Jeblinger, Panggilan Natanael, dan Minggu Panggilan
Semalam WAG PBMN, Bramin dipenuhi diskusi mengenai jebling, jeblinger, dan juga konteks pangilan. Baru ingat, mengapa pada bicara hal tersebut, paginya ketika Misa, oh Hari Minggu Panggilan. Hal yang menarik itu mengenai jebling, keluar atau dikeluarkan dari seminari, khas Mertoyudan, tanya rekan Garum ternyata tidak tahu. Lebih luas mungkin yang pendidikan seminarinya di Keuskupan Agung Semarang akan sama pahamnya.
Lebih banyak yang njebling atau keluar ataupun dikeluarkan itu adalah fakta. Konteks pembicaraan dalam grup itu asyik dan lucu, maka bukan bicara mengenai terluka ataupun luka batin, sebagaimana banyak dialami para eksem. Tentu saja bisa dikupas dan diulik dalam artikel yang berbeda. Kali ini mau melihat bagaimana njebling itu juga bagian dari panggilan.
Tentu saja tidak ada satupun orang yang mendaftar ke seminari dan memikirkan akhirnya dikeluarkan atau keluar. Pastinya ketika mendaftar, seleksi, masuk, dan berproses maunya menjadi imam, tidak mungkin berpikir untuk njebling. Beda, jika sudah memasuki dinamika dan proses di dalam, sehingga memahami apa yang mau dijalani.
Seorang rekan mengatakan, ketika tahu ia mantan frater, ada anak datang dan bertanya mengapa keluar, dijawab coba saja dulu masuk, tidak usah berpikir kenapa keluar. Ini identik dengan panggilan Nikodemus yang diundang untuk datang dan lihatlah.
Hadir.
Kehadiran, kedatangan, dan masuk di dalamnya jadi akan tahu, paham, dan mengerti seperti apa toh pendidikan calon imam itu, enak tidak, nyaman tidak, dan memang membantuku berkembang atau malah sebaliknya. Tanpa hadir menyaksikan, melakukan, dan terlibat di dalamnya mustahil akan paham. Mengerti dengan baik ketika hadir, masuk, dan menjadi bagian di sana.
Lihat
Melihat, menyaksikan, dan kemudian merasakan. Tanpa itu semua belum sepenuhnya mengerti, memahami, hanya delok- kendel alok, penonton yang riuh rendah menyaksikan pertandingan, namun tidak bertanding. Dua hal yang seharusnya dilakukan semua, datang dan lihat, tidak hanya satu.
Minggu Panggilan
Nasihat atau ajakan paus sangat bagus. Mengharapan Gereja Katolik untuk menjadi PEZIARAH HARAPAN dan PEMBANGUN DAMAI. Media mengisahkan bagaimana banyakcalon dokter spesialis bunuh diri. Mereka tentu saja putus harapan, dan Minggu Panggilan ini Paus mengajak orang penuh harapan.
Senggol bacok dan dikit-dikit amuk. Bagaimana keakuan demikian tinggi, sehingga membuat orang lupa untuk apa hidup bersama. Damai itu susah karena mau menang sendiri. Toleran itu jauh dari harapan ketika masih mementingkan diri dan egoisme sempit.
Jeblinger yang penuh harapan, membawa damai itu juga panggilan dari Allah. bagaimana memaknai hidup dan berdaya guna terutama bagi diri sendiri, kemudian bagi keluarga, Gereja, negara, dan dunia.
Salam JMJ
Susy Haryawan
Njebling, keluar atau di-keluar-kan dari seminari atau kehidupan membiara bukan akhir segalanya, bukan berarti kiamat. Tuhan punya maksud dan rencana….jalani, nikmati, syukuri…..tetap berdaya guna….Tuhan memberi berkat berlimpaj. BD
setuju, wong jalan juga banyak oq
salam JMJ