Meneladan Keluarga Kudus Nasaret

Meneladan Keluarga Kudus Nasaret

Mutiara Keluarga

Setiap keluarga kristiani, seyogyanya meneladan Keluarga Kudus Nasaret: Yusuf Maria Yesus. Mengapa? Setidaknya ada tiga alasan utamanya;

  1. Keluarga Kudus dibangun berdasarkan pilihan Allah.

Yosef tidak memilih Maria menjadi istrinya. Begitu pun Maria tidak memilih Yosef menjadi suaminya. Mereka berdua dipilihkan Tuhan untuk menjadi suami-istri, orangtua Yesus. Karena mereka masing-masing dan keduanya sudah terbiasa berdialog dengan Tuhan. Mengenali kehendak Tuhan dan menjalaninya itu sudah mendarah daging. Maka ketika mereka menerima mandat atau panggilan pengutusan dari Tuhan, meskipun tidak masuk di akal manusia, mereka siap. Maria mengandung dari Roh Kudus. Yosef mengambil Maria yang sudah hamil, menjadi istrinya. Demikian sehingga dengan penuh iman, mereka siap sedia menerima kehendak Tuhan. Meskipun konsekuensi tersebut kadang tak dapat dimengerti sampai tak tertanggungkan. Namun Maria dan Yosef dengan tekun dan setia menerimanya. Maria selalu “menyimpan dalam hatinya”.

Pembelajarannya bagi pasangan yang akan menikah adalah bahwa pengenalan akan Tuhan dan kehendakNya, hendaknya dijadikan dasar dan fondasi pernikahan mereka. Pertama, calon suami dan calon istri hendaknya melakukan penegasan bersama di hadapan Tuhan. Yakni menanyakan apakah calonnya adalah orang/pribadi yang dipilih dan dipersatukan Tuhan. Jadi tidak cukup bahwa calonnya adalah pilihannya Berkaitan dengan hal ini, setiap calon suami dan istri boleh meminta tanda dari Tuhan sendiri. Misalnya kalau orangtua melarang menikah, itu berarti justru Tuhan menghendakinya. Demikian, kita boleh meminta lebih dari satu tanda. Para calon mempelai sendiri dapat mengajukan tanda tersebut. Tujuannya jelas, meyakinkan diri bahwa calonnya adalah benar-benar pilihan Tuhan.

  1. Bagi Maria dan Yosef, sangat jelas bahwa anak adalah alasan dan tujuan dari bangunan keluarga Kudus.

Maria Yosef menikah justru demi pengasuhan dan pendidikan anaknya, yakni Yesus. Maria Yoses sadar dan sepakat untuk menikah demi rencana Tuhan bahwa Allah harus menjadi manusia dengan perantaraan Maria. Maka, jelaslah bahwa Yosef Maria dipersatukan Tuhan demi melahirkan dan mendidik Yesus supaya siap menjadi Juru Selamat manusia.

Dalam kisah seputar Natal, diceritakan Maria hamil tua, namun mereka harus pergi. Ketika tiba waktunya untuk bersalin pun tidak ada tempat layak buat melahirkan putraNya. Kebahagiaan agung Maria – Yosef, karena kelahiran Yesus pun tidak berlangsung lama. Tatkala Herodes memerintahkan membunuh semua bayi laki-laki di Betlekem, mereka pun harus pergi mengungsi ke Mesir. Dalam Injil dikisahkan bahwa masih ada peristiwa-peristiwa lain yang tidak dapat dimengerti sehingga Maria harus menyimpan dalam hatinya.

Seperti ketika bayi Yesus dipersembahkan di bait Allah. “Hatimu akan ditembus dengan pedang” kata Simeon kepada Maria. Terjadi lagi ketika Yesus umur 12 tahun, Yesus tertinggal di kenisah. Puncaknya terjadi ketika Maria menyaksikan sendiri anaknya harus memanggul salib dan wafat di kayu salib secara hina. Dan setiap kali tidak mengerti, atas apa yang ia saksikan dan ia alami, Maria selalu “menyimpan di dalam hatinya. …” untuk dibicarakan dengan Tuhan yang memanggil dan mengutusnya.

