COMPLETORIUM DI WISMA POJOK
Sabtu, 19 November 2022 (2)
Ibadat Penutup = Completorium
Ibadat Completorium dilaksanakan bersama-sama di ruang makan Wisma Pojok setelah terlaksana makan malam dalam candle light dinner dinyanyikan penuh tanpa iringan musik dari: Madah – Pendarasan Mazmur – Lagu Singkat – Kidung Simeon, sampai dengan Antifon Penutupnya.
Madah:
Kristus Cahaya Mulia
Kegelapan Kau enyahkan
Malam maut tak berdaya
Sudah Kalah Kau lumpuhkan
Lindungilah kami Tuhan
Selama semalam ini
Kami mohon ketenangan
Dalam istirahat nanti
Meski mata kan tertidur
Semoga hati berjaga
Rapi selalu teratur
Siap menyambut rajanya
Terpujilah Kristus raja
Bersama Bapa mulia
Dan Roh Kudus sumber cinta
Sepanjang segala masa. Amin.
Antifon 1. Kasihanilah Aku, ya Tuhan, dan dengarkan doaku. Menyusul kemudian Masmur 4;
Antifon 2: Pujilah Tuhan di waktu malam.
Menyusul Masmur 133(134)
Bacaan Singkat Ul 6, 4-7
Dengarlah, hai Israel: Tuhan Allah kita hanya satu. Hendaklah engkau mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap tenagamu. Semoga perkataan perkataan yang hari ini kusampaikan kepadamu menetap dalam hatimu dan kau teruskan kepada anak-anakmu. Renungkanlah perintah ini waktu duduk di rumah atau bergegas di jalan, waktu mau tidur atau hendak bangun.
Lagu Singkat: Ke dalam tanganMu, kuserahkan diriku, ya Tuhan, penyelamatku.
Antifon Kidung Semeon: Berkatilah kami ya Tuhan, bila kami berjaga, lindungilah kami, bila kami tidur, semoga kami berjaga bersama Kristus, dan beristirahat dalam damai.
Kidung Simeon: Luk 2, 29-32
Doa Penutup. Berkat. Diberikan melalui Rm. Cokro Atmojo yang secara khusus datang dari Keuskupan Agat-Asmat.
Nyanyian Antifon Penutup.
Salam ya Ratu Surgawi
Salam, bunda Putra ilahi
Darimulah hidup kami
Memperoleh terang suci
Bersukalah, ya Maria
Bunda yang paling jelita
Hiduplah, bunda mulia
Doakanlah kami semua.
Doa kompletorium malam ini, sangatlah khidmat. Doa secara bersama-sama dapat dinyanyikan dengan suara yang jernih dan syahdu kendatipun tanpa iringan organ. Nada suara yang diambil tepat. Walaupun sudah lama tidak mendoakan secara bersama-sama. Rasanya seperti sedang berada di tengah-tengah biara kontemplatif. Sebagian ibu-ibu yang dulu belum pernah mengalami hidup dalam komunitas biara, merasa seperti ada dalam suasana surgawi. Tidak seperti yang saya sampaikan di kata pembuka pada bagian (1). Doa kompletorium seperti menyeret kambing ke air terlalu berat untuk membawa raga ke kapel mendoakan bersama-sama doa penutup setelah studi sepanjang hari. Tubuh dalam kondisi lelah. Apa insight yang didapatkan? Dalam kondisi lelah secara fisik tubuh akan terpengaruh untuk dibawa menghadap kepada Tuhan dalam doa. Tentu doa dengan kondisi tubuh yang segar penuh semangat akan memawa dampak lebih positif dalam berdoa. Memang sebagian dari kami yang datang dari jauh pada malam hari ini sudah lelah, namun karena hati terjaga oleh semangat kegembiraan, kondisi tubuh yang lelah, tidak sangat berpengaruh untuk dibawa dalam suasana doa. Bahkan menjadi fresh untuk menyanyikan doa completorium yang tersimpan lama dalam sanubari dan menjadi kerinduan untuk menyanyikannya bersama-sama, membongkar kembali harta rohani yang tersimpan di dalam kalbu untuk dirasakan dan dinikmati kembali.
Pernahkah kita sendiri mencoba meresapkan dalam hati kita sendiri nasehat Musa kepada Israel dalam bacaan singkat dari Ul 6, 4-7, untuk mencitai Tuhan dengan sepenuh diri dengan segala keberadaannya? Dengan pikiran, hati, sikap, kata-kata, perbuatan. Dalam terminologi Sabda di atas mencitai Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan tenaga? Selalu kah kita mencoba menanamkan nilai di atas di hati anak-anak kita? Melakukan usaha terus menerus dengan gigih untuk diri sendiri dan keluarga kita. Mempersembahkan diri dalam waktu terbaik yang dimiliki, bukan waktu sisa pada saat tubuh sudah merasa lelah. Menunda-nunda waktu membiarkan Tuhan berkarya dalam diri disaat kita masih segar bugar, untuk Tuhan menunggu saat nanti saja kalau sudah tua?
Jika segala upaya untuk mencintai Tuhan dengan sepenuh eksistensi sudah dilakukan, pada saatnya boleh memohon kepada Tuhan dengan menyerahkan diri dan bermohon seperti antifon kidung Simeon, Tuhan selalu memberkati dalam jaga maupun dalam istirahat kita, juga memohon kepada Tuhan untuk boleh menghadapNya dalam damai sejahtera seperti Simeon orang yang saleh itu dan juga bermohon kepada bunda Maria agar mendoakan kita semua boleh bertemu dengan Puteranya dalam bahagia – memperoleh terang yang suci – beristirahat dalam damaiNya.
Jakarta, 14 Desember 2022
Ansgarius Hari Padma Wijaya, Eks Novis MSF 84/85 – Ikafite 1992