| Analogi : GULA KELAPA dengan PBMN Saya ingin menganalogikan antara Gula Kelapa (Gulo Jowo/Gulo Abang) dengan Paguyuban kita (PBMN). Apa yang ada pada keduanya sehingga kelihatan analognya. GULA KELAPA Gula kelapa terbentuk dari nira/legen kelapa yang dideres dari manggar pohon kelapa yang satu dan yang lainnya. Legen itu disadap dari manggar kelapa yang masih kuncup, dibersihkan bunganya lalu diikat erat menjadi satu. Ikatan manggar ini diiris sedikit, niranya ditampung dibumbung yang diberi tali yang diikatkan pada kenthelan manggar itu. Dideres, karena ikatan manggar itu diiris tipis, sehingga tetes demi tetes nira legen menetes dan ditampung dibumbung. Bumbung penampung nira dipasang pagi dan diambil sore. Setelah dideres lalu dipasang bumbung penampung yang lain. Begitu seterusnya bumbung dipasang sore diambil pagi. Nira kelapa yang diambil dari pohon pohon kelapa yang satu dengan yang lainnya itu dikumpulkan. Nira yang diambil sore digabung dengan yang diambil pagi, mengumpul menjadi satu. Nira legen kelapa yang terkumpul itu, pagi hari oleh mBok Penderes digodhog di kwali besar, ditaruh pada sebuah luweng perapian/pawon. Kwali berisi nira yang terkumpul itu digodhog, bahan bakarnya adalah, kayu bakar yang berupa blongkang, manggar manggar kering, papah blarak, bathok-bathok, sepet-sepet kelapa, yang kesemuanya berasal dari pohon kelapa itu juga. Nira bening-putih yang sedikit masam itu telah mulai tergodhog umob meletup-letup, pelan-pelan berubah menjadi coklat kemerahan, dan rasanya mulai manis. Jladren legen ini siap dituang dibathok-bathok bolu (bolong telu). Bolongan bathok ditutup dengan daun ketela sapah, dijejer di tampah besar, bisa menampung 10-30 bathok. Jladren gula kelapa panas dituang di bathok, satu bathok diisi satu irus jladren. Tunggu beberapa jam, gula menjadi kempel mengeras, siap dilepas dari bathok cethakannya. Gula yang ngempel dibathok bolu tadi, didorong lewat bolongan belakang bathok, plong lepas. Gula kelapa yang sudah lepas tadi ditangkepkan dengan yang lainnya, tanpa memilih. Jadilah gula kelapa setangkep. Yang satu pasti bisa nangkep dengan yang lain tanpa ditentukan yang mana, bebas yang manapun pasti bisa nangkep. MBok Penderes kemudian ‘ngentheli’ gula-gula tadi menurut kebutuhannya. Kenthelan pertama untuk dijual. Kenthelan kedua untuk keperluan jatu jajanan, seperti: klepon, cemplon, putri ayu, juruh dhawet ayu, klenyem, lemet, dll. Kenthelan ketiga untuk keperluan sendiri untuk jatu masak, untuk teman minum teh/kopi, rujakan, mut-mutan, dll. Dengan demikian, kita tahu bahwa gula kelapa itu berdaya guna. Gula kelapa yang dari kumpulan nira berbagai pohon kelapa, setelah digodhog di kwali, menjadi ngempel, akhirnya ngenthel berupa gula kelapa, yang banyak kegunaannya dalam kehidupan kita. Tidakah begitu kita, anggota PBMN ini? Nanti kita lihat. Gula kelapa itu tidak menuntut perlakuan macam-macam dalam pembuatannya. Mungkin butuh ‘enjet’ (kapur sirih), kayu manis, waktu menggodhognya minta kesabaran dari mBok Penderes untuk tetap mengaduk secara teratur sampai nira legen tua, siap dicethak di bathok. Dengan demikian mBok Penderes tidak perlu repot, kayu bakar telah tersedia di kebun, luweng bisa dibuat sendiri oleh Bapak Penderes, hanya dibutuhkan tenaga memanjat pohon kelapa pada waktu menderes. Hal itu sudah biasa dilakukan oleh Bapak Penderes. Begitulah sejarah hidup Sang Gula Kelapa. Berikutnya, marilah kita lihat PBMN, sekaligus analoginya dengan gula kelapa tersebut di atas. Anda sudah bisa menerka?
* Para anggota adalah ‘Nira legen’. * Paguyuban adalah ‘kwali’. * ‘Rasa manis’ adalah arah hidup kita. * ‘Proses penggodhokan legen’ adalah derap langkah PBMN. * ‘Kayu bakar’ adalah semangat juang kita. * Bapak Penderes melakukan penderesan adalah usaha kita merangkul anggota. * Bapak/ mBok Penderes adalah para pendamping kita sewaktu di kluster MSF. * Kwali sekaligus luwengnya adalah Konggregasi MSF , sekarang kita ter-wadhah-i di PBMN, adalah juga tampah besar kita. * Ngumpul – Ngempel – Ngenthel adalah hakekat kita sekarang. * Brayat Minulya ( Keluarga Kudus Nazareth) adalah ‘ Keluarga bapak Penderes yang memproduksi gula kelapa, menjadi spiritualitas hidup kita. * Dll… bisa kita tambah lagi apa yang bisa kita lihat pada gula kelap. …. ….. …..
PERMENUNGAN:
PBMN itu anggotanya datang dari berbagai keluarga yang beraneka macam warnanya, baik status, karakter maupun kemasyarakatannya. Begitu ‘kan mengumpulnya nira legen gula kelapa? Tadinya para anggota PBMN dikumpulkan pada suatu “Wadhah”, terarah pada satu tujuan, yaitu menjadi Imam atau bruder, Hamba Tuhan, melaksanakan perutusan Allah Bapa, mendirikan Kerajaan Surga di dunia. Kini PBMN? Sama ‘kan? Hanya jalurnya lain, bukan lagi terarah pada terwujudnya Imam biarawan atau bruder, tetapi masih mengarah kepada Hamba-hamba Tuhan juga ‘kan? Kita ini di-‘panggil’ untuk ‘mengumpul’ agar ‘ngempel’ dan akhirnya ‘ngenthel’, digadhang untuk berguna bagi kehidupan bersama. Itulah gula kelapa, membuat segalanya manis, bisa dirasakan kegunaannya oleh masyarakat. Jadi PBMN, tujuanmu sekarang apa? Tidakkah seperti ‘gula kelapa’, masing-masing memiliki ke-‘kenthel’– annya sendiri-sendiri? Di mana Anda berada, di situlah tujuanmu, untuk menjadikan manis sesamamu, yang saat ini kamu hadapi. Tidak usah mengeluh, tidak perlu merepoti dalam arti lain ‘menuntut’ untuk diperhatikan oleh yang lain. Kita adalah gula kelapa yang sudah ngenthel oleh gemblengan spiritualitas yang kita hayati; Yaitu Keluarga Kudus Nazareth (KKN). KKN adalah contoh ngenthelnya persaudaraan para anggota keluarga, terikat satu sama lain oleh cinta kasih mesra Sang Kristus. Bagaikan gula kelapa, begitu sangat ngempel–ngenthel, tidak akan ambyar lagi, sebelum digunakan. Biarpun telah digunakan, tidak akan disebut lagi nira atau legen, air kelapa, kereng, atau duduh kelapa. Orang akan tetap mengatakan ada ‘gula kelapa’ di dalamnya. Ada sedulur PBMN yang kiprah di dalamnya. Begitulah setiap anggota PBMN, ke – ‘ngenthel– annya seperti yang ada di KKN, Yesus-Maria-Yusuf, spritualitas kita. ” KKN ” adalah juga “GULA KELAPA”, yang akhirnya sifat itu harus dimiliki oleh ” PBMN”. Akhirnya, kumohon, kiprahnya anggota PBMN di dalam kancah kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, haruslah seperti kiprahnya “GULA KELAPA”. Menjadikan semua kegiatannya yang disentuh menjadi ‘manis’. PBMN jadilah gula kelapa sepanjang segala hayat hidupmu. Syukurpada Allah, Tuhan memberkati. Yell: * Hidup PBMN…. Gula Kelapa manis. atau: * Gula Kelapa… PBMN sukses. Berkah Dalem.
Purwa Sumarta, PBMN | |