Beragama Tanpa Sampai pada Tuhan

Beragama Tanpa Sampai pada Tuhan

Hidup di Indonesia ini, rasanya terlalu banyak bicara mengenai agama. KTP kolom agama, basa-basi di tempat umum agama, pakaian pun terlihat agamanya apa. Memang sebagian pihak ada yang mau menonjolkan label, identitas, dan tetek bengek agamanya sebagai sebuah identitas mutlak.

Aktivitas atau ritual keagamaan pun demikian kental seolah-olah mau memperlihatkan kepada pihak lain sebagai pribadi yang saleh, atau tekun dalam beriman. Ini bukan bicara agama A, B, atau C. Relatif sama, mau apapun agamanya.

Lihat saja bagaimana reaksi ketika ada yang berpindah agama, apalagi itu tokoh publik. Satu sisi akan bersuka cita dan menilai sebagai pertobatan, pihak yang ditinggalkan menilai sebagai penghianatan. Semua agama relatif sama.

Kekerasan baik fisik atau verbal juga terjadi dalam semua penganut agama. Mencaci maki, minimal mencibir dan menertawakan cara beragama pihak lain. Merespons secara    minus atas apa yang dilakukan, diyakini, dan diimani pihak lain. Memprihatinkan.

Mengapa agama namun tidak sampai pada Tuhan?

Jika Bertuhan itu akan memiliki sikap menghormati, usaha untuk memberikan kasih, cinta, dan penghormatan pada pihak lain, tidak sebaliknya. Lihat apa yang terjadi di sekitar kita. Membesar-besarkan   perbedaan sehingga bisa menjadi dalih untuk membenci. Apa iya Tuhan demikian?

Penuh kasih, welas asih,  berbagi cinta, berempati, dan selalu  terbuka atas kemanusiaan. Lha emang e Tuhan menciptakan si A dan si B dengan agama dan kepercayaan berbeda itu  karena Penciptanya juga lain? Ini lho yang harus dibangun.

Mengabdi pada agama, namun menistakan Si Pencipta yang jelas jauh lebih gede, lebih segalanya dari agama. Lucu saja sih, demi agama namun mencaci maki ciptaan lain.

Beragama itu membawa pada kesadaran, bukan malah kegelapan dan kekelaman. Nah, bisa ditelaah, dicermati, dan dilihat lebih dalam, bagaimana cara beragama kita selama ini. lebih memilih menghidupi luka, sakit hati, kebencian, menggede-gedein perbedaan, jauh dari damai sejahtera.

Agama itu alat, bukan tujuan. Bagaimana agama seharusnya mengantar sampai kepada Tuhan. Cirinya adalah merdeka, damai sejahtera, tidak gila hormat, makin rendah hati, dan memiliki toleransi yang tinggi. Ketika mengagung-agungkan agama, namun sikap dan perilaku hidupnya berkebalikan, apa benar memiliki Tuhan?

Salam JMJ  

Susy Haryawan

4 thoughts on “Beragama Tanpa Sampai pada Tuhan

  1. Yg terpenting memang Tuhan, pencipta semua orang, sebelum kenal agama.
    Agama berguna utk mengenalkan kita kpd Tuhan. Namun agama memang tdk pernah lebih besar dari Tuhan.

    1. nah itu, ribetnya ngengkengin agama abai Tuhan, malah menistakan Tuhan atas nama agama
      salam JMJ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *