Punya Tulisan, Bisa Berkelana Kemanapun
Jika Anda punya senjata, Anda bisa berkelana ke manapun juga. Itu adagium koboi Amerika. Seorang penulis asal Surakarta membuktikan pepatah serupa, “Jika Anda punya tulisan, Anda bisa berkelana ke manapun (tanpa bayar)”. Nama penulis tersebut Stefanus Kartono dan saat ini tinggal di Jogja. Ia sehari-hari berkarya sebagai guru di SMA Kolese De Britto, Yogyakarta. Dari laman medsosnya, facebook, atas nama St. Kartono, kita bisa melihat bukti pengelanaan beliau ke berbagai kota.
Pertengahan bulan Agustus lalu St. Kartono memposting dirinya mendapatkan penghargaan sebagai pendidik terproduktif. Karena keingintahuan tentang penghargaan tersebut, saya mengajukan beberapa pertanyaan dengan harapan juga dapat dibagikan kepada pembaca brayatminulya.net, dan ternyata pria yang 22 September ini merayakan hari ulang tahun pernikahannya bersama Irene Rosmaeni SP itu menyambut dengan sangat baik. Berikut ini tanya jawab tentang St. Kartono.
Tanya : Mas St. Kartono, apa itu sertifikat & notifikasi Mandiri? Untuk pendidik terproduktif menulis buku, artikel, dan penelitian? Diberikan oleh siapa dan kepada siapa?
Jawab : Hahaha… Mas Unggul, penghargaan berupa sertifikat dan notifikasi dari Bank Mandiri ke rekening guru. Setiap perayaan ulang tahun SMA Kolese De Britto, 19 Agustus, Yayasan De Britto memberikan penghargaan kepada guru dan karyawannya. Selain penghargaan pengabdian berdasar jumlah tahun berkarya, Yayasan memberikan penghargaan, pertama untuk guru yang paling banyak menulis artikel dan buku, serta penelitian. Kedua, guru yang paling banyak melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan pelatihan, menjadi narasumber, juri, atau moderator. Ketiga, guru yang paling banyak mengikuti seminar, pelatihan, atau lokakarya.
Tanya : Apakah penghargaan tersebut diberikan secara periodik (setahun sekali)?
Kurang lebih lima belas tahun lampau, Yayasan De Britto selalu memberikan insentif kepada guru yang artikelnya terkorankan atau termajalahkan, lalu tulisan yang terjurnalkan dan terbukukan juga mendapatkan insentif. Sejak terbit Peraturan Kepegawaian Yayasan 2020, kode etik guru SMA Kolese De Britto tersurat bahwa setiap tenaga pendidik menjalankan profesinya dengan setia dan menurut ukuran yang tertinggi, baik kinerja pendidikan dan pengajaran, pelatihan dan penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. Atas capaian pemenuhan kode etik itu lantas Yayasan memberikan penghargaan untuk tiga kategori seperti di atas.
Tanya : Berapa buku dan berapa artikel yang sudah ditulis Mas ST?
Jawab : Sebagai guru yang mengajar penuh dan menjalankan tugas mendidik, kiranya yang saya lakukan sungguh membutuhkan manajemen waktu yang “heroic”. Sejauh saya mencatat, tertulis sebagai penulis buku, baik sendiri atau kolaboratif berjumlah 15, mengeditori 34 buku, menulis artikel dalam 33 antologi, menulis pengantar atau catatan sampul untuk 35 buku, dan tak kurang dari 700-an artikel yang terkorankan.
Tanya : Dari sejumlah tulisan, buku dan/atau artikel apa yang paling disukai atau yang paling berkesan buat Mas ST? Mengapa?
Jawab : Buku Menjadi Guru untuk Muridku (Kanisius, 2011) mengalami cetak ulang ke-6 dan hingga kini masih beredar. Buku itu membawa saya berkeliling sudut-sudut negeri ini dari Aceh hingga Papua. Lewat buku ini saya membukti adagium koboi Amerika “jika Anda punya senjata, Anda bisa berkelana ke manapun juga”, bagi saya “jika Anda punya tulisan, Anda bisa berkelana ke manapun (tanpa bayar…hahaha – ada yang membiayai)”.
