Menjadi Dewasa Itu Pilihan

Menjadi Dewasa Itu Pilihan

Suamiku sudah berumur 45 tahun tetapi kelakuannya seperti anak kecil sehingga membuat suasana rumahtangga tidak nyaman. Ia masih mementingkan kesenangannya sendiri seperti tidak punya anak istri.  Sulit diajak komunikasi apalagi berpikir bersama untuk masa depan yang lebih baik.  Jujur saya lelah menghadapinya walaupun sudah mencoba untuk memahaminya.  Bagaimana menghadapinya?

Seiring berubahnya waktu setiap orang umurnya akan bertambah atau menjadi tua tetapi tidak otomatis menjadi dewasa karena menjadi tua itu alami sedangkan menjadi dewasa itu pilihan. Menjadi dewasa adalah hasil proses belajar melalui pengalaman hidup dan hubungan dengan orang lain. Ada orang yang enggan menjadi dewasa karena takut untuk bertanggungjawab dan membuat komitmen, maka ia menghindar dan memilih tetap menjadi anak-anak yang ukurannya hanya senang dan tidak senang atau suka dan tidak suka.

Dalam memilih pasangan, sering orang hanya melihat kematangan fisik (usia) dan mengabaikan kedewasaan psikis, mental, atau watak.  Orang yang tidak mau dewasa akan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan serumit dan sedalam perkawinan karena pada dasarnya ia belum siap untuk berbagi dengan orang lain.  Sebaliknya ia masih sibuk dengan dirinya sendiri sehingga tidak mampu untuk membuat komitmen apalagi berkorban untuk orang lain. Ia lebih suka menuntut orang lain untuk menyenangkan dan memuaskan keinginannya.  Idealnya, perkawinan dibangun oleh pribadi-pribadi yang mampu memberi, bukan hanya mencari dan mengambil.  Dengan demikian kedewasaan merupakan syarat utama ketika orang memilih dan memutuskan untuk menikah.

Apa yang harus anda lakukan menghadapi suami yang masih kekanak-kanakan? Pada prinsipnya suami anda sendirilah yang bisa mengubah dirinya dengan kesadaran untuk belajar dan memilih menjadi dewasa.  Sebagai istri anda hanya bisa membantu, bukan berarti membiarkan.  Konfrontasi adakalanya dibutuhkan agar suami disadarkan bahwa perilakunya membuat orang lain menderita.  Kalau anda hanya diam mengalah dan menunggu suami sadar sendiri rasanya sulit kecuali ada mukjijat.  Jangan perlakukan ia seperti anak kecil karena itulah yang ia mau, tetapi bersikap dan perlakukan ia seperti orang dewasa yang harus bertanggungjawab.  Tentu saja dari pihak anda butuh kesabaran dan pengorbanan karena butuh proses yang tidak singkat.    Biasanya perilaku kekanak-kanakan merupakan produk didikan orangtuanya.  Mungkin ia selalu dimanja dan dituruti apa kemauannya, tidak pernah dimintai tanggungjawab, tidak pernah merasakan dan mengalami kesulitan hidup.  Orangtua juga tidak berusaha membuat anaknya mandiri, mencukupi semuanya karena berpikir anaknya tidak boleh susah dan mendapat kesulitan. Pola pengasuhan yang keliru semacam ini memberi kontribusi besar terhadap perilaku kekanak-kanakan walau umurnya sudah cukup.  Oleh sebab itu, pelajari latar belakang keluarganya dan bagaimana sikap orangtuanya agar anda mengerti masa kecil suami anda.  Ajaklah berdiskusi masalah itu agar dari diri suami muncul kesadaran bahwa pola-pola yang sudah terprogram di masa kecil itu tidak memadai lagi untuk menghadapi hidup sebagai orang dewasa.  Sekali lagi menjadi dewasa adalah pilihan, bukan alami maka harus ada upaya (Paul Subiyanto)

Paul Subiyanto

Dr.Paulus Subiyanto,M.Hum --Dosen Bahasa Inggris di Politeknik Negeri Bali ; Penulis buku dan artikel; Owner of Multi-Q School Bal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *