Prosedur Pemakaman COVID Yang Manusiawi
Ketika pandemic coronavirus-19 melanda dunia, tak seorang pun berani mendekati orang yang terdeteksi “terpapar” positif covid. Pasien diisolasi dari keluarga dan siapa pun juga, kecuali tenaga kesehatan (Nakes) yang merawatnya dengan berpakaian full APD (Alat Pelindung Diri). Bila kematian menimpanya, dia tetap terisolasi sampai ke pemakamannya. Bagaimana peranan keluarga dan sahabatnya? Dilarang merawat jenazahnya? Dilarang mengantar ke pemakaman? Hanya bisa melambaikan tangan dari jauh? Atau hanya mengantarkan pakaian almarhum sesudah pemakaman selesai? Sungguh “mengenaskan” mereka yang “terpapar” positif covid, bahkan meninggal dunia di saat pandemic covid ini.
Sebagai petugas pemulasara jenazah Katolik, kami tidak bisa tinggal diam dalam kesedihan. Kami berusaha mencari informasi sejauhmana corona virus itu menyerang pasien, dan sejauhmana covid menular kepada orang lain bila pasien sudah meninggal?
Kami mengikuti prosedur kesehatan Kementerian Agama yang berkordinasi dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dalam hal pemulasaran jenazah covid. Maka sejak pasien dinyatakan meninggal dunia, kami hanya mendampingi keluarga, untuk mendoakan saudara yang dipanggil Tuhan. Kami semua tidak mendekat. Semua prosedur pemulasaran jenazah dilakukan oleh petugas full APD. Kami hanya menunggu informasi, di mana dan kapan jenazahnya akan dimakamkan. Pihak Rumah Sakit yang memutuskan, dalam kordinasi dengan Dinas Kesehatan, lalu dengan Dinas Pemakaman, baru kemudian dengan penjaga Pemakaman.
Sesudah kami tahu di mana dan kapan pemakamannya, kami segera membawa perlengkapan liturgi (salib, lilin, air suci, bunga tabur dan salib makam) menuju ke tempat pemakaman. Sebelum ambulance jenazah tiba, kami memberkati makam kosong terlebih dulu, lalu kami menyingkir sepuluh meteran. Kami menyaksikan ambulance datang, para petugas full APD mengangkut peti jenazah, menurunkan ke lubang makam dan menimbunkan tanah dengan memasangkan salib yang kami bawa. Kami bersama keluarga dan sedikit umat yang hadir, mendaraskan doa Salam Maria, sampai para petugas full APD meninggalkan makam.
Sesudah makam dan sekitarnya kami semprot dengan desinfektan, kami bersama keluarga mendekati makam, melanjutkan upacara liturgi pemakaman seperti biasa: menyucikan makam, menaburkan bunga dan tanah, serta memberkati saudara kami yang menghadap Tuhan dengan tanda salib Kristus.
Dengan demikian kami tidak membiarkan almarhum sendirian selama pemakaman. Kami tidak membiarkan keluarga dan umat yang ingin mengantarkan kepergiannya. Kami tetap mengusahakan almarhum meninggal secara manusiawi, bahkan secara liturgis Katolik.
(thomas, depok)