Satu artikel yang sangat Istimewa bagi saya, “Menjadi Guru yang Gembira” yang terbit koran Kedaulatan Rakyat, 25 November 2019. Tulisan sepanjang 535 kata itu dinobatkan sebagai Juara 1 – Artikel dan Karya Jurnalistik Pendidikan Kemendikbud 2020. Bagi saya penghargaan dari Kemdikbud ini ibarat “mahkota” guru yang juga bertekun menulis.
Tanya : Rata-rata dalam satu bulan atau satu semester berapa buku dan artikel yang telah ditulis?
Jawab : Hahaha …saya berani menyebut diri “kolumnis” – menyebut diri itu sebagai pemacu untuk setia menulis. Romo Mangunwijaya berseloroh, jangan menyebut diri kolumnis jika dalam sebulan tak hasilkan satu saja tulisan. …meski tak mudah tidak merata, pada masa panen isu pendidikan, sebulan bisa 4 atau 5 tulisan terkorankan – saatnya padat pekerjaan sebagai guru yang satu tulisan saja butuh diprioritaskan. Setiap tahun punya naskah buku, meskipun tidak mesti diterbitkan.
Tanya : Apa motivasi Mas ST menulis buku dan artikel?
Jawab : Yeach …yang saya lakukan hanyalah “yang tidak dilakukan” oleh kebanyakan rekan-rekan seprofesi. Ketika memilih menjadi guru 1991, guru di negeri ini tidak mapan finansial, tidak diperhitungkan status intelektual, pun diragukan status sosialnya. Nah, yang bisa membongkar ketidakmapanan itu ya guru sendiri. Lalu, saya memilih menulis agar diperhitungkan, memang saya merasakan hal itu terbukti.
Tanya : biasanya banyak tugas dan administrasi yang harus dikerjakan. Kok masih sempat menulis? Bagaimana mendapatkan atau merencanakan gagasan tulisan, kapan menulisnya?
Jawab : Mas Unggul, bagi saya – menulis itu soal manajemen waktu – saya tidak pernah membawa koreksian ke rumah. Jadi, waktu di luar jam kerja dan tugas sekolah … ya, itu kemewahan bagi saya. Tulisan saya tak jauh dari dunia saya, dunia pendidikan menengah, pendidikan Masyarakat, bertemu murid dan orang-orang muda yang bertumbuh. Yang membutuhkan waktu itu saat kumpulkan bahan, sementara eksekusi satu artikel relatif cepat dua jam saja.
Tanya : Siapakah penulis atau tokoh yang menjadi idola mas ST? Mengapa?
Jawab :Pada awal-awal menulis saya banyak membaca “Tanda-Tanda Zaman” yang ditulis Romo Dick Hartoko SJ di BASIS. Romo Dick itu memotret pengalaman yang kelihatan biasa dengan refleksi mendalam tetapi bisa tertuang dalam tulisan pendek. Pun, tulisan Romo Mangunwijaya yang imajinatif, idenya lompat-lompat tak terduga. Kedua penulis itu mengesankan saya.
Tanya : Saat ini marak gawai dan aplikasi medsos seperti IG, tiktok dll yang lebih menonjolkan gambar dan video, sehingga ada pendapat daya tahan orang untuk membaca semakin berkurang. Jika pendapat itu benar, bagaimana kiat membuat artikel agar tetap menarik untuk dibaca?
Jawab : Tulisan yang menawarkan kedalaman tanpa berpanjang-panjang akan menghadirkan sisi lain yang tidak dipikirkan orang lain. Prinsip saya, sedapat mungkin menuliskan pemikiran yang tidak dipikirkan orang lain.ng
Mas St. Kartono, selamat merayakan hari ulang tahun pernikahan di tanggal 22 September ini. Semoga Allah yang penuh daya kreasi senantiasa memberi inspirasi mas St. Kartono dalam kebahagiaan bersama keluarga. (M. Unggul Prabowo)