuan intensif di awal itu dilakukan di sana. Sharing juga diberikan kesempatan kepada putri dari alm. mas Sumartaji, tampaknya dia, dari tiga bersaudara, adalah  anak putri  yang paling dekat dengan ayahnya. Dia ceritakan bagaimana ayahnya menyiapkan dirinya untuk hal hal yang cukup terkait dengan budaya bangsanya. Dengan wayang orang, seni tari, dan seni tradisi lainnya. Dia merasa gembira ayahnya di saat akhir sangat dekat dengan saudara saudaranya di PBMN. Kidung Simeon yang ditulisnya sebagai pengalaman menggembirakan dalam pertemuan Pojok pada bulan September 2022, terungkap kembali pada doa arwah hari ke tujuh wafatnya, 12 hari setelah pertemuan Natal di Jagakarsa ini juga. Dia datang sendiri karena kakaknya Alfons sedang dirawat di rumah sakit. Hatinya teringat kembali kebersamaan dengan ayahnya baik di Wisma Pojok maupun saat dia sampai di pintu gerbang pastoran ini tadi, “Pa, kita sudah sampai kembali di tempat papa bertemu dengan teman temannya beberapa waktu lalu.” Mas Anton Heru bercerita tentang pengalaman resiko dari keputusan untuk berhenti sebagai imam dengan berbagai perjuangan yang dihadapi. Namun memiliki keyakinan bahwa Tuhan tetap baik dan hadir mendampingi melalui berbagai peristiwa dan perjumpaannya dengan orang lain.  Dan di awal awal dengan Saudara saudaranya PMBN yang pada waktu itu namanya masih Brayat Minulyo. Pendampingan Tuhan yang penuh kasih seringkali dirasakan membuatnya menjadi haru. Mas Thomas selaku Ketua PBMN yang semula ingin menunda sharingnya, berhubung mas Bagyo dan Mas Gunawan tidak akan dapat mengikuti pertemuan sampai akhir dan harus meninggalkan tempat, karena ada acara lain, membuka sharingnya sebagai penutup dengan informasi bahwa buku ke-3 tentang PBMN sudah akan terbit. Jika buku pertama memuat kurang lebih 120 orang anggota, buku kedua 180 anggota buku ke-3 akan menjadi 210 anggota. Ada 18 kisah yang telah ditulis sebagai bahan refleksi yang dapat dibaca di dalam buku ke tiga ini.

Kami hunjukkan doa dalam perayaan Misa, arwah bagi para sedulur yang pernah menjadi bagian dari PBMN Jabodetabek. Ternyata cukup banyak juga. Ada 18 orang yaitu,  almarhum Bapak:  Fransiskus Darmanto, Aloysius Hadi Wiyata, Hadi Subroto, Dirgono Mastu, Hadi Subroto, Wedyo Kartono, Hendro Warsito,  Edy Suhendro, Minarto, Horman Hernanto, Darmono, Aloy Ngaeranto, Suryo Puasto, Sumartaji, Harso Wijaya, Mas Lucius Cipto Martoyo. Elisabeth Suwarni ( Istri dari mas Noto Budiharjo), Ivon Therik ,(Istri dari mas Mangun Tiarso).

Juga kami doakan saudara-saudara yang sedang sakit: Mas Gunawan Seno yang akan menjalani tindakan medis untuk kesehatan jantung pada bulan Mei yang akan datang, Mas PD Subagyo agar tetap semakin sehat, Bu Titik Minarto yang baru dalam proses kesembuhan dari sakit, dan putra dari mas Aditya. Sedianya bu Titik dan mas Adit akan hadir hari ini, tetapi putranya tadi malam jatuh sakit. Dalam sharing juga disampaikan oleh putri pak Sumartaji bahwa kakaknya Alfon juga sedang dirawat di rumah sakit, sedianya datang juga pada hari ini. Alfon juga menjadi bagian yang kami doakan dalam kesempatan misa pada hari ini.

