Sing Waras Aja Ngalah

Sing Waras Aja Ngalah

Yang waras-normal, jangan mengalah, itu kata Menag, Gusmen dan juga Buya Syafei Maarif dalam menyikapi hidup bersama negeri ini. Konteks yang sedikit  berbeda memang, kala Gusmen mengatakan untuk menghadapi sikap intoleran, orang yang tahu dan waras harus bersikap.

Buya Syafei mengatakan itu kala menyikapi maraknya hoax. Keduanya, hoax dan intoleran adalah penyakit negeri ini yang lebih merusak namun tidak disadari dibandingkan pandemi covid.  Daya rusaknya mengerikan, dan pilunya ada sekelompok orang yang memang berbuat itu secara sengaja. Jelas demi syahwat politik kekuasaan.

Pater Magnis Suseno, SJ juga mengatakan yang senada, demokrasi bukan mencari yang terbaik, namun mencegah si jahat berkuasa. Politik bangsa ini suka atau tidak, memang masih cenderung kelompokku, sukuku, agamaku, dan ku-ku-ku yang lain. Primordialisme apapun latar belakangnya yang menang.

Masih terlalu jauh bicara ideal, prestasi, atau kapasitas. Kampanye hanya membesar-besarkan keakuan, dan juga mengecilkan pihak lawan dengan bak babi buta.

Rekan-rekan saya banyak yang mempertanyakan mengapa selalu menulis politik, dan itu sering menyerempet bahaya. Saya sedang menjalankan pernyataan dua tokoh agamis itu yang beda generasi namun sama visi. Suka.

Falsafah Jawa mengatakan, sing waras ngalah, tentu apa yang Gusmen nyatakan ini tidak  salah atau  mempertanyakan falsafah adiluhung itu. Ini bicara konteks.

Sejarah membuktikan begitu indahnya kepribadian orang Jawa. Semua tamu, pendatang, pedagang, bahkan agama dan kepercayaan diterima dengan baik dan diadopsi dengan sangat terbuka.

Salah satu falsafah Jawa yang sangat fenomenal yaitu, sing waras ngalah. Tidak suka konfrontasi, menerima keadaan sebagai sebuah keputusan Semesta yang tidak bisa dibantah.

Tentu saja, konteksnya adalah, ketika sudah mengalah, pihak lainnya akan tahu diri. Tentu berbeda dengan yang terjadi saat ini. Bagaimana orang  tidak bisa diberi hati. Mengalah ya siap dijadikan bulan-bulanan dan kalah-kalahan.

Gusmen ini mau mengatakan, katakan apa yang harus dikatakan, bukan pembiaraan intoleran merajalela. Ini adalah pola pikir. Harus diubah dan diperbaiki untuk menghadapi budaya bar-bar yang maunya menangnya sendiri.

Sikap itu harus jelas, sehingga tidak membiarkan kejahatan menjadi-jadi.  Kebenaran ya kebenaran, bukan sebuah tawar-menawar

Susy Haryawan

4 thoughts on “Sing Waras Aja Ngalah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *