Masa Depan Gereja Suram?

Masa Depan Gereja Suram?

Pekan lalu di dua grup percakapan yang berbeda ada pembicaraan cukup hangat. Satu mengenai tudingan skandal seorang imam. Perbincangan lain soal Gereja di Belanda yang tutup. Karena tudingan cinta terlarang imam ini berkaitan dengan angkatan, jadi agak lama dan panjang. Ada pula pro kontra. Kini menguap.

Gereja Belanda menjelang senja kala. Didahului beberapa tahun lampau pembicaraan panggilan yang makin minim. Kongregasi di sana kebanyakan misa requiem dari pada misa penjubahan, kaul, apalagi tahbisan. Konsekuensi modernitas dunia Barat.

Hal yang sebenarnya sangat wajar, bagaimana dunia spritual itu makin tersingkir oleh dunia fana yang makin menjanjikan. Hari-hari ini Barat, bukan tidak mungkin sepuluh, dua puluh tahun dunia ketiga, termasuk Indonesia menyusul.

Panggilan di sini masih cukup melimpah. Mudah tarekat dan hidup bakti menolak, menendang, dan membuang calon. Tetapi, perlu berkaca pada sekolah-sekolah Katolik, bagaimana dulu adalah idola dan favorit, namun kini? Jarang pembicaraan sekolah Katolik banyak bersaing. Hanya terdengar satu dua saja.

Beberapa hal layak dicermati

Pemimpin umat, Gereja sering melukai umat, terutama yang aktivis dan pengurus ini dan itu. Perlu disadari, mereka ini pekerja sosial, masih juga mencari nafkah untuk keluarga. Benar, bebeapa sudah aman secara finansial. Namun itu berapa persen. Jadi pahami juga jika umat itu kadang tidak sesigap klerus.

Pertanggungjawaban formator seminari, kala memulangkan seminaris. Yang terkena dampaknya adalah pastor paroki karena mencarikan calon dan kemudian tiba-tiba sudah kembali. Jangan dianggap semua selesai dengan baik-baik saja. Kadang luka batin itu sampai tua lho.

Kemajuan zaman suka atau tidak, membuat orang tidak lagi tergantung pada “yang di luar dirinya”, dunia sudah mampu kog tanpa melibatkan sisi spiritual. Teknologi mengatasi Tuhan. Itu hal yang wajar.

Jika klerus, hirakhi, dan kaum biarawan-biarawati masih saja merasa baik-baik saja, hidup di dalam sangkar emas, apalagi banyak bopeng seperti kisah di atas, Gereja di Indonesia bisa juga tamat. Faktual lho.

Harapan tetap perlu dipelihara. Lebih dari sekadar optimis, di  mana Gereja adalah karya Roh Kudus sendiri dan bukan manusia semata.

Hinduisme dan Budhis toh ternyata sangat menarik bagi dunia Barat. Gereja bisa belajar dari sana, bagaimana menyikapi hal demikian untuk ke depan. Jangan hanya mengandalkan Roh Kudus, namun sisi manusia juga bergerak dan bertindak.

Susy Haryawan

8 thoughts on “Masa Depan Gereja Suram?

  1. Gak cuman hinduisme dan budhisme tapi islam juga tetap menarik di barat di mana gereja tinggal bangunannya saja yg megah magrong2 tapi dingin dan sepi. Islam dapat angin di negara2 eropa karena seringkali dirangkul partai2 sosialis karena partai kanan dianggap berasosiasi dgn GK.

    Di sana setengah mati menemukan awam yg mau cawe2 kegiatan gereja sementara di Indonesia aktifis awam di gereja sering disia-sia jerih payahnya….

    1. mantab ini tambahanny ha…ha….
      soal Islam beda kasus, kepanjangan kalau masukjuga
      penutuo komennya matab deh, ha…ha…
      salam JMJ

  2. Tanggung jawab dan sinergi bersama. Umat dan gereja juga kasih karunia Allah harus berjalan seiring. Terima kasih telah berbagi..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *