Teologi Distributor – Sebuah Permenungan Iman
Distributor adalah perorangan atau perusahaan yang membeli produk dari produsen dan menjual kembali kepada para agen dan konsumen. Perusahaan besar kebanyakan menggunakan para distributor ini sebagai mitra penyalur produknya untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Produsen lebih senang bermitra dengan para distributor ini karena distributor dapat berfungsi secara independen sebagai kepanjangan tangan produsen di bidang pemasaran, sehingga pekerjaan produsen diringankan dan dapat lebih difokuskan pada bidang produksi. Bahkan, para distributor ini dapat diikat dengan perjanjian pemasaran dengan pembayaran di muka dan diserahi tanggung jawab pemasaran dalam jumlah tertentu untuk setiap periode yang disepakati. Dengan kesanggupan bermitra usaha dengan produsen ini, para distributor mempunyai tanggung-jawab yang sangat besar untuk dapat memasarkan produk dalam jumlah yang disepakati dan menanggung resiko bilamana gagal dalam melakukan pemasaran. Uang yang telah dibayarkan kepada produsen sebagai pembayaran di muka tidak dapat ditarik kembali, kecuali diminta dalam bentuk produk, sehingga tanggung-jawab memasarkan produk tersebut semakin bertambah.
Dalam upayanya untuk memasarkan produk, para distributor tidak jarang menjual di bawah harga jual yang dipatok oleh produsen supaya tertanam image konsumen bahwa membeli dari distributor lebih murah dari pada membeli dari produsen langsung. Untuk menanamkan image itu seringkali distributor juga memasarkan produk kepeda konsumen tanpa pembatasan jumlah minimum pembelian, sedangkan produsen masih mematok jumlah pembelian minimum. Selain itu mereka seringkali memberikan pelayanan tambahan seperti layan-antar sampai di tempat tanpa tambahan ongkos kirim. Untuk mengejar target jumlah penjualan, para distributor memasarkannya kepada para agen dengan syarat kuantitas dan harga yang lebih lunak dari pada yang dipersyaratakan produsen kepada distributor. Bahkan seringkali distributor ini memberikan insentif khusus kepada para agen dan konsumen dengan mengambil sebagian dari keuntungannya. Apa yang dilakukan distributor ini untuk mencapai target jumlah penjualan selama periode yang disepakati terhadap produsen.
Apa yang dibidik oleh para distributor dengan mengejar target penjualan tersebut? Kebanyakan para produsen menjanjikan bonus khusus apabila target jumlah penjualan terpenuhi. Demi mengejar bonus ini distributor rela mengorbankan sebagian keuntungannya untuk diberikan kepada agen dan konsumen sebagai insentif khusus. Bukan hanya untuk mengejar bonus saja, distributor rela mengorbankan keuntungan tersebut juga dengan tujuan agar pada periode yang akan datang diberi tanggung-jawab jumlah produk yang lebih besar lagi, sehingga terbuka peluang usaha yang lebih besar pula.
Sebaliknya bila distributor gagal mencapai target jumlah penjualan yang disepakati, pada periode yang akan datang jumlah produk yang dipercayakan kepadanya akan dikurangi dan akan diberikan kepada distributor yang berhasil menjual produk dalam jumlah yang lebih besar. Bahkan distributor yang gagal tersebut bias jadi tidak akan diberi kepercayaan lagi pada periode selanjutnya. Dengan demikian akan semakin sempitlah peluang usahanya atau bahkan akan mati usahanya.
Apa yang dimaksud dengan istilah “Teologi Distributor” dalam artikel ini? Penulis menganalogikan konsep hubungan mitra kerja antara produsen versus distributor ini dengan hubungan mitra kerja antara Tuhan versus manusia sebagai penyalur berkat Tuhan. Sebelum menguraikan konsep mitra kerja antara Tuhan versus manusia, berikut ini akan diuraikan terlebih dahulu perikop dari Injil,
Matius 25;14-30
“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian keluar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
Yang seorang diberikannya lima taenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba ynag menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetap hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuang percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya; Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Lalu datanglah hamba yang menerima dua telenta itu, katanya; Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya; baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung-jawab dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga hambanya yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kuberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadaya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalahakan terdapat ratap dan kertak gigi.”
Mengamati perikop Injil tersebut, ada kemiripan konsep, namun tidak sepenuhnya sama. Perbedaannya, konsep mitra kerja antara produsen versus distributor itu dilandasi hubungan kerjasama transaksional, sedangkan konsep mitra kerja antara Tuhan versus manusia sebagai penyalur berkat dilandasi atas kasih tanpa pamrih. Lalu apa kemiripannya? Kemiripannya, Tuhan akan menambahkan berkat lebih banyak kepada manusia yang rajin mengembangkan bakatnya dan mau berbagi atau menyalurkan berkat kepada sesamanya. Sebaliknya, Tuhan akan mengurangi atau mengambil seluruh berkat bagi manusia yang malas mengembangkan bakat dan tidak mau berbagi kepada sesamanya.
Tuhan memberikan kepercayaan kepada setiap manusia berupa talenta yang kita kenal sebagai: kecerdasan, ketrampilan, kesenian, kebijaksanaa dan bakat-bakat lainnya. Walaupun bakat-bakat yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia tidak sama, namun setiap manusia diminta bertanggung-jawab untuk mengembangkan bakat-bakatnya masing-masing. Dengan mengembangkan bakat masing-masing, manusia akan menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati oleh dia sendiri, keluarganya, sesama manusia dan bahkan makhluk hidup di sekitarnya. Pekerjaan manusia yang berbakat pertanian akan menghasilkan bahan pangan bagi sesama manusia. Pekerjaan manusia yang berbakat seni akan memberikan penghiburan bagi sesama manusia. Pekerjaan manusia yang berbakat kebijaksanaan akan memberikan tuntunan jalan hidup yang baik kepada sesama manusia. Pekerjaan manusia yang berbakat tehnik akan menghasilkan bahan baru, peralatan baru, energi baru dan cara baru yang dapat mempermudah pekerjaan manusia dan dapat meningkatkan kualitas alam dan melestarikannya. Apapun bakat manusia, bila dikembangkan, akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kesejahteraan manusia dan bagi makhluk hidup lainnya secara berkesinambungan (sustainable).
Namun, apabila setiap manusia menyembunyikan atau tidak mau mengembangkan bakat-bakatnya, mungkin manusia akan bertahan hidup juga. Namun hidup manusia akan bersifat konsumtif saja, dan mungkin tidak akan bertahan lama. Alam tidak akan berkembang, tidak ada perkembangan bahan baru, energi baru, cara baru yang dapat melestarikan alam. Lama kelamaan sumber daya alam ini akan habis dinikmati oleh manusia dan tidak akan terbarukan. Pada titik tertentu akan terjadi kekurangan pangan dan akan terjadi saling bunuh antar makhluk hidup untuk mempertahankan hidupnya. Akhirnya manusia dan makhluk hidup lainnya akan punah juga.
Kembali ke analogi konsep mitra kerja, Tuhan, sama halnya dengan produsen, mempergunakan manusia sebagai distributor atau penyalur berkatnya. Tuhan mempercayakan alam ini kepada manusia dan membekali manusia dengan bakat-bakat khusus yang melebihi makhluk lainnya dengan harapan manusia mau mengembangkan bakat-bakatnya tersebut dan membuat alam menjadi berkembang pula. Dengan dikembangkannya alam tersebut, harapan Tuhan alam ini akan dapat lebih mensejahterakan seluruh umat manusia (bukan segelintir manusia saja) dan akan dapat lestari menghidupi semua makhluk yang ada di dalamnya. Hal ini menjadi permenungan semua umat manusia untuk rajin mengembangkan bakat dan mau berbagi kepada sesama manusia dan peduli kepada sesama makhluk. “Apapun bakat-bakat yang diterima, hendaklah disyukuri dan haruslah dikembangkan semaksimal mungkin dan hasilnya tidak hanya untuk dinikmati sendiri saja, melainkan untuk berbagi kepada sesama manusia dan sesama makhluk.” Dalam pengalaman penulis, ketika penulis menerima berkat dari Tuhan dan menyalurkan sebagian berkat tersebut kepada sesama yang membutuhkan, berkat tersebut terasa tidak berkurang, malahan terasa bertambah. Penulis merasa semakin dimudahkan untuk berbagi berkat pada saat selanjutnya.
mendalam, kontekstual lagi, matur nuwun
salam JMJ