Suami dan Istri 35 Tahun Menjadi Katekis
Tiga puluh lima tahun sudah pasangan suami-istri Theodorus Soedarno dan Theresia Tatiek Sutarti menjadi katekis. Opa Darno, demikian dirinya biasa disapa, mulai menjadi katekis pada tahun 1990 pada usia 45 tahun. “Saat itu saya masih aktif menjadi anggota TNI AD berpangkat Mayor,” kata Opa Darno. Sedangkan Oma Darno saat itu berusia 39 tahun dan menjadi anggota persit (persatuan istri tentara).
“Banyak orang pemeluk agama non katolik yang bertanya, bagaimana caranya bisa memeluk agama katolik,” tutur Opa Darno tentang motivasinya menjadi katekis. Opa dan Oma Darno menemui Romo Leonard Smit SJ, yang saat itu menjabat sebagai pastor Paroki Karangpanas, dan bertanya bagaimana cara mendampingi orang agama lain untuk menjadi katolik. “Kami disuruh beli buku katekismus katolik,” jelas Opa Darno, “yang saat itu buku katekismus masih dalam bentuk tanya jawab.”
Setelah mempelajari buku katekismus dan mengikuti berbagai kursus yang diselenggarakan oleh Kevikepan dan Keuskupan Agung Semarang, maka mulailah Opa dan Oma Darno menjadi katekis pada tahun 1990. Pertama kali menjadi katekis dan menjadi prodiakon, Opa Darno tinggal di Kawasan Gombel Permai hingga pertengahan tahun 1993. Bulan September 1993 ia mendapatkan penugasan ke Manado, Sulawesi Utara. Karena itu aktivitas menjadi katekis berhenti sesaat.
Selain menjadi katekis, Opa Darno juga pernah aktis menjadi Tim Kerja Pendamping Keluarga. Ketika itu Romo Petrus Supriyanto Pr menjadi Romo Paroki Karangpanas. Kemudian beralih pelayanan ke tim kerja Inisiasi hingga masa penggembalaan Romo Supri berakhir dan berlanjut hingga masa Romo Dodit Haryono Pr menjabat sebagai Romo Kepala Paroki. Saat ini usia Opa Darno mendekati 80 tahun, sedangkan Oma Darno 74 tahun dan mereka tinggal di Wilayah Kesatrian. Kendati demikian, semangat dan pelayanan Opa dan Oma Darno masih tetap menyala. Bersama katekis lain, pasutri Opa-Oma Darno masih turut mendampingi persiapan penerimaan sakramen krisma bagi 11 orang di wilayahnya. Proses pendampingan calon krisma diselenggarakan di kapel Kesatrian. “Untuk mendapatkan hasil yang optimal, caranya : jika pendampingan/pembelajaran katekis kurang dipahami mereka (calon krisma) bisa langsung bertanya, sehingga materi bisa meresap dalam kehidupannya,” jelas Opa Darno.