MENGAPA TEMU-KOPI DARAT
Paseduluran Brayat Minulya Nusantara akan mengadakan temu-kopi darat pada November 2022. Dalam hati, saya mulai berkhayal – ada rasa rindu untuk memandang wajah para sahabat yang sudah lima windu berpisah. Kami telah berpencar untuk menapaki jalan hidupnya sendiri. Karena jalan yang dilalui bersama dan dalam tarekat MSF kala itu dinyatakan dan ditetapkan sebagai “bukan jalan mu…”.
Wajah para sahabat dalam jagat maya akan (di-)hadir(-kan) secara nyata di Ngayogyakarto Hadiningrat. Peristiwa yang sungguh istimewa dan luar biasa. Pasti ada senyum manis gelak tawa canda ria penuh suka cita. Juga banyak kenangan masa lalu dan rencana masa depan yang dikisahkan dan ditampilkan dengan irama dan nada-nada “con brio” dan “con anima” serta “con amicitia” sesuai dengan semangat dasar temu-kopi darat kali ini, “Ubi amici, Opes ibi est” (Ada sahabat, ada kekayaan). Kekayaan tentu saja melalui berbagai wujud dan rupa.
Akan tetapi, saya meragukan kemampuan dan peluang untuk mewujudkan impian dan rinduku. Saya hanya berdoa dan berharap, semoga Pertemuan Nasional PBMN berlangsung lancar.
Gusti mboten sare.“Pagi MasKeko. Apakah berkenan hadir Temu Darat PBM Nusantara tanggal 19-20 November 22 di Jogja?” Demikian japri dari salah seorang sahabat ex-novis 82/83 yang kini menjabat pengurus PBMN. “Selamat pagi Mas, hatiku rindu untuk bertemu, tetapi Mas kan tahu kondisiku,” balasku. Dan seketika itu juga roh dan jiwaku bergetar ingin mengikuti Bunda Maria mengagungkan Tuhan “Magnificat anima mea Dominum…”.
Ternyata, Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus senantiasa melawat dan merawat hidupku, dengan cara-Nya sendiri. Kali ini melalui uluran tangan kasih dari para sahabat PBMN. Wajah-wajah yang kemarin hanya dapat kupandang di jagat maya, dan yang oleh Jehezkiel dilihat sebagai “tulang belulang berserakan”, atau balung pisah oleh PBMN, hic et nunc, kini dan di sini nyata hadir di hadapanku di Wisma Pojok. Kami bertegur sapa, berjabat tangan dan bersenda gurau. Kemudian berkumpul dan bermain bersama dalam satu arena yang sama, bernyanyi dan berdoa dalam satu kenisah yang sama serta makan dan minum dari satu hidangan yang sama. Adakah sahabat yang mampu dalam satu kata menggambarkan peristiwa atau kenyataan ini?
Sebagai salah satu bentuk syukur dan terima kasih dari sanubari terdalam, saya mewajibkan diriku untuk hadir pada temu-kopi darat ini. Agar supaya segera diberitakan perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan para sahabat dan yang telah kualami selama masa pandemi covid-19 dan khususnya saat temu-kopi darat kali ini.
Sungguh layak dan benarlah makna dari motto/topik temu-kopi darat kali ini; Ubi Amici, Opesibi est. Ada sahabat ada kekayaan. Ada sahabat ada kekuatan. Ada sahabat ada sukacita. Dan ini semua itu, saya alami dan rasakan.
Dalam suasana hati seperti ini ingin rasanya menyanyikan dan memainkan organ mengiringi lagu Kidung Simeon bersama para sahabat dalam ibadat penutup (Completorium), malam Minggu 19 November 2022. Namun kondisi tubuhku, terutama pinggang dan tulang belakang, tidak mengijinkan karena sedari terbitnya matahari hingga tenggelamnya tubuh ini hanya bisa duduk, berdiri dan jalan. Oleh karena itu saya hanya membaringkan diri dan istirahat. Lantunan lagu-lagu Ibadat Penutup hanya dapat kuikuti dari ranjang. Semua itu tidak mengurangi sedikitpun sukacitaku.
Terima kasih Tuhan Yesus, Santa Maria dan Santo Yoseph. Terimaksih para sahabat. Terima kasih panitia. Kalian panitia hebat. Hebat meramu acara. Hebat memberi roh dan semangat baru bagi PBMN. Ubi Amici, Opes ibi est. Ada sahabat ada kekayaan. Ada sahabat ada kekuatan. Ada sahabat ada sukacita. Sesungguhnya, inilah nyawa PBMN sejati, yang akan selalu dikenang dan dinyanyikan serta perlu senantiasa dipupuk dan dirawat bersama agar makin menghasilkan buah yang baik dan berlimpah.
Sampai jumpa …. (Fidelis Keko)
Keko Fidelis memang luarbiasa…
Kisah ini sangat menyentuh hati.
Semoga kita berjumpa lagi🙏🙏🙏