Bagi yang sudah wafat agar Tuhan menyediakan tempat dalam kerajaanNya dan bagi yang sakit agar cepat sembuh kembali dan diringankan penderitaannya dari rasa sakit.

Dalam homilinya Romo Tarno menyampaikan refleksi. Baginya PBMN bukanlah suatu organisasi, tetapi sedulur. Sedulur adalah bagian dari hidup. Di hadapan sedulur tidak ada rasa malu. Rumusan sukacita Paskah baginya adalah menjadi bagian dan aktif mengambil bagian. Ini yang menimbulkan hidup penuh sukacita dan 0ptimis. Jadilah optimis dan optimal. Rumusan lain dari tema Paskah PBMN kali ini. PBMN Bangkit Bersama Kristus menjadi Garam dan Terang. Inspirasi dari bacaan Misa hari ini sudah dihayati dalam PBMN. Berkumpul, makan bersama, dan berdoa.  Dalam komunitas ini terjadi setiap kali ada pertemuan seperti ini. Tetapi setiap hari sudah dilakukan di dalam keluarga. Walaupun tidak ada keluarga yang ideal, tetapi hal itu sudah terjadi dan terus dapat diperjuangkan untuk terjadi. Agar suka cita Paskah terus dialami. Homilinya disampaikan secara  tidak searah. Semua diminta mengucapkan satu kata atas insprasi dari bacaan misa hari ini. Termasuk anak-anak yang hadir. Sehingga kata demi kata yang berasal dari bacaan hari ini dapat diungkapkan satu persatu. Seperti: Damai sejahtera bagimu. Jangan takut, Bersukacitalah, Jangan Tidak percaya – tetapi percayalah. Tuhan akan menyertai sampai akhir zaman. Sebelum masuk dalam homili disampaikan 3 pernyataan. Antara lain bahwa proses hidup dalam suka dan duka, luka dan dinamika harus dilalui untuk sampai kepada sukacita. Luka akan tersembuhkan kalau tidak terpaku pada hidup di masa lalu. Harus penuh harapan untuk masa depan.

Setelah misa selesai obrolan asyik masih dilanjutkan sambil minum bir yang ditambahkan oleh Romo dari Kulkas pastoran. Hari ini makanan yang disediakan Romo Tarno memang amat berlimpah. Lebih dari cukup. Juga makanan yang dibawa masing masing sebagai pot pouri: pisang raja, jeruk, pudding, es cendol, rempeyek kacang. Pisang rebus, ubi rebus. Berlimpah ruah dinikmati dari sebelum misa dilakukan sampai setelah misa. Romo Tarno masih terus membuka diri, sekiranya ada pertemuan di tempat lain yang masih dapat dijangkau, misalnya terjadi di Rawamangun, Rm. Tarno minta diberi kabar agar menjadi bagian dan ikut terlibat dalam pertemuan dengan PBMN. Bahkan Ketika tidak ada tempat di tempat lain. Romo Tarno masih membuka diri dan berkenan memfasilitasi untuk PBMN berkegiatan kembali di pastoran Paroki ini.

Romo. Luar biasa sambutan Romo pada kami anggota PBMN. Mirip seperti yang terjadi dalam Kitab Suci, kepada kami Romo telah menyediakan makanan dan minuman. “Susu dan madu. Anggur dan gandum terbaik”  yang boleh kami nikmati hari ini. Bahkan Romo masih menyediakan untuk kesempatan lain jika kami membutuhkan. Terima kasih. Romo Tarno, Romo Bani dan Bruder Sigit rasanya menjadi bagian dari kami dan kami menjadi bagian dari Romo meskipun kita mempunyai panggilan yang berbeda, tetapi kita dapat saling melengkapi sebagai Saudara dalam panggilan menuju Allah Bapa yang sama melalui semangat Keluarga Kudus Nasaret yang juga sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari hidup kami. Semoga Suka cita kami juga menjadi sukacita dari Komunitas pastoran Paroki Jagakarsa. Tuhan memberkati.

Jakarta, 16 April 2023

Ansgarius Hari 45 Wijaya

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *