PENTINGNYA ADVERSITY QUOTIENT
Berita viral tentang mahasiswi di Malang yang bunuh diri menenggak racun di pusara ayahnya telah mengharubirukan netizen. Apalagi penyebabnya karena diperkosa pacarnya yang polisi dan anak seorang anggota dewan dan sang pacar tak mau bertanggungjawab. Dramatis dan tragis.
Tanpa mengurangi rasa simpati kepada “gadis malang” tersebut, mari kita mengkritisi kasus tersebut. Pertama, mengapa ia tidak menempuh jalur hukum, apalagi pelakunya aparat hukum? Mengapa tidak menggunakan sarana medsos sebagai pressure terhadap pelaku? Terakhir, kalau dua cara tersebut tidak berhasil, mengapa tidak menerima kenyataan sepahit apa pun risikonya?
Jawabnya: ia tidak memiliki kemampuan menghadapi kesulitan, tidak bisa tegar dalam situasi tekanan berat sehingga lari dari kenyataan dengan bunuh diri. Kemampuan berkanjang dalam dalam situasi sulit, bahkan melawan dan membela diri disebut kecerdasan Adversity Quotion. Para penyintas dari siksaan Nazi atau kejamnya kamp Pulau Buru adalah orang- orang yang memiliki kecerdasan adversity tinggi. Mereka tidak bermental pasrah terhadap nasib, tetapi berjuang dengan gigih untuk mempertahankan hidup. Orang- orang semacam ini juga tidak mudah trauma, melihat hidup sebagai sesuatu yang bernilai dan layak dipertahankan sepahit apa pun.