KPHB : Hutang (tak) Memberi Semangat Hidup
“Orang bilang, hutang itu memberi semangat hidup. Saya bilang, itu tidak benar. Sebaliknya, hutang membuat saya pusing,” papar Ekha dalam pertemuan Katekese Persiapan Hidup Berkeluarga (KPHB), di Aula Athanasius, Paroki Karangpanas, Semarang, Sabtu, 24 Agustus 2024. Ada sebelas calon pasangan yang ikut KPHB yang diselenggarakan Tim Pelayanan Persiapan Perkawinan, Paroki Karangpanas, Semarang, selama tiga hari dari Jumat sampai dengan Minggu tersebut. Istri Leo Heru itu bercerita. Ia pernah hutang dan merasakan betapa repotnya mengatur mengangsur, yang menjadikan hidupnya yang tidak nyaman. Ekha memilih menabung terlebih dahulu untuk membeli kebutuhannya.
Leo Heru, sang suami, mengiyakan apa yang dikisahkan istrinya. Pasangan ini sepakat untuk pilih menabung dan tidak berutang untuk membiayai atau membeli kebutuhan hidupnya. Selain itu Leo menyatakan, dalam hidup berkeluarga –apalagi pada zaman ini–, kepala atau anggota keluarga tidak harus bekerja, yang penting ada penghasilan uang yang dapat mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga. Anak orang kaya raya –punya warisan harta banyak– boleh saja tidak bekerja. Harta dan uangnya yang banyak bisa didepositokan dan memenuhi kebutuhannya dari bunga deposito. Tetapi kalo orang yang belum kaya, harus berusaha untuk mendapatkan uang. Leo dan istrinya sepakat mengelola kebutuhan hidup tidak berhutang. “Jangan miliki barang dengan cara berutang, tapi ubahlah, menabung lebih dulu baru belanja barang yang dibutuhkan,” tegas Ekha.
Pasutri Leo-Ekha berbagi pengalaman menata keuangan keluarga dalam acara KPHB. Kali ini Pasutri Leo-Ekha kebagian tugas menyampaikan materi tentang Revolusi Keuangan Keluarga. Materi tersebut bermaksud menambah wawasan para calon pasangan suami istri (capas) tentang pengelolaan keuangan keluarga. Prinsipnya, mengelola uang keluarga dengan baik; pengeluaran lebih sedikit dari pada pendapatan dan memperbesar penghasilan dengan cara mengelola harta untuk menghasilkan rupiah. Leo juga membagi pengalamannya mengelola keuangan dalam rumah tangganya.
Tema Revolusi Keuangan Keluarga adalah satu dari dua belas tema pembelajaran dalam KPBH yang diberikan kepada capas. Tema lain adalah Perkawinan Jalan Kekudusan (Pasutri Pambudi-Prita), Hukum Perkawinan (Romo Benny Pr.), Komunikasi Keluarga (Pasutri Didi-Lia, Tanggung Jawab Keluarga Katolik (Pasutri Unggul-Uli), Kesetaraan Gender dan KDRT (Pasutri Shindu-Ruth), Kepemimpinan Keluarga (Pasutri Adi-Wati), Keterbukaan Pada Keturunan (Pasutri dr David-dr Yani), Pendidikan Anak (Pasutri Yohanes-Yayuk), Menghidupi Doa, Ekaristi dan Sabda (Pasutri Budi-Ita); Gereja dan Keterlibatanku (Pasutri Eda-Lisa), Manajemen Masalah (Pasutri Soni-Ana). Kendati kegiatannya bernama ‘katekese’, tetapi pada pengajar ataupun pendampingnya tidak disebut ‘katekis’. Mereka biasa disebut ‘pemberi materi’. Katekese ini menggantikan istilah lama Kursus Persiapan Perkawinan (KPP). Acara ini diselenggarakan oleh Tim Pelayanan Persiapan Perkawinan, yang dimotori oleh Pasutri Eda-Lisa dan Pasutri Adi-Wati.
KPP dan KPHB memiliki kesamaan tujuan, yaitu upaya Gereja Katolik membekali capas agar lebih siap dalam membangun rumah tangga kristiani yang tak terceraikan. Yang membedakan hanyalah metodenya. Jika KPP menggunakan metode pengajaran satu arah, seperti guru mengajar, sementara KPHB menggunakan metode katekese, berproses bersama. Pemateri menyampaikan bahan tema ajar, dilanjutkan dengan diskusi atau berbagi pengalaman dalam kelompok kecil. Biasanya, dua capas didampingi oleh satu pasutri. Pendamping berbagi pengalaman hidup berkeluarga dan mempersiapkan perkawinannya, dilanjut dengan para capas berbagi kisah perkenalan mereka sampai ke jenjang keseriusan rencana menikah hingga cita-cita keluarga yang diharapkannya. Melalui proses tersebut, Gereja berharap, para capas sungguh mengenal calon pasangan hidupnya dan semakin mantap dalam melangkah ke jenjang pernikahan.
Rata-rata peserta berkomentar bahwa acara ini sangat baik dan berguna buat mereka. Melalui KPHB mereka lebih mengenal problematika dalam hidup berkeluarga dan mengenal karakter masing-masing. Para pemateri juga dinilai sangat interaktif dan komunikatif dalam menyampaikan materi.
“Sangat bagus. Membantu saya lebih yakin dan mantap memilih pasangan saya dan yakin untuk melanjutkan ke dalam penerimaan sakramen perkawinan,” tulis seorang peserta tanpa nama dalam lembar evaluasi. Ada juga yang menulis, “Terimakasih untuk Romo dan Bapak Ibu pendamping yang begitu supportif. Tuhan Yesus memberkati, Berkah Dalem.”