Alleluia
Empat minggu Gereja Katolik tidak mendengarkan kata ‘Alleluia’ atau ‘Halleluyah’. Selama masa prapaskah, bait pengantar injil dalam perayaan ekaristi digunakan kalimat ‘Terpujilah Kristus Tuhan, Raja Mulia dan Kekal’. Jika ada yang menyanyikan ‘Alleluia’ itu pasti suatu kekeliruan. Sepertinya umat katolik juga puasa dan pantang juga mengucapkan ‘Alleluia.’
Kata ‘Alleluia’ juga tidak terdengar dalam misa Minggu Palma. Pada ekaristi tersebut ada perarakan mengelu-elukan Tuhan Yesus sebagai raja, tetapi tidak dengan kata Halleluia. Diksi yang dipilih adalah ‘hosanna’. Kata ‘hosanna’ berasal dari bahasa ibrani yang berarti ‘selamat’, ‘menyelamatkan’ atau ‘juruselamat.’ Mengapa selama masa prapaska kita tidak mengucapkan Alleluia?
Kata ‘Alleluia’ berasal juga dari Bahasa Ibrani. ‘Alleluia’ atau ‘Haleluyah’ terdiri atas dua kata : ‘Hallelu’ dan ‘Yah’. ‘Halelu’ adalah gabungan huruf ‘he’ dan ‘lamed’ yang berarti ‘melihat ke arah’. Sedangkan ‘Yah’ adalah kata singkat dari nama sebutan Yahwe (YHWH). Jadi “Alleluia’ bisa berarti ‘melihat ke arah Tuhan’. Alleluia bisa juga berarti ‘Memuji Tuhan’.
Nanti malam, Sabtu Vigili, umat katolik akan mengucapkan ‘Alleluia’. Tidak sekadar mengucapkan, tetapi juga mengumandangkan dengan lantang dan meriah. Lagu ‘Halleluyah’ gubahan George Frideric Handel biasa dinyanyikan dengan penuh semangat oleh paduan suara. Di akhir nyanyian umat terdorong untuk bertepuk tangan bila tidak mampu menahan luapan kegembiraan hati dan kekaguman dengan ungkapan ‘Alleluia’.
Mari bernyanyi ‘Alleluia’ karena Kristus telah bangkit dan mengalahkan kuasa maut. Tuhan Yesus Kristus menyelamatkan dan menebus dosa manusia. Selamat Paskah. (*)