(2) Reuni Novis MSF 1984/85: Datang dan Pulang
Ansgarius Hari Padma Wijaya, salah satu peserta reuni novis MSF angkatan 1984/85, menuliskan catatan refleksinya dan mencoba menemukan makna reuni yang sudah dialaminya. Ini merupakan tulisan kedua yang kami upload. (Red.)
Sabtu, 3 September 2022
Peserta yang tiba pertama di Jl. Muwardi 27 hari ini adalah Koh Hendry Gozali dari kota Malang. Ia naik Y travel dan tiba di Jl. Muwardi no 27 pukul 02.30 WIB. Rumah Retret Kana belum buka, sehingga terpaksa Koh Hendry menunggu di Indomart yang buka 24 jam, yang letaknya 400 meter dari Biara Kana ke arah Jalan Ahmad Yani ke arah ABC dulu. Koh Hendry minum kopi dan beli snack di situ.
Peserta kedua Mas Bi dari Denpasar. Ia menumpang bus sampai di Terminal Tingkir, menyambung dengan Gojek sampai di Wisma Kana pukul 05.00 WIB. Akhirnya mereka berdua menunggu di depan pintu gerbang hingga dibuka pada pukul 06.00 WIB.
Romo Fajar MSF yang sekarang bertugas di Paroki Tegal Rejo, Salatiga, dua kilometer dari Wisma Kana, pagi itu sekitar pukul 09.02 WIB juga hadir di Wisma kana dengan membawa oleh-oleh Pizza Hut banyak sekali untuk kami semua. Saya dengan Mas Tinus sampai di Wisma Kana pukul 12.15 WIB. Kami berdua dengan Radison Travel yang bertolak dari tempat saya bermalam di Red-Doorz Hostel, Jl DI Panjaitan Nomor 27A Kec. Miroto Semarang Tengah (Sekitar Simpang Lima).
Menyusul kemudian Mas Tardi dari Colomadu, Kartosura. Tempat tinggalnya saat ini sebenarnya di daerah di daerah Cisarua Jawa Barat. Mas Siswantoro datang menyusul, dari Ngluwar, di wilayah Muntilan, naik sepeda motor melewati daerah Getasan. Mas Teguh hadir menyusul dari Kalibawang, Kulon Progo, setelah singgah sebentar di rumah orangtuanya. Hadir dengan kendaraan bis turun di Teraminal Tingkir kemudian menyambung dengan angkutan Kota yang melewati Jl. Muwardi 27.
Mas Kartono dan Mas Cris dengan satu temannya hadir dengan mobil pribadi berangkat dari Yogyakarta. Mas Cris sudah memberi tahu tidak akan dapat ikut sampai acara selesai. Besok ada acara pernikahan dari keponakan yang harus dihadirinya di Temanggung. Yang terakhir datang Mas Singgih dan Mas Hari Widodo dengan Elf dari Madiun. Dengan mobil inilah kami besok akan bersama-sama menuju Provinsialat di Semarang untuk bertemu dengan Romo Tan Thian Sing MSF.
Romo Tjoek yang bertugas di Paroki Pati tidak dapat hadir, karena besok membimbing retret di Parokinya. Sedang Rm. Timotius Adi Hardono yang ada di Skolastikat MSF Malang tidak dapat hadir karena ada rapat Komisi Keluarga Keuskupan Malang, karena dialah sebagai Ketua Komisi yang harus memimpinnya.
Pada jam makan siang belum semuanya hadir lengkap. Kami makan siang hanya berlima. Hendry, Hari, Subiyanto, Tinus, Rm. Fajar. Menyusul mas Tardi dan Mas Sis yang juga tidak mau makan siang. Sebelum yang lainnya lagi hadir Rm. Fajar meninggalkan tempat, karena sore ini harus memimpin Misa di Paroki.
Sore pukul 17.30 setelah selesai mandi, sambil minum di Refter kami mulai bercerita satu sama lain. Tidak serius – ngobrol saja. Bahkan di sela-sela pembicaraan juga ada olok olok satu sama lain. Romo Fajar sudah datang lagi dari Paroki pada pukul 17.30. Mas Sis sebagai Ketua dadakan untuk acara ini yang membagi waktu dan urutan: Mas Bi, Tinus, Singgih, Hari, Sis, lalu kami jeda untuk makan malam karena sudah pukul 19.00. Agar ibu-ibu yang bagian dapur tidak terlalu malam mencuci peralatan makannya.
Pada waktu doa makan sekaligus ujub doa dipersembahkan untuk Ulang Tahun Mas St. Kartono. Yang istimewa karena dirayakan di tengah-tengah teman seangkatan Novisnya. Romo Fajar sendiri yang mendoakan dan memberikan berkatnya.
Setelah makan malam sharing berlanjut. Dengan urutan: Mas Tardi, mas Teguh, Hari Widodo, Kartono, dan yang paling akhir Rm. Fajar. Di tengah acara ini kepada kami disiapkan oleh Rm. Aris MSF, minuman hangat Wedang Ronde. Kami ngobrol sampai pukul 22.00 WIB. Saatnya Rm. Fajar kembali ke Paroki dan kami sepakat besok pagi Perayaan ekaristi dipersembahkan di Kapel ini pada pukul 06.30 WIB.
Setelah waktu itu teman-teman yang sudah merasa lelah dan ingin istirahat satu persatu mulai meninggalkan tempat. Tetapi sebagian besar masih tetap berjaga di tempat karena mas Tyas Tri Arsoyo yang tadi rupanya ada kegiatan di Kota ini akan singgah untuk bertemu dengan kami. Mas Tyas hadir dengan seorang putranya. Kami lanjutkan obrolan sampai pukul 23.00 WIB. Mas Cris dan temannya juga meninggalkan tempat bersamaan dengan Mas Tyas karena Mas Cris harus kembali ke Yogya dan besok menghadiri acara pernikahan keponakannya di Temanggung.
Setelah mas Tyas meninggalkan tempat. Jumlah peserta yang tinggal di refter makin berkurang. Makin malam tinggal kami bertiga: Saya, Mas Singgih, dan mas Subiyanto. Kami makin dalam mengisahkan perjalanan kehidupan kami masing masing. Ibarat Guru Ilmu, kisah penderitaan dan perjuangan yang memberikan kekuatan untuk kehidupan sampai saat sekarang ini diturunkan. Kami bertiga bertahan sampai pukul 02.00. Dan kemudian meninggalkan tempat mengingat besok pagi harus misa pada pukul 06.30.
Minggu, 4 September 2022,
Sesuai dengan rencana: Pagi pukul 06.30 WIB misa dimulai. Rm. Fajar bahkan sudah hadir lebih dahulu di dalam Kapel. Ia menata peralatan Misa yang akan digunakan. Saya hadir yang kedua dan menawarkan diri untuk membaca bacaan pertama. Menyusul Mas Tinus dan menjelang waktunya semua sudah hadir. Mas Bi yang ternyata hadir paling akhir dan menjelang misa dimulai, karena setelah pukul 02.00 WIB kami bubaran dia tetap tidak dapat tidur.
Pada pengantar sebelum misa saya merasakan dengan sadar bahwa pertemuan yang sudah kita lakukan walaupun sudah ngobrol sejak siang kemarin, sampai tadi malam, bahkan ada yang melewati waktu sampai pukul 02.00 WIB dini hari terasa masih kurang. Saya ingat pertemuan saya pertama dengan mas Bi tahun 2002 dulu. Saya dijemput di bandara pukul 11.00 siang lalu makan siang sambil berputar-putar ke kota, pulang di rumah di daerah Dalung, Denpasar. Kami ngobrol terus dan kami lakukan sampai menjelang pagi berikutnya (sekitar pukul 05.00) saat saya harus mandi dan kemudian diantar ke terminal Hubung. Hanya jeda saat saya melakukan doa brevir di kamar dalam rumahnya.
Mas Sis merumuskan dalam catatannya “Perjalanan panjang ditempuh, jauh lebih panjang dari waktu yang tersedia untuk bertemu apalagi untuk ngobrol. Tak cukup waktu rasanya tuk bercerita. Apalagi membongkar luka lama. Tak impas antara pengorbanan dengan waktu perjumpaan”.
Hari ini langkah selanjutnya yang akan kami lakukan bersama sesuai rencana adalah beraudiensi ke Provisialat. Kontak dilakukan, dan dapat berita bahwa Rm. Tan Thian Sing, tidak ada di tempat. Posisi ada di Purworejo. Kemungkinan sedang menjalani pengobatan.
Namun demikian kami tetap lanjutkan perjalanan, karena nanti pukul 12.00 Mas Bi harus kembali ke Denpasar dengan kereta dari Stasiun Tawang, Koh Hen ke Malang dengan kereta pukul 17.00. Saya kembali ke Jakarta dengan kereta pukul 18.30 dari Stasiun Poncol. Mas Tinus juga harus kembali ke Semarang karena rumahnya di Perumahan Pamukti Indah, Pedurungan Semarang Timur.
Perjalanan lancar sambil tetap bercanda satu sama lain di dalam Elf yang dikemudikan mas Singgih. Mas Hari Widodo menemani di sampingnya. Kadang berlaku seperti knek yang melayaninya. Di belakanghnya: Koh Hen, Mas Bi, dan Saya. Berikutnya Mas Ton, dan mas Teguh, Di belakangnya mas Tinus sendiri, dan paling belakang juga mas Tardi juga sendiri. Mas Siswantoro tidak ikut rombongan ini karena langsung pulang ke Ngluwar dengan motornya, sempat mengenang Gunung Telomoyo, dan berfoto. Rm. Fajar setelah selesai mempersembahkan perayaan ekaristi, memohon maaf untuk tidak dapat bergabung dengan teman teman karena harus menjadi konselebran dalam Perayaan Ekaristi Lustrum I di Parokinya pada pukul 08.00 WIB. Bahkan makan pagi bersama kami pun tidak sempat.
