Sarjana Teknik Menjadi Imam

Sarjana Teknik Menjadi Imam

Seminari menengah bukanlah satu-satunya rute perjalananan menuju tahbisan menjadi imam katolik. Memang banyak orang muda menjawab panggilan hidup membiara atau menjadi imam mulai sejak remaja. Selepas lulus dari SMP mereka ikut melamar  ke seminari menengah, entah itu di Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang, Seminari Menengah Garum, Blitar, atau seminari menengah di berbagai keuskupan lainnya.

Vincentius Ferrera Dhanarjaya, putra kedua dari tiga bersaudara ini, menjawab panggilan Tuhan untuk menjadi romo atau imam katolik selepas memperoleh gelar sarjana teknik dari sebuah universitas negeri di Solo. Kendati sejak belia dia sudah berhasrat menjadi imam, tetapi hasrat tersebut pudar ketika usia remaja. Dhanar melanjutkan studi di sekolah umum hingga perguruan tinggi.

Tahun 2003 Dhanar lulus SMP St. Yusuf, Madiun, Jawa Timur. Ia tidak mendaftar ke seminari menengah, tetapi masuk ke SMA St. Bonaventura di kota yang sama. Lulus SMA, Dhanar seolah tak merasakan panggilan imamat. Sebaliknya, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jawa Tengah. Studi teknik industri dilaluinya dengan lancar. Gelar sarjana teknik disandangnya.  

Tetapi justru beberapa bulan setelah lulus kuliah,  hasrat yang dirasakan pada masa kecil bergetar lagi. Pada usia 23 tahun, suara panggilan menjadi imam timbul lagi dan Dhanar memberanikan diri mengikuti pendidikan awal di biara Betlehem MSF (Misionaris Keluarga Kudus) di Salatiga.

Dhanar mengaku, menemukan biara MSF karena ‘kebetulan’. Saat ia berziarah ke sebuah gua Maria, Dhanar menemukan sebuah poster pengumuman penerimaan postulan MSF. Setelah membaca baik-baik dan mendengarkan suara hatinya, Dhanar mendaftarkan diri ke biara tersebut. “Saya bingung ketika ditanya, ‘Mengapa memilih MSF?’,” aku Dhanar mengenang wawancara test penerimaan calon postulan.

Kamis, 9 September 2021, Vincentius Ferrera Dhanarjaya yang sudah menjadi diakon ditahbiskan menjadi imam MSF oleh Mgr Robertus Rubiatmoko, Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang di Gereja Keluarga Kudus, Banteng, Yogyakarta. Kedua orang tua Dhanar hadir dalam acara tahbisan tersebut. Ada yang istimewa dalam tahbisan ini, kata Mgr Rubi. Ibu Dhanar, Maria Cherescentiana Nurnaningsih, menjadi lektor. Sedangkan Agustinus Daryanto, ayah Dhanar, menyerahkan anaknya untuk ditahbiskan menjadi imam.

Dhanar bersyukur, orang tuanya mendidik secara katolik yang baik dan sejak sekolah dasar hingga SMA bersekolah di sekolah katolik. Orang tuanya juga mendorong Dhanar untuk aktif dalam berbagai kegiatan di gereja Mater Dei, Madiun, Jawa Timur. Imam tertahbis yang punya hobi hiking ini bersyukur atas didikan tersebut. Dengan pendidikan tersebut, dia merasa imannya terus bertumbuh hingga saat ini.

Pria yang masuk kehidupan biara tahun 2012 ini memilih motto tahbisan, “Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam Kasih!” (1 Kor. 16:14). Setelah ditahbiskan, romo Vincentius Ferrera Dhanarjaya mengharapkan dukungan doa dari banyak orang, agar dia tetap setia dalam hidup panggilannya hingga akhir hayat. Proficiat Romo Dhanar. Kami sangat bersuka cita memiliki imam baru. Selamat menghidupi rahmat panggilan Imamat dan melayani umat dalam kasih. ***

M. Unggul Prabowo

Penulis lepas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *