[CerMin] BAPAK

[CerMin] BAPAK

Seperti kebiasaan di meja makan dari dulu, Pak Darso duduk kursi paling ujung, dan tiga putrinya, Maria, Jesi, dan Kris, di kursi samping. Biasanya Bu Darso di samping Bapak,tetapi ia sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Diam dan hening. Tak ada yang berani memulai bicara. Sengaja Bapak mengundang tiga putrinya yang sudah sukses berkarir dan tinggal di luar kota untuk pulang.

” Ehem… Sengaja saya undang kalian pulang setelah urusan seribu hari Ibumu selesai”, Bapak memulai berbicara .Putri-putrinya tetap diam, tak ada yang berani menatap. 

” Saya sudah dengar keluhan dan kasak kusuk di antara kalian. Kalian kecewa, marah. Kalian malu punya Bapak  yang tidak bisa menjunjung kehormatan keluarga. Kalian pikir Bapak sudah melupakan dan tidak mencintai Ibumu.. Hanya karena aku mau menikahi Darsi. Pembantu yang sejak dulu bersama kita, yang merawat kalian sejak bayi, yang menjaga kalian ketika aku dan ibumu sibuk bekerja.” Masih suasana  diam dan tegang. 

” Aku mau tanya, kalian sudah puluhan tahun mengenal Darsi. Apakah Darsi orang baik atau jahat? Coba jawab dengan jujur! Kalau memang ia jahat, katakan ! ” Diam panjang, tidak ada yang menjawab. 

” Kalian pikir aku tidak sayang ibumu? Tak ada yang bisa menggantikan ibumu. Seluruh hidupku dilayani sehingga aku nyaris tak bisa hidup tanpa dia. Kalian semua pergi dari rumah, aku gak apa- apa. Tetapi ketika ibumu meninggal, aku seperti kehilangan gairah hidup. Rasanya aku ingin menyusul… ” Hening, mereka menunduk. 

” Darsi yang dengan tulus  dan telaten mengurus aku, menggantikan peran ibumu. Usiaku hampir 70,ketika aku sakit, bisakah aku tilpun kamu agar pulang merawat aku? Kalau sampai aku parah, adakah yang bersedia pulang dan meninggalkan karir dan keluargamu untuk mengurus aku?”

Hanya sesenggukan yang terdengar. 

” Di usiaku ini aku tidak sanggup sendirian kecuali kalian ingin aku tinggal di panti jompo. Darsi yang sudah mengenal aku, tahu masakan kesukaan, tahu kebiasaanku, bahkan tahu watakku. Dan aku yakin Darsi tanpa pamrih semata- mata mau melayani aku. Tetapi masalahnya, aku duda sedangkan ia janda dan tinggal satu rumah. Apakata orang? Mungkin kalian berpikir aku butuh seks? Kalian  tahu sudah lima belas tahun aku mengidap diabet sehingga tidak butuh itu lagi. Aku hanya butuh teman, aku butuh orang yang dengan iklas mau mengurus aku. Itu saja yang ingin saya sampaikan. Kalian berhak berpendapat, saya tunggu jawaban sampai besok pagi sebelum kalian balik ke rumah masing- masing. Sekarang istirahat”

  Malam terasa sunyi, tapi hati terasa dihunjam pedang. Tajam, mengiris ulu hati. 

Tanah Lot Feb 2024

Paul Subiyanto

Dr.Paulus Subiyanto,M.Hum --Dosen Bahasa Inggris di Politeknik Negeri Bali ; Penulis buku dan artikel; Owner of Multi-Q School Bal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *