Misa di Gereja Kapal – Tour to Pacitan (2)
Sebutan Gereja Kapal di Pacitan lebih familier dibanding nama santo pelindungnya, Santo Fransiskus Xaverius. Kami berniat ikut misa di sana pada hari Minggu, 7 April 2024. Kendaraan kami masuk halaman Gereja Kapal, Pacitan. Misa pagi dimulai pukul 07.00 WIB. Ada beberapa orang dewasa berdiri di depan pintu Gereja. Mereka memandang kami. Dengan ramah mereka menyalami kami dan bertanya, “Dari mana bapak.” Kami memperkenalkan diri dan menginformasikan asal kami.
Umat yang hadir di dalam gereja belum banyak. Beberapa bangku terisi. Saya jadi ingat. Jumlah umat Katolik di Pacitan tidak banyak, sekitar tujuhpuluh lima kepala keluarga. Jumlah tersebut di Paroki kami setara dengan jumlah umat satu wilayah pastoral. Sedangkan Paroki kami memiliki 17 wilayah. Dengan jumlah yang tidak banyak, tentu umat Katolik Gereja Kapal saling mengenal satu sama lain. Karenanya, saya paham orang-orang yang berdiri di depan pintu masuk tadi mengenal kami sebagai pendatang atau peziarah di Gereja Kapal.
Seorang wanita paruh baya maju ke mimbar bawah. Saya pikir akan membacakan kata pengantar atau doa persiapan misa. Ternyata, wanita tersebut memb pengumuman. Dia menyampaikan dana pengelolaan gereja dan kegiatan gereja.
Setelah selesai pengumunan, terdengar suara lagu pembuka misa. Suara orang muda bergema. Kompak. Bagus. Dua putra altar, tiga petugas lektor dan seorang prodiakon mengiringi kehadiran imam berjalan menuju altar.
Imamnya tampak masih muda. Ia memperkenalkan diri dengan nama Romo Yudi. Lengkapnya Romo RD FE Prayudi. Usianya sekitar 35 tahun. Dalam pengantarnya, Romo Yudi menyapa umat yang hadir dengan sapaan bapak ibu dan para peziarah. Rupanya Gereja Kapal memang menjadi tempat tujuan banyak peziarah.
Gereja Santo Fransiskus Xaverius Pacitan mulai didirikan pada tahun 1970. Bentuknya seperti rauman biasa dan sudah mengalami beberapa kali renovasi. Dengan alasan sering banjir, renovasi terakhir, pengurus gereja meninggikan tanah gereja agar lebih tinggi. Juga mendisain ulang bentuk Gereja.
Kemudian dibangunlah Gereja dengan bangunan menyerupai kapal. Konstruksi bangunan gereja kapal menggunakan besi dan bukan kayu, walau ada yang dicat seperti kayu. SEdangkan kayu bekas kusen gereja lama dipotong-potong, dibuat salib dan dijual kepada umat dan peziarah. “Sekarang salibnya sudah habis,” jelas Romo Yudi.
Luas gereja Kapal berukuran 12 x 24 meter dan mampu menampung sedikitnya 100 umat. Pembangunannya menelan dana sekitar lima miliar rupiah. Dan Gereja Kapal diresmikan oleh Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, S.S. pada 3 Desember 2021. Pejabat gereja yang hadir pada peresmian tersebut antara lain romo RP Antonius Wahyuliana, CM, selaku Vikep Madiun.
Para peziarah, menurut Romo Yudi, biasa datang dan ikut misa. Setelah misa, romo terbuka untuk dialog, jika tidak ada acara tugas ke luar. Pada hari tertentu Romo harus melayani umat di dua kapel lain di Kabupaten Pacitan, yang jarak tempuhnya sekitar satu jam dari Gereja Kapal. Peziarah yang minta misa, juga tetap dilayani. Hanya saja, waktunya setelah jam 12.00 WIB.
Kepada para peziarah, Romo Yudi mempersilahkan mereka untuk mengambil foto-foto di dalam gereja, kecuali di panti imam. Ada banyak spot berfoto yang menarik, baik di dalam gereja maupun di luar gereja. Patung bunda Maria mengenakan busana jawa berwarna hijau. Demikian juga patung Yesus. tampak seperti tokoh wayang orang. Di luar gereja ada spot patung pieta. Sedangkan di halaman belakang gereja ada gua maria, ruang terbuka untuk devosi kepada bunda Maria. Sebuah taman kecil dan patung Bunda Maria. Beberapa umat tampak sedang khusus berdoa di sana.
Setiap orang yang mendengar perkataan Yesus dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (Bersambung)