Suami Suka Bohong

Suami Suka Bohong

Saya tidak mengerti mengapa suami punya kebiasaan berbohong kepada saya, bahkan untuk hal-hal kecil sekali pun. Kebiasaan jelek ini sering mengganggu hubungan karena saya paling tidak suka dibohongi sehingga saya malas untuk berkomunikasi dengannya daripada saya sakit hati dan marah karena dibohongi. Bagaimana caranya agar suami mau mengubah kebiasaan berbohong? 

Jawab:

Hubungan memang tidak bisa dibangun dengan kebohongan, melainkan harus dengan kejujuran dan ketulusan. Setiap kebohongan akan melahirkan kebohongan baru untuk mempertahankannya, demikian seterusnya. Namun demikian, bersikap jujur, terbuka dan apa adanya memang bukan perkara mudah karena pada dasarnya setiap orang memiliki kebutuhan untuk diterima dan takut ditolak. Berbohong berarti menutupi kenyataan yang sesungguhnya di hadapan orang lain agar tidak ditolak. Dalam relasi suami istri, jelaslah bahwa kebohongan akan menghambat tumbuhnya intimitas, bahkan melukai yang lain. Dengan berbohong berarti suami Anda menolak Anda untuk melihat siapa sebenarnya dirinya, dan Anda merasa dijauhkan darinya.

Kalau benar bahwa berbohong sudah menjadi kebiasaan suami Anda, berarti pola berbohongnya sudah terprogram sejak masa kanak-kanaknya. Bisa jadi ia dibesarkan dalam keluarga yang tidak menghargai kejujuran dan keterbukaan, atau orangtua yang terlalu otoriter dan menuntut anaknya tidak boleh salah. Dengan demikian, agar diterima dan tidak dimarahi orangtuanya , anak harus berbohong terus. Orangtua dan guru seringkali memperlakukan anak seperti “malaikat” yang tidak bisa berbuat salah, dan menerapkan hukuman tanpa melihat konteksnya. Padahal tak ada manusia yang sempurna, bahkan bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, “melakukan kesalahan” adalah bagian dari proses belajar. Bahkan ketika anak melakukan kesalahan tertentu dan merasa dirinya tidak pantas dan merasa bersalah, saat itulah ia membutuhkan penerimaan dari orangtuanya, bukan hukuman dan hujatan. Suami Anda telah mengembangkan pola berbohong untuk melindungi dirinya sendiri dari penolakan.

Tugas Anda adalah meyakinkan suami bahwa Anda akan menerima dirinya apa pun keadaannya asalkan tidak berbohong. Anda tidak perlu mengejar dan mendesak dengan berbagai pertanyaan sehingga dirinya merasa terdesak dan menggunakan jurus pembelaan diri dengan berbohong. Ciptakan suasana hangat, dan mulailah dengan diri Anda sendiri untuk membuka diri kepada pasangan Ciptakan kedekatan agar suami merasa aman untuk berani berterus terang. Hindari sikap menyelidik dan curiga karena hal ini akan memancing reaksi suami untuk berbohong. Biarlah suami sendiri yang berinisiatif untuk membuka diri , bukan karena didesak atau dipaksa. Ketika suami berani bersikap jujur, berilah penghargaan dan pengakuan untuk membantu menumbuhkan rasa percaya bahwa Anda siap menerima dirinya apa adanya. Yang penting jangan berhenti untuk terus berkomunikasi: belajar saling membuka diri dan menerima. Yang perlu diingat bahwa seringkali kita sangat ingin mendapatkan kejujuran dan kebenaran, namun belum siap menerima kenyataan atau justru untuk membuat penilaian dan penghakiman. Kejujuran dan keterbukaan dalam hubungan bukan sekedar untuk memuaskan ego keingintahuan, melainkan demi memperkokoh relasi. Oleh sebab itu, kejujuran dan keterbukaan justru akan menjadi boomerang yang melukai jika kita tidak siap untuk menerima dan memaafkan. Kejujuran dan keterbukaan memang beresiko, namun itu jalan yang harus ditempuh jika kita ingin mendapatkan hubungan yang kokoh dan intimitas yang mendalam. Jelaslah, Anda memerlukan kesabaran dan kegigihan untuk memperbaiki hubungan yang digerogoti kebiasaan suami yang suka berbohong, namun hasil yang akan Anda dapatkan akan sepadan dengan pengorbanan Anda.

Paul Subiyanto

Dr.Paulus Subiyanto,M.Hum --Dosen Bahasa Inggris di Politeknik Negeri Bali ; Penulis buku dan artikel; Owner of Multi-Q School Bal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *