Gembala Berbeda dengan Orang Upahan, Petugas Kebersihan Lain dengan Orang Penyuka Bersih
Menarik sabda Kitab Suci yang mengatakan, jika orang upahan berbeda dengan gembala. Gembala akan
menjaga domba, peliharaannya dengan nyawanya bahkan. Orang upahan akan lari jika ada bahaya. Ada
sebuah cerita, ketika orang yang dibayar untuk mencarikan pakan kambing, diam saja hewan yang ia
carikan pakan kelaparan.
Makanan ditaruh di tempat penyimpanan pakan, tidak diberikan di palungannya. Tugas memberikan
pakan memang si pemberi upah. Pulang dari kantor terlambat, si kambing kelaparan, orang upahan itu
mendengar dengan baik teriak kelaparan si kambing-kambing.
Tidak ada yang salah dengan orang upahan itu, secara professional memang ia dibayar hanya untuk
mencarikan pakan. Kontekstual ayat Kitab Suci itu.
Beberapa hari ini, menyaksikan, tempat sampah tetangga dibongkar kucing. Bungkus nasi dan kotak
makanan berhamburan di luar tong sampah yang rutin diambil petugas berbayar. Kertas, dus, dan kotak
nasi yang di luar tong sampah dibiarkan begitu saja. Wong caranya mengambil sampah saja sambil
duduk di atas motor gerobaknya. Tong sampah diambil begitu saja sering menyisakan sampah yang
berhamburan.
Contoh konkret bagaimana orang upahan, yang tidak melibatkan hati, tanpa kesadaran pada esensinya
ya mengerjakan sebatas apa yang ditugaskan. Sebatas bayar, selesai. Mengapa demikian?
Satu, karena model pendekatan pendidikan dan juga agama kita masih sebatas itu. Apa yang tampak
semata. Procedural, meskipun sering itu ngaco. Lihat saja contoh dalam mengelak ketika mengalami hal
buruk. Maaf, memelas, padahal garang ketika bertikai dan merasa menang. Contoh demikian banyak.
Dua, meningkat menjadi kesadaran, bahwa pemberian lebih itu kadang susah. Dunia meterialisme
mengajarkan dapat apa dengan melakukan sesuatu. Sikap pemberian lebih itu susah. Lebih cenderung
owel.
Tiga, konsep berbagi itu masih perjuangan. Jauh lebih unggul mengumpulkan. Nah, memberikan pakan,
membersihkan dengan tuntas itu bagian dari berbagi juga. Kedua ilustrasi di atas tidak ada yang salah,
namun belum cukup.
Empat, konsep bagus, kebersihan bagian dari iman, namun sampah berserakan saja dibiarkan. Masih
perlu literasi dan edukasi lebih lanjut.
Hal ini juga nasihat diri, bagaimana pemberian diri itu juga perlu kebesaran hati. Nasihat Paus Fransiskus
sangat bagus, teruslah berbuat baik, jika tidak mendapatkan balasan sebagaimana diharapkan.
Salam JMJ