Pembelajarannya untuk kita: Menikah itu untuk punya anak, bukan untuk punya harta demi kesenangan atau kebahagiaan suami/istri. Pertama-tama dengan sadar dan dimaui, setiap pasangan kristiani hendaknya mempunyai anak. Bagi setiap orangtua, mendidik anaknya hendaknya menjadi prioritas utama keluarga. Inti dasar setiap pendidikan anak adalah menfasilitasi anak agar mengalami diri dicintai. Selanjutnya fokus pendidikan anaknya hendaknya diarahkan agar semangat cinta ada di dalam diri dan hatinya. Untuk itu dibutuhkan cinta dan kehadiran, demi menumbuhkan iman dan harapan hidup dan karya anak selanjutnya.

  1. Meskipun anak adalah anak dari kedua orangtua, namun yang pertama dan utama, anaknya adalah anak Allah.

Bagi Maria – Yosef sangatlah jelas bahwa Yesus, anaknya itu, pertama dan utama adalah anak Allah. Orangtua hanya menjadi perantara dan jalan si anak lahir di dunia dan menjadi manusia yang siap diutusNya. Selebihnya si anak, sudah punya panggilan dan pengutusannya sendiri dari Allah. Sebagai orangtua, Yosef Maria mendidik Yesus sebagai manusia, dengan cinta manusia pula. Selebihnya Maria Yosef mendidik Yesus menjadi orang beriman. Iman yang selalu terdiri dua dimensi: vertikal dan horisontal. Vertikal berarti mengenal, mencintai Tuhan dan melakukan kehendakNya. Horisontal berarti, mengenali, mengasihi sesamanya manusia serta alam ciptaanNya.

Di keluarga Kudus, buah pendidikan tersebut menjadi nyata dalam apa yang dilakukan Yesus di masa hidup dan karyaNya. Ia amat mengagungkan BapaNya di surga. Sekaligus Yesus amat mengasihi sesamaNya. Yesus mengajar para murid dan pengikutNya mengenal dan mencintai Allah BapaNya. Yesus menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, karena Yesus mencintai sesamanya. Semua yang dilakukanNya itu seperti diajarkan oleh orangtuaNya, Maria Yosef.

Pembelajarannya adalah Menurut Keluarga Kudus, mendidik anak itu yang pertama dan utama ternyata adalah untuk mencintai dan mengimani Tuhan serta mencintai sesama dan alam ciptaan. Ini merupakan peringatan bagi para orangtua yang meletakkan pendidikan anak pada pengembangan otak tanpa melibatkan apalagi mengolah hati. Apalagi pengembangan otak pun masih diarahkan demi pengumpulan harta, bukan demi pengolahan rasa dan hatinya.

Prasyarat lain yang bagi keluarga Kudus jelas ada pada citus kehidupan keluarga. Bagi keluarga kudus, situs tersebut terletak pada Betlekem dan dilanjutkan di Nazareth. Betlekem artinya tak dikenal apalagi terkenal. Hanya sesama manusia sahaja dan alam yang menemani mereka. Ini berlawanan dengan Yerusalem, tempat kekuasaan, kemewahan harta. Nazaret berarti tersembunyi sampai waktunya tiba untuk berkarya. Tak menyembah kepada kemajuan dan tak mengenal kemanusiaan. Keduanya tidak ada faktor kuasa atau harta. Tak ada jabatan atau kedudukan.

Adalah mencolok, bahwa Yesus dididik untuk beriman, bukan beragama. Ia tidak aktif di dunia peribadatan, melainkan hadir di duni pergulatan hidup sasamanya. Yang diajarkan Maria dan Yusuf adalah nilai-nilai cintak pada Tuhan dan pada sesama manusia.

Hendaknya situs semacam itu yang menjadi milieu keluarga-keluarga kita di jaman ini. Tempat yang jauh dari kuasa dan harta, dari kedudukan dan kekuatan diri.

Maka pertanyaannya adalah, sanggupkah kita pergi meninggalkan Yerusalem kita, tempat, jabatan, harta kita dan bergerak menuju Betlekem hidup kita masing-masing? Sebab di Betlekem lah Tuhan hadir dalam gaya hidup nan sahaja serta dikelilingi kelemahan manusiawi.

(YR Widadaprayitna H 250109 AA)

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *