Kamis Putih : Cinta Tak Pernah Kehabisan Cara

Kamis Putih : Cinta Tak Pernah Kehabisan Cara

Perayaan Ekaristi Kamis Putih I, 28 Maret 2024, di Paroki Karangpanas, Semarang, dimulai pukul 17.00 WIB. Saya ikut melayani sebagai petugas prodiakon. Ada 38 orang prodiakon yang bertugas. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Andreas Setyo Budi Sambodo Pr.

Seperti prakiraan panitia, jumlah umat yang hadir pada misa pertama sangat banyak. Gedung Gedung gereja yang mampu menampung 1.000 orang penuh. Selasar gereja baik di sisi kiri, kanan dan halaman depan gereja, serta aula Athanasius, Aula Maria, Kapel tidak ada yang kosong.

Melalui Ekaristi Kamis Putih Gereja Katolik mengajak umatNya untuk menghayati Misteri Kristus secara lebih mendalam. Umat Katolik menghayati duduk semeja dengan Tuhan Yesus, bukan sebagai penonton, tapi sebagai sahabat. Sebab semua yang Yesus lakukan, dilakukannya dengan cinta terbesar karena Dia menyerahkan Diri bagi sahabat-sahabatnya.

Tuhan Yesus memberi teladan tentang pelayanan yang rendah hati melalui upacara pembasuhan kaki. Tuhan Yesus membasuh kaki para muridNya.

Dalam perayaan Ekaristi tersebut, Lonceng dibunyikan saat Madah Kemuliaan. Sesudah itu tidak ada lagi suara lonceng/bel. Yang dibunyikan adalah crotalus (klotok), yang menandakan suasana kesedihan hingga misa malam paska.

Crotalus : adalah alat yang terbuat dari kayu ini sebenarnya termasuk dalam jenis alat musik perkusi. Crotalus sendiri berasal dari bahasa Yunani: ‘krotalon’ yang artinya derik. Alat ini berbunyi dengan cara diputar dan menghasilkan suara yang, bisa dikatakan, kurang nyaman di telinga.

Setelah komuni kudus dibagikan, imam tidak memberi berkat penutup, namun diadakan suatu perarakan Sakramen Mahakudus untuk ditahtakan di tempat yang telah disediakan, karena tabernakel dan panti imam dikosongkan, sebagai simbol dimulailah malam sengsara Tuhan Yesus.

Ini merupakan kenangan para murid yang menemani Yesus dari tempat perjamuan terakhir menuju ke taman Getsemani. Jadi, karena merupakan perarakan dan bukan adorasi, maka Sakramen Mahakudus tidak ditahtakan dalam Monstran. (*)

M. Unggul Prabowo

Penulis lepas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *