Emmaus Journey : Menemukan Suara Tuhan
“Saya merasakan ada panggilan dalam hati, Emmaus Journey ini bagus sekali kalau bisa saya terapkan di Paroki Karangpanas,” demikian Conradus Guruh A.O. Prasetya setelah beberapa kali mengikuti pembekalan program Emmaus Journey. Itu terjadi pada awal tahun 2023, di mana Guruh aktif sebagai Tim Pelayanan Kerasulan Kitab Suci dan memiliki komunitas baca kitab suci.
Perjalanan ke Emaus berkisah tentang dua murid Yesus yang sedang galau berjalan dari Yerusalem menuju Emaus. Yesus yang mereka ikuti dan agungkan ternyata dihukum oleh Ponsius Pilatus, wafat di kayu salib dan dimakamkan. Kegalauan hati menutupi penglihatan mereka hingga tidak mengenali Tuhan Yesus yang sudah bangkit berbincang bersama mereka dalam perjalanan sejauh kurang lebih 11 kilometer. Para murid itu baru menyadari kehadiran Yesus setelah mendengar rhema“ Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Perjalanan ke Emaus atau Emmaus Journey (EJ) dipilih aktivis pembelajar kitab suci sebagai jadikan nama program kegiatan pendalaman spiritualitas kitab suci.
“Saya merasakan lebih dekat dengan Tuhan, karena setiap hari berelasi dengan Tuhan dan bisa merasakan bahwa kehadiran Tuhan itu sebenarnya ada di dekat kita,” papar Guruh tentang hasil yang didapatnya setelah mengikuti Emmaus Journey. Karenanya, suami Aida Suryani ini sangat bersemangat untuk menerapkan model Emmaus Journey di Paroki Karangpanas, Semarang. Tentu saja, dengan seijin Tuhan Allah. “Dalam hati saya bicara, ‘Baik saya lakukan, tapi bantu aku, Tuhan. Support aku untuk mewujudkannya’,” kata Guruh mengenang kata-katanya satu setengah tahun lalu.
Niat tersebut Guruh utarakan kepada fasilitatornya. Senang hatinya, karena sang fasilitator sangat mendukung dan memberikan arahan. Ia juga menyampaikan niat tersebut kepada teman-teman aktivis pelayanan, baik di tim kitab suci dan katekis. Roh Allah berkarya. Teman-teman di Karangpanas menyambut dengan baik.
Tanggal 1 Maret 2023 Guruh bersama teman-teman memulai program Emmaus Journey angkatan pertama di Paroki Karangpanas, Semarang. Pesertanya ada 20 orang yang dibagi dalam dua kelompok. “Kebanyakan teman-teman tim pelayanan,” jelas Guruh.
Bagi Guruh, Emmaus Journey adalah program lanjutan dari program pelayanan ‘Komunitas Membaca Kitab Suci di paroki. Tahun ini, program Emmaus Journey sudah memasuki Angkatan kedua. Ada empat kelompok dan masing-masing kelompok terdiri atas sepuluh anggota.
Kegiatan Emmaus Journey saat ini dilakukan secara online dan biasanya menggunakan aplikasi zoom meeting. Dengan fasilitas tersebut, peserta program dapat mengikuti dari manapun, termasuk umat di luar Paroki Karangpanas, Semarang, sejauh ada sinyal internet. Fasilitator Emmaus Journey Angkatan kedua adalah mereka yang sudah selesai dan lulus mengikuti program pada angkatan sebelumnya. Program Emmaus Journey, menurut Guruh, diselenggarakan satu minggu sekali selama kurang lebih 37 pekan atau sekitar sembilan bulan. Guruh berharap, Emmaus Journey Angkatan ketiga sudah ada kelompok tatap muka.
Di dalam Kelompok program Emmaus Journey, setiap peserta diajak untuk menyadari penyertaan Tuhan Yesus dalam setiap langkah perjalanan hidup mereka. Bahan Emmaus Journey tersusun dalam empat buku yaitu Perjalanan Menuju Hidup Mendasar, Perjalanan Menuju Hidup Berbuah dan Perjalanan Menuju Hidup Terfokus, serta buku Seven Last Words From The Cross.
“Sungguh baik karena saya ‘dipaksa’ untuk membuka Kibat Suci, untuk membaca, merenungkan dan menjawab pertanyaan tugas,” cerita Anny Soeswati peserta Emmaus Journey angkatan pertama. Anny ikut karena penasaran dan tertarik dengan program Emmaus Journey.
Selama proses mengikuti program, Anny mengaku ada di antara suka cita dan ‘beban’. “Suka cita karena bisa semakin mengerti kasih Yesus melalui pembuatan jurnal harian, di sisi lain ‘terbeban’ karena harus mengerjakan tugas yang begitu banyak,” kenang Anny.
Kendati demikian, setelah menyelesaikan program Emmaus Journey Anny masih rajin dan semakin rutin membaca kitab suci dan membuat jurnal harian. “Dengan membaca firman-Nya, walau kadang tidak mendalam hingga sampai menemukan suara Tuhan bagi saya pribadi,” tutur Anny. Dengan membaca kitab suci, ia mengaku semakin mengerti ajaran Katolik.
Pengalaman serupa diutarakan Theresia Sulistyowati, tim pelayanan Kerasulan Kitab Suci. Karena program Emmaus Journey tetap berkelanjutan, karenanya setelah ia lulus dan dapat sertifikat dan Theresia berkomitmen untuk menjadi Fasilisator. “Ternyata tidak sekedar lulus dan mendapat sertifikat, tetapi harus bersama teman seperjalanan terus mewartakan kabar sukacita Injil dan menjadi Fasilisator,” jelas Theresia dengan selalu memohon Roh Kudus tetap membimbing pelayannnya. (Unggul Prabowo)
Salam berkobar-kobar.
Nyalakan semangat untuk terus mengikuti Yesus, berkomunikasi denganNya dan jalin relasi dekat denganNya melalui membaca firman setiap hari.
“Tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus”
Terima kasih bu Rina. Berkah Dalem
Senang membaca tulisan tulisan BP Unggul. Detil. Ringan lancar. Sederhana .Bagus mudah dimengerti.