KELUARGA ADALAH ANUGRAH CINTA TERINDAH DARI TUHAN

KELUARGA ADALAH ANUGRAH CINTA TERINDAH DARI TUHAN

Sumartadji (alm) –jongkok paling kiri– saat reuni Paseduluran Brayat Minulya di Wisma Pojok beberapa waktu lalu.

Tujuh hari yang lalu, Sumartadji, seorang anggota komunitas Paseduluran Brayat Minulnya Nusantara (PBMN), menghadap Allah Bapa di surga. Albertus Mahatma Yoga Kusuma yang juga anggota komunitas menuliskan kesannya tentang almarhum.

“Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga”

Penggalan syair lagu keluarga cemara ini barangkali bukan sebuah rekayasa seni. Bait-bait yang tercipta dalam lagu tersebut bisa jadi adalah pengalaman yang nyata dirasakan oleh sang penggubah. Arti dan makna dari setiap lirik yang diciptakan terasa mendalam karena ada keterlibatan dari sang seniman.

Dalam membawakan sebuah lagu, seorang penyanyi akan dapat menyampaikan pesan dari setiap bait ketika bernyanyi dengan melibatkan emosinya. Demikian juga seorang pendengar akan dapat menangkap pesan yang disampaikan jika meresapkan setiap kata dan kalimat yang terangkai dari sebuah lagu. Kebenaran dari setiap syair dalam sebuah lagu merupakan pengalaman yang hidup dari sang pencipta tentunya.

Hari ini, 2 Februari 2023 saya teringat akan ungkapan terima kasih yang disampaikan oleh Sdr. Alfons, putra mendiang Bp. Sumartaji dalam kesempatan ucapan terima kasih pada malam setelah misa requiem di rumah duka RS. Elisabeth Bekasi, tempat di mana mendiang Bp. Sumartaji disemayamkan. Dalam ungkapan rasa terima kasih yang disampaikan, Sdr. Alfons mengutip sebuah quote yang berbunyi “keluarga adalah anugrah cinta terindah dari Tuhan”.  Sdr. Alfons, putra mendiang Bp. Sumartaji, tentu mengalami betapa Tuhan telah menganugrahkan rahmat terindah dalam hidupnya yang ia alami dalam sebuah keluarga. Saya merasa betapa Tuhan mengasihi setiap anakNya dengan cara yang luar biasa melalui peran keluarga. Saya bersyukur bahwa saya boleh dilibatkan dalam sebuah komunitas yang menyebut dirinya sebagai sebuah keluarga di bawah naungan dan perlindungan Keluarga Kudus Nazareth. Kehadiran sebagian sodara dari PBMN di rumah duka RS. Elisabeth Bekasi adalah bukti nyata bahwa keterlibatan dan peneguhan untuk keluarga yang berduka sungguh merupakan ketulusan dan pengakuan sebagai keluarga dalam peristiwa ini.

Mengenang tujuh hari mendiang Bp. Sumartaji menghadap Bapa di Surga, saya merasa perlu untuk berterima kasih kepada Paseduluran Brayat Minulya Nusantara, terlebih kepada mendiang Bp. Sumartaji yang telah mengakhiri peziarahan hidupnya dengan memberikan contoh dan teladan dalam keluarga yang dikasihinya, dimana saya boleh belajar untuk memiliki kasih yang besar untuk keluarga. Perjumpaan saya dengan mendiang Bp. Sumartaji yang begitu singkat membuat saya  yakin bahwa Tuhan telah menempatkan saya dalam keluarga yang tepat. Kerendahan hati mendiang Bp. Sumartaji dan kesederhanaan hidupnya merupakan contoh dan teladan yang hebat. Damai dan cinta mengiringi perjalananmu kembali pada Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup Sejati.

Para sodara dalam Paseduluran Brayat Minulya Nusantara yang terkasih, mari kita libatkan emosi kita dalam keterlibatan sebagai keluarga dalam komunitas ini untuk mewartakan anugrah cinta terindah dari Tuhan dalam perjalanan hidup dan panggilan kita. Jadilah garam dan terang dunia di dalam hidup keluarga. Semoga!

Semarang, 02.02.2023,

Albertus Mahatma Yoga Kusuma – Captivum Dei

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *