APAKAH JODOH DI TANGAN TUHAN?

APAKAH JODOH DI TANGAN TUHAN?

Kata-kata ” jodoh di tangan Tuhan” diamini banyak orang, khususnya perempuan, sehingg bersifat pasif ” menunggu” ada pria yang datang. Orang yang menjomblo pun menggunakan kata- kata ini untuk pembenar,” Tuhan belum mengirim jodohku”. Setelah menikah dan ternyata pasangannya brengsek dan menyengsarakan hidupnya, orang ( Katolik) pun bilang ” ini salib yang dikirim Tuhan untuk saya jalani”. Kalau orang ( muslim), ketika cerai bilang ” saya keliru, dia bukan jodohku, nanti saya akan menemukan lagi “. Sebaliknya, kalau perkawinan berhasil pun orang merasa ini jodoh yang dipilihkan Tuhan. Pertanyaannya: Dimana peran manusia yang diberi akal sehat dan kehendak bebas dalam memutuskan siapa pasangan hidupnya?
Memutuskan memilih seseorang untuk dijadikan pasangan seumur hidup tentu dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan rasional setelah mengenali melalui proses pacaran siapa calon pasangannya. Di mana peran Tuhan? Dalam kondisi jatuh cinta sering kinerja rasio tdk optimal sehingga butuh bimbingan Roh Kudus agar diberi kejernihan berpikir dan keberanian memilih ( bisa ya atau tidak).
Jika seorang Katolik ingin punya pasangan seiman, tidak cukup hanya berdoa mohon Tuhan mengirim jodohnya, ia harus berupaya ” membuat jalan” bagaimana kiriman Tuhan itu datang. Aktif bergaul di lingkungan yang memungkinkan bertemu laki-laki seiman. Bahkan tidak tertutup kemungkinan minta tolong orang untuk diperkenalkan dengan pria seiman. Film,novel,lagu terpengaruh budaya Barat yang mengedapankan romantisme cinta, dan menganggap ” dijodohkan” itu kuno. Tetapi surve menunjukkan perkawinan dalam kultur yang masih kuat perjodohan lebih awet dan membahagiakan daripada atas dasar ” jatuh cinta”. Angka perceraian di Barat di atas 50%. Nilai lebih perjodohan yaitu orangtua memilih yang terbaik utk pasangan anaknya ( orang Jawa bilang “bobot,bibit bebet). Poinnya adalah memilih pasangan mesti dilandasi pertimbangan rasional, bukan sekedar rasa saling tertarik karena usia uforia jatuh cinta cuma rata-rata 8 sd 12 bulan. Yang sering terjadi, sedang mabuk kepayang lalu diberi pembenar ini jodoh dari Tuhan. Padahal setelah dengan penuh pertimbangan rasional, seharusnya barulah berupaya menemukan apa rencana Tuhan untuk perkawinanku. Perkawinan proses pergumulan seumur hidup dan di dalamnya Tuhan hadir dan dilibatkan.

Paul Subiyanto

Dr.Paulus Subiyanto,M.Hum --Dosen Bahasa Inggris di Politeknik Negeri Bali ; Penulis buku dan artikel; Owner of Multi-Q School Bal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *