Reuni Brayat Minulya di Solo
Paseduluran Brayat Minulya Nusantara (Mantan Biarawan MSF) Wilayah Solo Raya menyelenggarakan reuni yang dikemas dalam acara Natalan di Rumah Sdr Jaya Suprana di Karanganyar, Minggu, 8 Januari 2023. Selain sedulur yang tinggal di wilayah Solo Raya, juga hadir sedulur PBMN dari Wilayah Jogja dan Semarang. Berikut ini tulisan refleksi dari Mas Tono Tirto, yang baru bergabung kendati termasuk anggota senior.
Beberapa waktu yang lalu di hari Minggu, Ratno sedang kerja bakti di kampung membuat pos ronda. Menjelang sore saat kerja bakti mau usai, Ratno terkejut dapat telepon dari temannya eks-jubahan. Dia meminta video call. Baiklah.
Ternyata dia di mobil dalam perjalanan untuk reuni yang dikemas dalam acara Natal. Acara tersebut dimulai dengan Misa yang dipimpin oleh rama jendral (Romo A. Purnama MSF, Jenderal Kongregasi MSF). Pertama Ratno bertanya dalam pikiran. Apa itu rama Jendral? Kok ada rama Jendral. Apa mirip sebutan rama Jendral pitak?
Untuk reunian, Ratno sangat enggan untuk hadir. Pengalamannya, dia berpendapat, reunian teman teman SMP dan SMA hanya untuk menunjukkan eksistensi dirinya sebagai sosok yang sukses sambil mengenang masa lalu yang indah. Dan juga reunian memperkenalkan anggota keluarganya yang hebat. Kemudian iuran untuk acara maupun kegiatan lanjutan bakti sosial, beramal saleh.
Saat ini Ratno baru terpuruk secara ekonomi, bila ada ajakan seperti pasti berusaha menolak halus, paling-paling ikut iuran awal saja. Selanjutnya lebih banyak menghilang. Reunian kali ini eks-jubahan. Waduh banyak kenangan pahit menyertai Ratno.
Ingat dulu pamit sama magister atau pembesar konggregasi itu susah. Mereka tak mau bertatap muka. Sebelumnya minta uang untuk pulang satu perjalanan dengan bus harus berdebat dulu. Hati baru hancur ditolak melanjutkan di konggregasi itu harus otot ototan. Sekedar ucapan pamit saja, tak satupun pembesar mau menemui.
Entah kekuatan apa pada diri Ratno saat itu berhati lesu berjalan kaki sambil gendong tas pakaiannya berjalan kaki puluhan kilometer. Akhirnya lapar. Mau jajan tak berani. Uang satu perjalanan bisa habis. Bisa bisa tak sampai rumah.
Dari sinilah, Ratno enggan diajak pertemuan. Selesai kerja bakti kampung, mandi menjelang matahari terbenam, kok seperti ada bisikan. Berangkatlah. Waduh ini bisikan iblis atau malaikat? Atau ilusi saja krn lelah kerja bakti seharian?
Yah berangkat deh, apalagi yang telepon ksatria keadilan, satu team masak tempo dulu.
Sampai di lokasi acara Misa hampir selesai. Sewaktu acara pertemuan mulai, agak minderlah, kelihatannya para mantan jubah ini banyak yang sukses dalam ekonomi. Itu dilihat hampir semua bawa mobil. Waduh Ratno cuma bawa motor butut.
Ternyata Ratno disambut hangat dengan spiritual Keluarga Kudus. Ada perkenalan untuk anggota baru. Dan esoknya Ratno dimasukkan ke WAG Paseduluran Brayat Minulya Nusantara.
Sesuai misi pribadi Ratno, buat heboh pertama tama. Pasti banyak yang tersungging dengan hobinya waton nulis di WAG. Ternyata malah disambut hangat dan diberi semangat terus nulis. Berarti ini WAG ke dua yang anggotanya hampir 100% tak tersungging dengan hobi waton nulisnya Ratno. WAG pertama yang terhibur dan beri semangat adalah Sanggar Guru KAS.
Salam kekeluargaan. (Tono Tirta)