CANDLE LIGHT DI WISMA POJOK
Kenangan 19 November 2022.
Tradisi candle light, biasanya ditawarkan di hotel-hotel mewah dengan tawaran pemandangan yang indah, dapat di lantai tertentu suatu hotel atau bahkah di roof top, lantai paling atas dengan atap langit memandang hamparan kerlap kerlip lampu kota, atau dapat juga ditarik menjelang matahari terbenam dengan langit jingga di ufuk barat atau bahkan bintang bintang di langit pada malam hari jika cuaca cerah. Hotel hotel megah di Jakarta – Bali dan kota kota besar lainnya sampai kini selalu menawarkan makan malam romantik seperti itu tentu dengan biaya yang tidak murah. Pasangan suami isteri atau bahkan pasangan yang masih pacaran dapat menikmati romantisme makan malam dalam suasana seperti itu.
Terima kasih kepada Panitia Pertemuan PBMN di Wisma Pojok yang terjadi pada tanggal 19 November 2022 yang lalu. Walaupun bukan dengan biaya mahal, dan memandang kerlap kerlip lampu kota. Semua yang hadir dengan pasangannya atau berpasangan dengan teman-teman yang sudah sekian lama tidak berjumpa, dapat menikmati candle light yang telah disiapkan oleh Panitia dari PBMN Regio Yogyakarta dan Kedu yang dikomandani mas Mardi Haryanto, Dwiko, Ismul, Jogo Ena dkk…
Romantisme timbul karena suasana yang diciptakan di ruang makan yang ditata sedemikian, sehingga di atas setiap meja ditempatkan candle light dengan kerukup dari kerajinan bambu tradisional yang dibuat sangat artistik, nyala api remang remang menembus anyaman kerakap dari sumbu lilin yang terapung diatas permukaan minyak dan air berwarna di dalam gelas dan di sekitar itu diletakkan hamparan bunga setaman yang ditempatkan pada berguk (layah) yang digenangi air berbau harum dan magis. Lampu ruangan di atas plafon dikerukup sebentuk lampion warna warni sehingga, efek sinar dibuat demikian sehingga keramangan bukan menimbulkan rasa horor, tetapi rasa romantik yang diharapkan. Musik dengan suara merdu seorang penyanyi cantik putri mas Dwi Koratno dengan musisi yang lincah memberikan warna tersendiri. Mas Mardi Haryanto, Mas Thomas, dan mas Andre, menyanyikan lagunya juga. Sayang sekali tidak semua yang hadir menyanyikan lagu kenangan masa lalunya, sehingga suasana romantik semakin menenggelamkan ruang makan yang besar dengan 60 orang yang hadir di dalamnya.
Susunan meja yang diatur sedemikian dikelilingi anggota PMBN yang berkelompok sesuai dengan pilihannya. Bagi anggota yang yang hadir dengan pasangannya tentu menempati meja tertentu yang sudah disediakan oleh Panitia bersama pasangannya. Sedang anggota PMBN yang datang sendiri bergabung dengan teman- temannya yang juga tidak membawa pasangannya. Makanan berlimpah ruah banyak tersisa. Wine dari Salak produk rumahan dari Monsinyur Haryo Sumarto van Turi dinikmati oleh bapak Bapak dan sebagian ibu yang berkenan mencicipinya. …
Lagu ngetrend yang dinyanyikan bersama sama. Ajo disbanding bandingke dari Farel Prayogo. Barangkali dalam benak di bawah sadar, dapat ditafsirkan yang tidak boleh disbanding bandingkan adalah pasangan yang ada di sampingnya. Khususnya suami istri – jangan disbanding bandingkan suami sendiri dengan suami orang lain. Atau isteri sendiri dengan isteri orang lain. He he he..
Sebenarnya lagu lama: Sepasang Masa Bola. Sepanjang Jalan Kenangan. Koes Plus, Panbers. Bimbo. Lagu dari Chrisye, Odi Agam, Yopi Latul, dll. Atau lagu apapun yang bernuansa masa lalu dapat menimbulkan suasana romantisme itu lebih berkembang, tetapi rupanya lagu ini tidak menjadi lagu pilihan. Anggota generasi Milenial mungkin memiliki pilihan lagu yang lebih baru dari masa kini dari Keris Patih, Sheila On Seven, Letto, Nidji, Peterpan dll. Tetapi semua itu juga tidak muncul.
