Hidup Berdampingan dengan Covid-19

Hidup Berdampingan dengan Covid-19

“Kita memang harus mulai belajar hidup berdampingan dengan Covid-19 karena memang Covid-19 ini tidak akan hilang secara total dari negara kita,” kata presiden Jokowi saat meninjau program vaksinasi di Aceh, Kamis (16/9/2021). Disinyalir Aceh merupakan kota terakhir zona merah.

Sejak 16 Juli 2021, rekor tertinggi kasus positif di Indonesia 54.000, terus-menerus turun sampai 16 September menjadi 3.948. Begitu pula angka statistik vaksinasi memang terus naik hingga saat ini mencapai 74,2 juta (27,4% populasi) untuk dosis pertama, atau 42,6 juta (15,7% populasi) untuk dosis lengkap. Kondisi yang membaik ini tidak berarti bahwa Covid-19 telah hilang.

Covid-19 belum hilang dari muka bumi, bahkan muncul varian-varian baru, Delta, Lambda, MU dll. Kapan kondisi “herd immunity” kita tercapai? Bila vaksinasi mencapai 70% populasi? Menteri kesehatan Budi Gunadi pernah memperkirakan bulan November akan tercapai. Namun sesudah blusukan vaksinasi door to door, tampaknya ada koreksi, awal tahun depan baru terwujud. Covid-19 memang tidak  akan hilang  secara total, maka kita harus siap hidup berdampingan dengannya.

Jaga Jarak Pakai Masker

New Normal berarti kondisi beraktivitas sehari-hari seperti biasa, namun dengan menaati prosedur kesehatan yang ketat, setidak-tidaknya berprinsip Jaga Jarak Pakai Masker (JJPM). Kebiasaan hidup bersih itu menjadi kewajiban. JJPM itu antisipasi wajib, agar tidak terjadi penularan covid di mana-mana.

Interaksi dalam keluarga (ayah, ibu, anak), di sekolah (guru, murid), di pasar (penjual, pembeli), di tempat wisata (penjaga, pengunjung, pengunjung-pengunjung), di tempat ibadat (imam-umat, umat satu dengan yang lain), dll. harus menerapkan JJPM. Tidak ada lagi berjabat tangan apalagi cium tangan, tidak ada lagi berbisik di telinga, apalagi cipika-cipiki. Sentuhan fisik diganti dg menganggukkan kepala, membungkukkan badan, atau mengatupkan tangan di depan dada. Lebih banyak bicara, dengan masker menutup mulut & hidung. Maka artikulasi, volume suara dan ekspresi wajah mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita.

Marilah kita hidupi kebiasaan baru ini. Covid-19 masih ada di kanan kiri kita, namun kita mampu beraktivitas seperti biasa, tanpa terjangkit penyakitnya, dan tidak membiarkan terjadi penularannya. Seperti pemazmur nyatakan, “terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang, walau seribu orang rebah di sisi kirimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu“. (Mzm 91:6-7).

(Thom, Depok)

Susy Haryawan

2 thoughts on “Hidup Berdampingan dengan Covid-19

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *