CerMin : PENGAKUAN
Romo Pras benar- benar shocked mendengar pengakuan jujur Pak Kris, salah satu tokoh dan panutan umat. Di ruang pengakuan itu, ia mengakui bahwa selama ini hidup serumah dengan wanita yang bukan istrinya. “Apakah Tuhan mau mengampuni dosaku ini Romo? ” tanyanya. Romo agak kesulitan menjawab sebenarnya, ” Aku tidak tahu karena itu urusanmu dengan Tuhan, anakku. Tetapi aku punya keyakinan Tuhan akan mengampuni dosa seberat apa pun asal orang mau bertobat, tidak melakukan dosa lagi”. Itulah pertemuan Romo Pras dan Pak Kris karena sejak itu tidak pernah kelihatan di gereja.
Pada kesempatan lain Ibu Kris juga menghadap Romo ingin berkonsultasi. Ia tumpahkan segala unek- unek terkait hidup keluarganya. Sudah setahun tidak tidur seranjang dengan suami, bahkan saling sapa hanya kalau di depan umum saja. Suami memamg lebih banyak bersama istri simpanannya. Pulang hanya untuk ke gereja bersama atau ada acara keluarga, sekadar menjaga citra sebagai keluarga harmonis. “Romo, hari-hariku lebih banyak kuhabiskan dengan teman-teman, minum- minum di cafe atau club. Hura-hara untuk membunuh kesedihan dan kesepian,” aku Bu Kris.
Tak berapa lama, menghadap juga Shany, putri tunggal Pak Kris dan Bu Kris. Sambil berurai air mata ia bercerita, “Romo saya ingin bunuh diri saja. Hidup saya tidak ada arti. Ayah Ibu tidak peduli, hanya mengejar kesenangan masing-masing”
“Nak, bunuh diri itu tidak dikehendaki Tuhan. Kamu harus bertanggungjawab dengan hidupmu sendiri, jangan pedulikan hidup orang lain, termasuk orangtuamu”
“Tapi aku benci dengan kelakuan ayah ibu”
“Sekarang kamu masih kuliah ?
“Masih Romo, mau skripsi”
“Sebrengsek apa pun orangtuamu, kamu masih beruntung bisa kuliah, ada jutaan anak sebayamu tidak punya kesempatan. Jangan sia- siakan. Kalau orangtuamu menghancurkan hidupnya bukan berarti kamu juga harus menghancurkan hidupmu”
Beberapa bulan berlalu tidak ada berita tentang keluarga ini tetapi Romo Pras selalu mendoakan dan memohon ampunan baginya kepada Tuhan. Romo Pras kadang merasa juga bersalah ternyata sebagai gembala ia tidak mengenal dengan baik domba-dombanya. Ia hanya melihat tampilan luar saja, dan tidak benar-benar terlibat dalam pergumulan hidup umat yang sesungguhnya. Ia hanya menikmati kenyamanan semu.
Suatu sore setelah doa, Romo Pras merasa tidak enak perasaan, lalu pergilah ia sendiri ke rumah keluarga Kris ini. Rumah besar dan megah itu tampak sepi, dan gelap. Pintu pagar terkunci. Mata Romo Pras tertuju pada tulisan pengumuman bahwa “rumah ini di bawah kekuasan Komisi Pemberantasan Korupsi”. Agak lama Romo memandang tulisan itu dengan segala kegalauan di hati. Lalu pelahan ia membalikkan badan mau kembali ke pastoran. Tiba-tiba sebuah sedan putih berhenti di sampingnya, lalu Bu Kris dan Shany keluar. “Romo, kami cari di pastoran tidak ada. Kami perlu Romo, sangat urgent. Mari masuk, nanti saya ceritakan! “
Setelah pengakuan dosa dulu itu Bu Kris, Pak Kris dan Shany sepakat untuk memulai hidup baru, meninggalkan hidup yang lama. Belum genap sebulan, Pak Kris diciduk KPK bersama beberapa rekan kantor dan pimpinannya lalu dijebloskan ke tahanan. Pak Kris jatuh sakit cukup parah, maka dirawat di rumah sakit tetapi kondisinya semakin memburuk dan minta dipanggilkan Romo segera.
Di hadapan Romo Pras, dalam kondisi sangat lemah, Pak Kris bicara sambil tersengal, ” Romo, saya bersumpah, saya tidak korupsi, saya hanya dikorbankan. Saya siap menanggung risiko jabatan ini tetapi saya ingin mengatakan dengan jujur kepada Romo. Saya tidak korupsi. Percayakah Romo pada saya?”
Romo Pras menggenggam tangan Pak Kris dan sambil tersenyum, berucap, ” Aku percaya kamu Nak” Ada senyum dan mata berbinar di wajah Pak Kris sejenak lalu menutup untuk selamanya.
Tanah Lot , Agustus 2024
Paul Subiyanto