Tour de Grabag (2): Cuaca di Musim Pancaroba
Saya berdoa, mohon kepada Tuhan agar cuaca cerah sepanjang perjalanan Tour de Grabag. Salah satu permohonan yang agaknya bertentangan dengan prakiraan cuaca. Satu-dua hari sebelum berangkat, saya memantau berita prakiraan cuaca. Wibsite BMKG memprakirakan pada Senin, 11 Maret 2024 hujan akan turun pada siang hingga malam hari sepanjang perjalanan, baik di Semarang, sebagian Kabupaten Semarang, dan Grabag hingga Temanggung.
Hujan sudah turun beberapa hari sebelum acara hari-H. Kondisi tersebut dan prakiraan BMKG tentu saja membuat galau. Dingin air hujan biasanya membuat badan saya bentol-bentol dan gatal. Terbayang sudah tantangan yang akan saya hadapi. Karenanya, saya mempersiapkan diri sebaik mungkin. Menyiapkan jas hujan, penutup kepala, jaket rangkap dua, dan sarung-tangan yang baik. Tidak ketinggalan juga, head set dan musik pilihan sebagai teman perjalanan.
Etape pertama dimulai. Rute perjalanan : berangkat dari halaman Gereja St. Athanasius Agung, Karangpanas, Semarang menuju Taman doa Gili Asih, Nawangsari, Grabag, Magelang. Menurut Google Maps, kami harus menelurusi jalan raya sejauh 48 kilometer dengan waktu tempuh satu jam lebih sedikit. Taman doa tersebut secara gerejani masuk wilayah penggembalaan Paroki Santo Thomas Rasul, Bedono. Mgr. Robertus Rubiatmoko memberkatinya 30 November 2023.
Belum lama meninggalkan halaman gereja, saya tersadar. Musik teman perjalanan tidak terdengar. Saya lupa menyalakan gadget pemutar musik. Juga lupa memasang headset. Namun iringan kendaraan harus tetap terjaga. Menyadari sebagai peserta baru, saya musti menjaga kekompakan dan mentaati aturan berkendara dalam tim tour.
Jalanan ramai. Mungkin Sebagian besar belum berpuasa dan hari libur Nyepi. Kami menelusuri jalan raya Semarang—Bawen, dilanjut masuk kota Ambarawa. Lalu lintas tersendat di depan Pasar Projo, Ambarawa. Beberap saat setelah dapat menerobos kemacetan, pemimpin kelompok berhenti di depan museum Palagan. Rupanya pimpinan rombongan memastikan seluruh anggotanya sudah kumpul semua.
Perjalanan dilanjutkan menelusuri jalan Ambarawa-Bedono dan dilanjut ke arah Pringsurat. Setelah melintasi batas Kabupaten Semarang, jalan turun memasuki kabupaten Temanggung di depan pabrik kayu PT TKPI, Pingit, Pringsurat, pemimpin rombongan memberi tanda belok kiri, keluar dari jalan raya. Rombongan masuk Jalan desa, Jalan Losari, dan melintasi Hotel Resort MesaStila. Terpintas dalam benak, sekian waktu lalu pernah singgah ke hotel tersebut dan terheran melihat lobi hotel adalah bangunan asli stasiun kereta api di Mayong, Jepara.
Kenangan tentang hotel itu belum sempat menghilang dari ingatan, tetapi rombongan tour sudah masuk pekarangan, halaman Taman Doa Gili Asih, Bedono. Puji Tuhan sampai tujuan. Perjalanan lancar dengan cuaca pagi yang teduh.
“Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.” Matius 8:26b.