Harapan Selama dan Usai Pandemi
Beberapa kali, dalam suasana pandemi sempat berbincang dengan pengemudi, baik umum biasa, atau berbasis aplikasi. Cenderung sama, mereka merasa optimis, ada pengharapan, toh ini semua mengalami. Global, bukan semata lokal. Hanya satu yang merasa ini adalah konspirasi dan mencari-cari.
Mengenai vaksin juga sama. Mereka menunggu-nunggu, ketika masih terbatas pada awal-awal itu. Lagi-lagi yang berpikir itu adalah konspirasi mengatakan, menunggu vaksin Nusantara. Ini faktual hasil bincang-bincang dengan orang lapangan, yang sangat terdampak dengan keadaan pandemi.
Mereka juga menyebutkan, pendapatan mereka jauh berkurang, meskipun dalam waktu-waktu terakhir sudah mulai menggeliat, tanpa keluhan dan menyalahkan keadaan ternyata. Hal positif, harapan, tidak sekadar optimis.
Mgr Suharyo mengatakan, harapan itu lebih dari hanya optimis. Ketika orang pada tataran optimis, mendapat kendala sedikit saja sudah jadi pesimis. Potensi untuk berkeluh kesah besar, ciri pesimis. Harapan tidak demikian. Ada kekuatan untuk melihat keadaan dengan cara yang berbeda.
Di tengah pandemi, pilihan individu kadang kalah oleh opini publik yang belum tentu benar. Namun, ketika memiliki pegangan, seperti harapan atau sikap percaya, toh ini global mengalami, akan menjadi mudah.
Orang dan juga pemberitaan mengatakan orang dengan komorbid, terutama diabetes dan hipertensi akan sangat berbahaya. Toh faktualnya, teman dengan diabet parah, sempat amputasi jari kaki, bisa sembuh tanpa penanganan serius rumah sakit. Isolasi mandiri.
Rekan lain, sehat, lebih muda, tidak merokok, tidak minum alkohol malah harus bolak-balik rumah sakit dan sempat ada penanganan dengan melobangi dadanya tiga. Apa yang tersebut ini bukan bicara soal harapan dan iman dari masing-masing pihak, namun bagaimana opini publik itu terbentuk dan belum tentu benar.
Psikologi massa jauh lebih menentukan arah bagaimana perlu bersikap. Bisa jadi orang kemudian menjadi takut, cemas, gamang, dan tidak berani kenapa-napa. Namun ada pula sebaliknya yang melakukan apa saja tanpa aturan, bahkan menentang ketentuan negara.
Ada pula pihak yang bijak dengan tetap menaati peraturan yang ada demi menjaga diri dan sesama.
Kini keadaan sudah semakin baik, harapan sudah kelihatan, namun jangan lupa untuk tetap hati-hati dan waspada. Virusnya tidak terlihat dan belum ketemu sifat spesifiknya. Masih duga-duga dan perlu juga ketaatan.
Badai Pasti Berlalu
Hooh to ya
Salam JMJ