Sampai di Provinsialat jalan Guntur, Semarang, pada pukul 10.30 WIB. Romo Provinsial Sumargo MSF menemui kami dan kami sempat ngobrol cukup lama sekitar 30 menit tentang kondisi di Provinsialat yang Romo Sumargo informasikan. Di sini ada Rm. Sunarko, Rm. Wignyo Sumarto, Rm. Rufinus yang sedang study di Semarang. Ada juga Rm. Aris yang bertugas di Komisi Keluarga KWI yang nanti sore akan kembali ke Jakarta. Rm. Wignyo tidak dapat menjumpai kami karena sedang ngliyer.
Setelah ngobrol kami diajak foto di depan Patung Keluarga Kudus yang ada di tengah halaman Provinsialat. Saya lihat Bangunan Provinsialat sangat megah. Beda jauh dengan saat terakhir sebelum saya meninggalkan Kongregasi MSF dalam rangka Colloquium dengan Provisnial saya datang ke sini dengan beberapa teman. Saya ingat itu terjadi di tanggal 10 Juni tahun 1990. Sekarang menjadi lebih megah dan besar karena ada juga di sini Gedung dari Kerasulan Keluarga. Romo Romo MSF di KAJ, di KAS atau di Keuskupan lain selalu seolah-olah ex officio diberikan tugas pelayanan menduduki Ketua Komisi Kerasulan Keluarga.
Setelah meninggalkan tempat ini persinggahan selanjutnya adalah Stasiun Tawang mengantar mas Subiyanto yang satu jam lagi akan berangkat ke Surabaya dengan Kereta di Stasiun Tawang. Dan dilanjutkan ke Paroki Atmodirono, Koh Hen masih bergabung dengan rombongan ini. Di Paroki kami hanya bertemu dengan Rm. Anto Seputro MSF. Mas Teguh di tahun 1987/1988 ber Orientasi Pastoral di Paroki ini dan juga satu komunitas dengan Rm. Anto Seputro.
Setelah bertemu dengan Romo Anto rombongan kami berpisah. Hari ini kami berpisah disini dengan harapan untuk berjumpa kembali.
Dalam mobil mas Singgih masih ada Mas Hari Widodo pulang ke Madiun Bersama dengan mas Singgih, Mas Tardi bersama sampai ke Colomadu, Mas Kartono Ke Yogya, dan akan tetap bersama sampai ke Kartasura, Koh Hendri yang akan diantar ke Stasiun Tawang untuk kereta pukul 18.00 menuju ke Malang.
Saya, mas Teguh, dan mas Tinus. Mengikuti mobil Mas Dwi Minarto Kepala Sekolah SMK Theresiana Semarang. Mas Dwi teman saya pada waktu SMA dan teman Mas Teguh pada waktu SMP. Mas Tinus ternyata satu Paroki dengan Mas Dwi Minarto di Paroki Sedang Guwo.
Kami masih terus memantau perjalanan kami setelah berpisah dengan WA Grup. Jam berapa kami masing masing sampai di rumah. Perjalanan sampai di rumah masing masing seperti data berikut ini. Mas Tinus sampai di rumahnya pukul 13.30 WIB. Mas Siswantoro mengenang Gunung Telomoyo dan berfoto di situ pada pukul 10.09 WIB sampai di rumahnya di Ngluwar pukul 13.00 WIB; Mas Tardi Sampai Kartosura jam 14.25 WIB; Mas Kartono naik bis di Kartosura pukul 14.53 WIB melanjutkan dengan bis ke arah Yogyakarta dan turun di daerah Maguwo sampai di rumah 17.41 WIB; Mas Hari Widodo dan Singgih sampai mampir makan siang di Sragen selama 1 jam. Sampai di Madiun 19.34 WIB Romo Fajar memantau perjalanan kami sampai di mana pada pukul 20.14 WIB; Hari Padma yang berangkat dengan kereta dari Semarang pukul 18.55 WIB sampai di Tegal pukul 21.11 WIB dan tiba di Stasiun Jatinegara tanggal 5 September pukul 01.25 WIB, dan tiba di rumah pukul 02.15 WIB. Hendri ada di Stasiun Malang pada pukul 02.22 WIB tanggal 5 September. Subiyanto tiba di Bojonegoro 14.52 WIB Surabaya 17.42 WIB, Probolinggo 20.29 WIB dan menyeberang ke Gilimanuk pukul 01.54 WIB tanggal 5 September sampai di rumah Pkl 09.53 WITA. Teguh Nunggu Bis 20 menit lagi 18.41 pukul 08.55 WIB tanggal 5 September Masuk Cibinong. (Hari 45)