Saya suka lagu Ismail Marzuki: Juwita Malam.
Engkau gemilang, malam cemerlang
Bagaikan bintang timur sedang mengembang
Tak jemu-jemu mata memandang
Aku namakan dikau Juwita Malam
Sinar matamu menari-nari
Masuk menembus ke dalam jantung kalbu
Aku terpikat masuk perangkap
Apa daya asmara sudah melekat
Juwita Malam, siapakah gerangan tuan?
Juwita Malam, dari bulankah tuan?
Kereta kita segera tiba
Di Jatinegara kita ‘kan berpisah
Berilah nama, alamat serta
Esok lusa boleh kita jumpa pula,
Juwita Malam, siapakah gerangan tuan?
Juwita Malam, dari bulankah tuan?
Kereta kita segera tiba
Di Jatinegara kita ‘kan berpisah
Berilah nama, alamat serta
Esok lusa boleh kita jumpa pula
Esok lusa boleh kita jumpa pula
Tetapi lagu itu juga tidak sempat saya nyanyikan karena durasi waktu untuk candle light yang dibatasi selama 2 jam, memutus acara romantik yang sebenarnya sudah mulai dinikmati oleh banyak anggota PBMN yang hadir. Ada yang penasaran dengan bunga setaman (mawar, kenanga, kantil) yang diletakkan pada berguk (layah) digenangi air dan setelah acara selesai bunga itu dipakainya untuk mencuci tangannya. Hmm… haruuum.. katanya. Sebagian bertanya-tanya, dimana sumbu lampu/lilin itu dibeli? Suatu saat nanti ingin mengenang kembali candle light ini di rumah sendiri, pada ulang tahun perkawinannya.
Apa boleh buat. Waktu harus diputus dengan presentasi visi misi PBMN yang perlu disampaikan kepada semua yang hadir dan khususnya gerenasi baru PBMN. Pertemuan kali ini rasanya terlalu singkat untuk saling mengenal lebih jauh dengan saudara saudara generasi baru Eks MSF angkatan tahun 90-an yang hadir. Juga kurang waktu untuk ngobrol lebih banyak setelah berpisah sejak tahun 90-an (+32 tahun) dan tersebar dimana mana. Dari Jabodetabek, Yogyakarta, Solo, Semarang, Magelang, Surabaya, Pangkalan Bun, Samarinda, Sampit.
Malam itu setelah paparan dari Ketua PBMN Mas Thomas Suharjono, yang akan didorong oleh anggota menduduki jabatannya sebagai Ketua PBMN untuk 10 tahun berikutnya, semua beristirahat dalam kenangan Candle light yang dibayangkan dalam mimpi sedang berada di Roof Top SKYE Bar & Restaurant di suatu hotel mewah Bene Italian Kitchen Sheraton Kuta Bali.
Bayangan kemawahan dalam mimpi boleh saja dilakukan. Namun sebenarnya menciptakan suasana romantik dengan pasangan tidak harus dengan biaya mahal dan tempat yang mewah. Di rumah juga bisa dilakukan. Di teras, di kamar makan, di kamar tamu atau bahkan di halaman. Candle light Wisma Pojok sudah menginspirasi anggota PBMN untuk membangun suasana romantis bagi pasangan dengan biaya yang tidak mahal. Yang utama adalah perlu persiapan agar suasana yang diharapkan didapatkan, misalnya dengan menyiapkan waktu berdua, dekorasi tempat makan yang tidak seperti biasanya, dengan lilin yang berbau harum, setangkai bunga sedap malam yang harum, dengan hiburan musik lebut sebagai latar belakang, dengan mengekpresikan kelembutan dengan cara unik yang diselingi humor, makanan yang enak, dalam peristiwa ulang tahun perkawinan atau peristiwa lain di dalam keluarga yang membutuhkan suasana kelembutan.
Jakarta, 13 Desember 2022
Ansgarius Hari Padma Wijaya, Novis MSF 84/85 – Alumni Ikafite 1992.
Mantap, inspiratif dan mencerahkan. Viva PBMN
Makasih mas Hari Padmo yg mengulas romantisme dlm PBMN😀👍 Semoga paseduluran kita makin akrab, makin memperkaya satu sama lain🙏🙏🙏