Pemakaman Mausoleum, Memanusiakan Manusia
Di keuskupan Bogor, Jawa Barat, ada satu lokasi mausoleum, yakni mausoleum St Aloysius Gonzaga dan St Monika, di desa Kalimulya-1, kec. Cilodong, kota Depok, Jawa Barat. Mausoleum adalah rumah pemakaman untuk tulang atau abu dari kerangka jenazah umat Katolik. Tulang kerangka berasal dari jenazah di tanah makam yang sudah berusia 10 tahunan. Abu berasal dari jenazah yang diperabukan di krematorium. Tulang atau abu tersebut dimasukkan ke dalam peti kecil (ukuran bayi) untuk dimakamkan kembali ke dalam kotak-kotak di rumah mausoleum tersebut.
Asal mulanya adalah keprihatinan umat paroki St Paulus Depok, yang selalu menitipkan pemakaman umatnya ke TPU atau lahan milik Yayasan non Katolik. Para pengurus RKUK (Rukun Kematian Umat Katolik) mengusahakan tanah di desa Kalimulya, dengan iuran dan donasi hamba Allah. Pada tahun 1989 terkumpullah sejumlkah dana untuk membeli tanah 5 ribuan meter, untuk memakamkan sekitar seribu anggota pada saat itu. Maka umat Katolik dimakamkan di sana.
Ketika tahun 2000 stasi-stasi berubah menjadi paroki, keanggotaan RKUK berkembang menjadi 4 paroki (St Paulus, St Herkulanus, St Joannes Baptista dan St Matheus). Jumlah anggota pun bertambah menjadi 5 ribuan. Ternyata lahan pemakaman cepat penuh. Maka tahun 2010 dibangun mausoleum St Aloysius Gonzaga, untuk memindahkan kerangka jenazah dari tanah yg sudah berusia 10 tahun. Lahan mereka bisa dipakai lagi untuk pemakaman baru. Bahkan tahun 2015 dibangun mausoleum kedua, St Monika. Maka tanah pemakaman tetap mencukupi, tanpa mengurangi lahan parkir, jalan, toilet, dsb.
Keuntungan adanya mausoleum ini, tanah pemakaman bisa diatur rapi dan dijaga kebersihannya. Para peziarah merasa nyaman, tidak ada rasa “takut” memasuki area makam, justru merasa tenang dan damai. Tidak lagi bersedih dengan wafatnya saudara yang berpulang, namun berbahagia karena saudaranya telah mengalami kedamaian abadi. Pengurus RKUK tidak hanya memberikan pelayanan yang manusiawi, melainkan juga pelayanan secara Katolik, dengan fasilitas liturgi yang lengkap. Di mausoleum bisa dilaksanakan Misa Requiem, dipimpin pastor paroki sebagai Dewan Pemilik RKUK. Ibadat pemakaman bisa dipimpin Prodiakon dari paroki masing-masing. Pemakaman yang manusiawi dan Katolik ini memenuhi citra St Yosef, pelindung pemakaman RKUK, Sang pelindung kematian bahagia.
Sayangnya, pemakaman dengan kedua mausoleum ini hanya bisa dinikmati oleh umat Katolik 4 paroki di Depok. Namun setidak-tidaknya, tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi para pengelola kematian di mana pun, agar dengan keterbatasan lahan pemakaman, dapat melayani pemakaman anggotanya dengan sangat manusiawi dan sesuai tata ibadah agamanya. Mari memanusiakan manusia, sampai pada akhir hidupnya, agar menghadap Sang Pencipta dengan bahagia.
(thomas, depok)